Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Fakta Status Gunung Merapi Naik Jadi Siaga, Kondisi, Ancaman Bahaya hingga Mitigasi Bencana

Kompas.com - 06/11/2020, 06:10 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Pada Kamis (5/11/2020), Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menaikkan status Gunung Merapi.

Dari level waspada, status aktivitas Gunung Merapi kini meningkat menjadi Siaga (level III).

Jika terjadi, letusan Merapi diprediksi serupa dengan erupsi tahun 2006 dan berpotensi disertai letusan eksplosif.

Atas peningkatan status Gunung Merapi, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo serta Gubernur DIY bergerak melakukan sederet upaya mitigasi bencana.

Mulai dari menerjunkan tim hingga menyiapkan jalur evakuasi dan pengungsian.

Baca juga: Status Merapi Naik dari Waspada ke Level Siaga

1. Status meningkat dari waspada ke siaga

Kawah Gunung Merapi dilihat dari Kali Talang Klaten menggunakan lensa zoom.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Kawah Gunung Merapi dilihat dari Kali Talang Klaten menggunakan lensa zoom.
BPPTKG Yogyakarta mengumumkan peningkatan status Gunung Merapi.

Penetapan ini didasarkan pada meningkatnya aktivitas vulkanik gunung tersebut.

"Status Gunung Merapi ditingkatkan dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III, berlaku mulai 5 November 2020," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida.

Menindaklanjuti hal itu, BPPTKG merekomendasikan aktivitas penambangan di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi dihentikan.

Begitu pula dengan kegiatan wisata serta pendakian.

"Pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak," tutur dia.

Baca juga: Erupsi Gunung Merapi Selanjutnya Diprediksi Serupa Letusan 2006

 

Gunung Merapi dilihat dari udara di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Gunung Merapi dilihat dari udara di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
2. Mirip erupsi 2006, berpotensi ada letusan eksplosif

Hanik mengatakan, letusan Gunung Merapi selanjutnya diprediksi serupa dengan erupsi tahun 2006.

Meski bersifat effusif atau lelehan, tetap ada potensi letusan yang bersifat eksplosif.

Potensi erupsi eksplosif ini terlihat lebih nyata tahun ini.

Kendati belum muncul kubah lava di puncak Merapi, tetapi aktivitas vulkanik saat ini sudah melampaui kondisi menjelang muncul kubah lava seperti tahun 2006 lalu.

"Di sini kami menyampaikan kemungkinan adanya eksplosif karena data-data itu. Tetapi ini masih bagian karakternya Merapi," kata dia.

Baca juga: Status Gunung Merapi Naik Jadi Siaga, Ganjar: Warga Tak Usah Panik, Tetap Waspada

3. Potensi ancaman sejauh 5 km dan daerah bahaya

Gunung Merapi.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Gunung Merapi.
Berdasarkan evaluasi data pemantauan, aktivitas vulkanik saat ini bisa berlanjut ke aktivitas yang membahayakan penduduk.

"Potensi ancaman bahaya berupa guguran lava lontaran material dan awan panas sejauh maksimal 5 kilometer," kata Hanik.

Adapun, perkiraan daerah bahaya meliputi beberapa wilayah di Provinsi DIY dan Jawa Tengah.

Di DIY ada di Kabupaten Sleman yakni Kecamatan Cangkringan, meliputi Desa Glagaharjo (dusun Kalitengah Lor), Kepuharjo (Dusun Kaliadem), Umbulharjo (Dusun Pelemsari).

Di Jawa Tengah meliputi Magelang, Boyolali dan Klaten.

Di Kabupaten Magelang yakni Kecamatan Dukun meliputi Desa Ngargomulyo, Krinjing, dan Paten.

Di Boyolali yakni Kecamatan Selo yang meliputi Desa Tlogolele, Klakah dan Jrakah.

Sedangkan Klaten yakni Kecamatan Kemalang, meliputi Desa Tegal Mulyo, Sidorejo dan Balerante.

Baca juga: Status Gunung Merapi Siaga, Pemkab Sleman Siapkan Barak Pengungsian

 

Gubernur Jawa Tengah Ganjar PranowoKOMPAS.com/RISKA FARASONALIA Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
4. Ganjar terjunkan tim ke wilayah rawan

Menyusul peningkatan status Merapi, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menerjunkan tim BPBD ke daerah rawan bencana erupsi Merapi.

Mereka diterjunkan ke wilayah Klaten, Boyolali serta Magelang.

"BPBD sudah bergerak hari ini, wabil khusus yang ada di Klaten karena hitung-hitungannya arahnya ke sana (Klaten). Tapi yang di Magelang dan Boyolali kami minta tetap siaga," tutur dia.

Gubernur meminta early warning system (EWS) harus dipantau dan dihidupkan sebagai peringatan dini.

"Kalau yang tidak ada EWS-nya, maka yang sifatnya tradisional harus disiapkan. Saya minta aparatur pemerintahan sampai tingkat desa hingga RT/RW yang ada di sana membantu warganya," kata Ganjar.

Ganjar juga meminta, masyarakat tak panik berlebihan namun tetap waspada dengan kondisi ini.

Baca juga: Status Gunung Merapi Meningkat, Sultan HB X: Masyarakat Jangan Panik

5. Sultan HB X keluarkan edaran

Sultan saat ditemui di Kantor Gubernur DIY, Kompleks Kepatihan, YogyakartaKompas.com/Wisang Seto Pangaribowo Sultan saat ditemui di Kantor Gubernur DIY, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta
Sementara Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwoo (HB X) menegaskan akan mengeluarkan edaran terkait peningkatan aktivitas Merapi.

Sultan meminta, peningkatan status tidak membuat panik berlebihan.

"Masyarakat tidak perlu panik karena sudah hafal (karakter merapi) masyarakat Sleman khususnya (lereng) Merapi, saya kira sudah paham. Saya mohon yang jauh dari Merapi tidak usah panik. Saya juga akan keluarkan surat edaran terkait dengan kondisi saat ini," kata HB X.

Sedangkan bagi Pemkab Sleman, HB X meminta mempersiapkan jalur evakuasi warga.

"Harapan saya Pemkab Sleman juga mempersiapkan diri untuk jalur evakuasi persiapan siaga. Saya kita Pak Bupati (Sleman) sudah tahu apa yang dilakukan," kata dia.

Baca juga: Status Gunung Merapi Jadi Siaga, Ini Rekomendasi BPPTKG

 

Sejumlah penambang pasir tradisional mengumpulkan pasir di kaki Gunung Merapi, Windu Sabrang, Wonolelo, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Senin (19/10/2020). Hasil tambang pasir dan batu tradisional tersebut dijual dengan harga Rp150.000 per mobil pick up. ANTARA FOTO/ALOYSIUS JAROT NUGROHO Sejumlah penambang pasir tradisional mengumpulkan pasir di kaki Gunung Merapi, Windu Sabrang, Wonolelo, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Senin (19/10/2020). Hasil tambang pasir dan batu tradisional tersebut dijual dengan harga Rp150.000 per mobil pick up.
6. Aktivitas wisata dan tambang dihentikan

Naiknya status Gunung Merapi membuat aktivitas wisata dan tambang dihentikan.

Hal tersebut juga menjadi rekomendasi BPPTKG.

Penambangan terutama di alur sungai-sungai berhulu di Gunung Merapi harus dihentikan.

Kemudian pelaku wisata, termasuk kegiatan pendakian pun distop.

Ganjar pun memberi peringatan tegas perihal hal ini.

"Semuanya saya berikan peringatan keras untuk jangan beraktivitas dulu, selama ini ada peningkatan status," tandas dia.

Baca juga: Status Gunung Merapi Siaga, Pemkab Boyolali Siapkan 100.000 Masker

7. Pengungsian siap

Kawah Gunung Merapi dilihat dari Kali Talang Klaten menggunakan lensa zoom.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Kawah Gunung Merapi dilihat dari Kali Talang Klaten menggunakan lensa zoom.
Pemerintah daerah yang diperkirakan terdampak telah menyiapkan sejumlah lokasi pengungsian.

Pemkab Sleman Yogyakarta bahkan telah menunjuk dua lokasi sebagai tempat berdirinya barak pengungsian.

Lokasi tersebut berada di wilayah Kapenawon Cangkringan, yakni Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo dan Dusun Gayam, Desa Argomulyo.

Sekretaris Daerah Sleman Harda Kiswoyo mengatakan, pengungsian diprioritaskan bagi warga yang dianggap rentan, namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

"Barak ini (Kalitengah Lor) bisa menampung 400 orang maka separuhnya diisi. Sehingga jika 100 orang diungsikan masih cukup," katanya.

Adapun, waktu pengungsian akan dimulai pada Jumat (6/11/2020).

Selain warga rentan, mereka akan diungsikan saat status Gunung Merapi naik menjadi awas.

Sedangkan di wilayah Jawa Tengah, Ganjar meminta supaya bupati dan wali kota menyiapkan dengan baik lokasi pengungsian.

Lantaran masih kondisi pandemi, ia menegaskan lokasi pengungsian harus menerapkan protokol kesehatan.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Wisang Seto Pangaribowo, Wijaya Kusuma, Riska Farasonalia | Editor : Dony Aprian, Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com