Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Stunting di Sumut Masih Tinggi, Kebanyakan Anak Kurang Gizi dari Keluarga Miskin

Kompas.com - 20/07/2020, 22:00 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com – Kekurangan gizi dalam waktu yang lama pada anak menyebabkan gagal tumbuh, lebih sering disebut stunting.

Di Sumatera Utara (Sumut), kasus stunting jumlahnya tinggi. Pada 2019, prevalensinya mencapai 30,11 persen, hanya berkurang 2,3 persen dibanding tahun sebelumnya.

Penderitaan kaum anak yang kebanyakan berasal dari keluarga miskin ini sangat meresahkan dan harus menjadi perhatian pemerintah.

Dalam workshop virtual Kupas Tuntas Stunting yang digelar Dharma Wanita Persatuan (DWP) Provinsi Sumut, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Evawany Y Aritonang selaku narasumber mengatakan, gangguan gizi dan kesehatan pada anak dapat menyebabkan tinggi badan saat lahir kurang dari 48 centimeter. 

Baca juga: Cegah Stunting, Tanoto Foundation Kembangkan Program Pengasuhan Anak Usia Dini

Ciri fisik anak kena stunting

Saat berumur enam bulan, tinggi badannya masih di bawah 63 centimeter dan ketika berusia 12 bulan di bawah 71 centimeter.

Normalnya, bayi lahir rata-rata memiliki tinggi badan sekitar 50 sampai 68 centimeter, saat enam bulan, tingginya sekitar 76 centimeter. Ketika 12 bulan, tingginya 97 centimeter dan saat berumur dua tahun tingginya mencapai 127 centimeter.

“Ciri-cirinya bisa terlihat dari fisik, pertumbuhannya lambat dibanding anak seusianya. Hasilnya buruk saat tes perhatian dan memori belajar, pertumbuhan gigi terhambat. Di usia delapan sampai sepuluh tahun, anak stunting biasanya lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang lain,” kata Evawany, Senin (20/7/2020).

Baca juga: Kolaborasi Mendukung Strategi Pengurangan Stunting Indonesia

Pencegahan stunting dari sejak pra-kehamilan

Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran USU Makmur Sitepu menambahkan, pencegahan stunting dimulai dari pra-kehamilan.

Menurutnya, kehamilan merupakan proses membangun janin sehingga perlu perhatian terhadap gizi ibu dan jabang bayinya. Begitu juga saat kehamilan hingga jelang melahirkan, perhatian terhadap gizi kandungan tidak boleh berkurang.

 

Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak Winra Pratita menimpali, ketika ingin memiliki anak yang perlu menjadi perhatian orangtua adalah 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), rinciannya: 270 hari dalam kandungan dan 730 hari atau dua tahun pertama kehidupannya.

 

“Seribu HPK harus diperhatikan karena merupakan masa yang penting dalam perkembangan otak, kognitif, motorik dan kemampuan sosio-emosional masa anak-anak dan selanjutnya masa remaja,” kata Winra.

Perhatikan gizi, kurangi kehamilan

Penasihat DWP Provinsi Sumut Nawal Lubis meminta para orangtua lebih memperhatikan gizi dan pertumbuhan anak-anaknya.

Juga mengingatkan kaum ibu menjaga kesehatan diri dan keluarga, apalagi di tengah pandemi Covid-19. 

"Stunting di Sumut masih tinggi, saya pernah mengingatkan agar mengurangi kehamilan karena situasi yang tidak baik, terjadinya baby boom akan meningkatkan angka stunting. Tugas ibu-ibu semakin banyak, memperhatikan gizi dan perkembangan anak, juga protokol kesehatan khususnya kepada anak,” ujar Nawal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com