Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sudiyanto Ciptakan Pompa Hydram, Sempat Dianggap Gila hingga Raih Penghargaan

Kompas.com - 11/09/2020, 09:49 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANYUMAS, KOMPAS.com - Pompa air hydram karya Sudiyanto (54), telah mendapat puluhan penghargaan tingkat nasional hingga internasional sejak tahun 2000-an silam, baik dari pemerintah maupun lembaga swasta.

Puluhan piala dan plakat tertata rapi menghiasi sudut ruangan rumah warga Dusun Glempang, Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah ini.

Selain itu, pompa air yang diberi nama Hysu, akronim dari Hydram Sudiyanto tidak hanya digunakan di desanya.

Baca juga: Warga Lereng Gunung Slamet Ciptakan Pompa Tanpa Bahan Bakar, Mampu Angkat Air hingga 86 Meter

Karya Sudiyanto rupanya juga telah banyak digunakan di berbagai daerah di Indonesia.

Namun di balik kisah sukses itu, Sudiyanto pernah mendapat cibiran dari warga sekitar ketika awal-awal berusaha menciptakan pompa air tanpa listrik dan bahan bakar itu.

"Saya mencoba dan terus mencoba, pernah dikatakan gila karena mau nyedot air yang letaknya jauh di bawah permukiman warga," kata Sudiyanto menceritakan pengalamannya, Kamis (10/9/2020).

Bahkan ada orang yang berani bertaruh, apabila Sudiyanto mampu menyedot air dengan alat buatannya hingga rumah warga, orang tersebut rela minum air kencingnya.

"Saya biarkan saja waktu itu," ujar Sudiyanto.

Sudiyanto mengatakan, pada awalnya hanya ingin membantu warga sekitar agar kebutuhan air bersih selalu tercukupi.

Baca juga: 2.000 Tangki Air Disiapkan untuk Antisipasi Kekeringan di Banyumas

Berbekal uang hasil utang kepada saudaranya, Sudiyanto memulai riset awal pada tahun 1999.

Setahun kemudian alat pertamanya tercipta dan dapat difungsikan.

Dalam perjalanannya, Sudiyanto juga mendapat dukungan riset dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) dan beberapa perguruan tinggi.

Sudiyanto mengecek instalasi pompa air hydram di Dusun Glempang, Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (10/9/2020).KOMPAS.COM/FADLAN MUKHTAR ZAIN Sudiyanto mengecek instalasi pompa air hydram di Dusun Glempang, Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (10/9/2020).
Hingga saat ini terdapat tujuh pompa hydram yang terpasang untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi 280 kepala keluarga (KK) di desanya.

"Dulu sekitar 2008 saya pernah dapat medali emas atas karya ini. Emas itu saya lebur dan uangnya untuk pembebasan lahan untuk pengembangan instalasi pompa dan pembebasan lahan," tutur Sudiyanto.

Temuan yang telah dipatenkan oleh Pemkab Banyumas ini, juga telah diaplikasikan di berbagai daerah dengan kondisi geografis mirip di desanya.

Baca juga: Kekeringan Meluas di Gunungkidul, 129.000 Jiwa Terdampak

Sumber air melimpah, tapi berada jauh di bawah permukiman warga.

"Sudah banyak yang pakai, di Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera, di Nusa Tenggara Timur (NTT) juga ada," kata pria yang pernah menjadi tukang ojek ini.

Sudiyanto menjual pompa hydram buatannya yang berukuran kecil seharga 1,7 juta. Sudiyanto juga membuka pelatihan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Harmoni.

"Saya jual teknologinya, kalau mau beli alatnya saja juga bisa, nanti kami latih di sini untuk pemasangannya. Ada juga yang alatnya dikirim, untuk instalasi saya pandu dari sini," ujar Sudiyanto.

Alat serupa, kata Sudiyanto, juga ada di daerah lain. Perbedaannya pompa Hysu dapat mengalirkan air secara konstan.

"Sampai sekarang saya masih terus melakukan pengembangan, targetnya tidak ada air yang terbuang, sekarang masih 40 persen air dari katup buang yang terbuang. Saya sudah punya teknologinya, nantinya 100 persen tidak ada yang terbuang," kata Sudiyanto.

Baca juga: Kekeringan, Warga Paranggupito Wonogiri Jual Emas dan Ternak untuk Beli Air Bersih

Sementara itu, Warno (66), salah seorang warga dusun setempat mengaku sedih jika mengingat awal perjuangan Sudiyanto, karena banyak yang menganggap sebelah mata.

Namun nyatanya sekarang warga setempat telah merasakan manfaatnya selama hampir 20 tahun.

"Saya kasihan kalau ingat dulu, dia padahal tulus ikhlas untuk memperjuangkan air bagi warga, karena sebelumnya sangat susah mendapatkan air," ujar Warno.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com