Jalur darat juga penuh tantangan. Selain sempit dan licin, pejalan kaki kerap bertemu hewan liar seperti harimau dan beruang. Butuh waktu sekitar tiga jam untuk mencapai Desa Sungai Lisai.
"Sekarang perlahan jalan mulai dibuat oleh TNI dalam program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) bersama masyarakat. Jalan mulai lebar tidak lagi sempit. Kami berharap jangan ada lagi warga yang meninggal dunia karena terisolasi," pinta Hajron.
Kepala Bappeda Lebong, Robert Rio Mantovani mengatakan, buruknya akses jalan, pendidikan, dan kesehatan, menjadi alasan pemerintah kabupaten membuka jalan ke Desa Sungai Lisai.
Usulan pembukaan jalan itu direstui Balai TNKS.
"Ada pengalaman seorang ibu hamil juga meninggal dunia karena buruknya jalan dan minimnya akses kesehatan. Anak-anak yang sekolah juga kesulitan. Berangkat dari persoalan itu bupati melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pihak Balai Taman Nasional Kerinci Sebelat," jelas Robert saat dihubungi Kompas.com, Minggu (11/10/2020).
Baca juga: Polda Bengkulu Ringkus Mahasiswa yang Ancam Bantai Polisi di Video
Usulan membuka jalan itu disetujui TNKS dalam bentuk perjanjian kerja sama selama 10 tahun pada 2018. Artinya perngerjaan jalan harus dilakukan secara bertahap dengan tidak mengubah kawasan konservasi di TNKS.
"Intinya hutan tetap terjaga sebagai kawasan konservasi sementara masyarakatnya juga memiliki akses pendidikan, jalan dan kesehatan," ungkapnya.
Pemda Lebong menggandeng TNI dalam program TMMD. Program ini akan dilakukan selama 10 tahun.
Tahun 2019 anggaran yang dikucurkan sekitar Rp 1,2 miliar menyusul tahun 2020 dengan jumlah yang kurang lebih sama. Selanjutnya 2021 rencana anggaran TMMD ditambah menjadi Rp 2 miliar.