Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bocah SD dengan Satu Kaki, Berjalan Pakai Tongkat Sejauh Satu Kilometer untuk Bersekolah

Kompas.com - 22/09/2020, 13:30 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Di rumah berdinding kayu, Yesi dan tiga saudara kandungnya hidup bersama kakek dan neneknya.

Selain Yessi dan tiga saudaranya, ada empat cucu lain yang dipiara pasutri lansia ini. 

“Kami sudah tua, tak mampu kerja lagi. Setiap bulan, ayah Yesi kirim uang Rp 500.000 untuk kebutuhan hidup kami semua di rumah,” ujar nenek Yesi, Ursula Takaep (60), kepada sejumlah wartawan, Senin (21/9/2020).

Ursula mengaku, memiliki empat anak laki-laki yang semuanya di tanah rantau, termasuk ayah Yesi.

Setiap hari, ia sendiri yang mengurus ke delapan cucunya, karena suaminya, Bernabas Ndun (84), sudah lama mengalami sakit karena faktor usia. 

Baca juga: Tak Ada Listrik, Warga di NTT Terpaksa Nyalakan Pelita di Malam Hari, PLN: Kami Akan Survei

Untuk menanggung kebutuhan hidup setiap hari, ia hanya berharap bantuan PKH dari pemerintah.

Uang itu ia sisihkan untuk kebutuhan makan minum hingga keperluan sekolah delapan cucunya.

Fisiknya yang tak sempurna, tak membuat Yesi minder dalam pergaulan di lingkungan rumah maupun sekolah. Ia bahkan diperlakukan khusus di sekolahnya.

“Jika ada apel atau olahraga, Yesi kami minta duduk di ruangan kelas sambil belajar,” ujar Kepala Sekolah SDN Bijaesahan, Dortiana Karice Mau.

Untuk melindungi Yesi, pihak sekolah setiap hari memberi arahan ke semua pelajar agar memperlakukan Yesi dengan baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com