Slamet selama ini diketahui hanya tinggal berdua dengan ibu kandungnya.
Karena tidak ada biaya dan ditinggal ayahnya meninggal dunia, sejak Sekolah Dasar ia sudah putus sekolah.
Meski kondisi ekonomi keluarganya sangat terbatas, ia tetap berusaha untuk membantu ibunya dalam mencari nafkah. Salah satunya dengan menjadi pengamen.
Setiap hari, ia pergi mengamen di pintu tol keluar Leces Pasuruan-Probolinggo.
Ia berangkat dari pagi hingga malam hari. Meski hasil uang yang didapat tidak menentu, namun sebisa mungkin setiap hari ia sisihkan sebagian untuk ditabung.
Baca juga: Kisah Pengamen Berhasil Biayai Ibunya Naik Haji, Slamet: Saya Nabung 10 Tahun
Sedangkan sisanya jika masih ada digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Menurut Yuyun tetangganya, Slamet pergi mengamen dari pagi hingga malam hari.
"Dia ngamen dari pagi sampai jam 10 malam, pulang cuma makan lalu berangkat ngamen lagi," ujar Yuyun via telepon.
Saat mendaftar haji itu, Yuyun juga yang mengantarkan Slamet di Kantor Kemenag. Pasalnya, Slamet tidak bisa baca dan menulis.
Yuyun mengaku kagum dengan kegigihan Slamet. Karena dengan keterbatasan yang dimiliki, akhirnya ia berhasil mewujudkan impiannya.
Penulis : Kontributor Probolinggo, Ahmad Faisol | Editor : Robertus Belarminus
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.