BANYUMAS, KOMPAS.com - Sumber mata air melimpah ruah di Dusun Glempang, Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Namun, warga di dusun yang berada di kawasan lereng Gunung Slamet itu tak bisa menikmatinya.
Setiap musim kemarau, warga setempat mengalami krisis air bersih.
Warga hanya bisa melihat mata air yang berada jauh di bawah permukiman.
Untuk mendapatkan satu ember air saja, harus berjalan kaki nyaris 1 kilometer dengan medan menurun tajam menuju sumber air terdekat.
Bahkan wilayah tersebut pernah dijuluki dengan nama Dusun Peret.
Peret bagi warga setempat digunakan sebagai istilah untuk menggambarkan orang yang buang air besar di celana.
"Dulu terkenal Dusun Peret, karena mau BAB belum sampai sumber mata air sudah meret (keluar di celana)," kelakar Sudiyanto (54), salah seorang warga setempat, Kamis (10/9/2020)
"Harus gendong anak sambil bawa jeriken untuk mengambil air," sambung Sudiyono.
Namun kini, cerita itu hanya tinggal kenangan, kenangan pahit sekaligus lucu.
Sejak 20 tahun lalu, warga setempat dapat dengan mudah menikmati air bersih.
Baca juga: Seorang Cucu di Sumut Nekat Perkosa Nenek Sendiri, Berawal dari Hendak Perbaiki Pompa Air
Sekitar tahun 1999, Sudiyono menginisiasi pembuatan pompa hydram. Pompa air ramah lingkungan tanpa menggunakan listrik atau bahan bakar fosil.
"Istilahnya pompa air dengan tenaga air," ujar Sudiyanto.