Di rumah berdinding kayu, Yesi dan tiga saudara kandungnya hidup bersama kakek dan neneknya.
Selain Yessi dan tiga saudaranya, ada empat cucu lain yang dipiara pasutri lansia ini.
“Kami sudah tua, tak mampu kerja lagi. Setiap bulan, ayah Yesi kirim uang Rp 500.000 untuk kebutuhan hidup kami semua di rumah,” ujar nenek Yesi, Ursula Takaep (60), kepada sejumlah wartawan, Senin (21/9/2020).
Ursula mengaku, memiliki empat anak laki-laki yang semuanya di tanah rantau, termasuk ayah Yesi.
Setiap hari, ia sendiri yang mengurus ke delapan cucunya, karena suaminya, Bernabas Ndun (84), sudah lama mengalami sakit karena faktor usia.
Baca juga: Tak Ada Listrik, Warga di NTT Terpaksa Nyalakan Pelita di Malam Hari, PLN: Kami Akan Survei
Untuk menanggung kebutuhan hidup setiap hari, ia hanya berharap bantuan PKH dari pemerintah.
Uang itu ia sisihkan untuk kebutuhan makan minum hingga keperluan sekolah delapan cucunya.
Fisiknya yang tak sempurna, tak membuat Yesi minder dalam pergaulan di lingkungan rumah maupun sekolah. Ia bahkan diperlakukan khusus di sekolahnya.
“Jika ada apel atau olahraga, Yesi kami minta duduk di ruangan kelas sambil belajar,” ujar Kepala Sekolah SDN Bijaesahan, Dortiana Karice Mau.
Untuk melindungi Yesi, pihak sekolah setiap hari memberi arahan ke semua pelajar agar memperlakukan Yesi dengan baik.