Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mantan Pemburu di TN Way Kambas, Sengaja Bakar Hutan untuk Mudahkan Perburuan (1)

Kompas.com - 17/07/2020, 06:45 WIB
Tri Purna Jaya,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

LAMPUNG, KOMPAS.com – Bicara tentang kebakaran di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) tidak bisa dilepaskan dari perburuan liar. Para pemburu biasa membakar hutan dahulu untuk memancing hewan buruan.

Raut wajah Suratno sedikit bingung saat teman mainnya mengajak ke dalam kawasan hutan Taman Nasional Way Kambas. Kala itu, Suratno masih berumur sekitar 17 tahun.

Teman mainnya itu membawa kawanan anjing kampung dan beberapa bilah tombak.

Bersama sejumlah orang lain yang telah berkumpul, Suratno masuk jauh ke dalam kawasan hutan, hingga ke area padang rumput.

Baca juga: Petugas Perlindungan Anak Lampung Timur yang Cabuli Korban Perkosaan Menyerahkan Diri

Anjing-anjing menyalak dan mengejar sejumlah kijang yang berada di padang rumput. Beberapa kijang terkepung anjing. Pemuda-pemuda lain yang baru Suratno kenal, maju dan melemparkan tombak.

“Waktu itu di dalam (kawasan TNWK) masih ada kampung, lupa saya tahun berapa, tapi seingat saya waktu (umur) 17 tahun. Tapi sekarang, kampung-kampung itu sudah nggak ada,” kata Suratno (59) ditemui di rumahnya di Desa Braja Yekti, Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur, Senin (12/7/2020) petang.

Suratno adalah salah satu personel pengamanan swadaya masyarakat di desanya dengan tugas mengusir gajah-gajah liar yang masuk ke kawasan desa. Di masa mudanya, Suratno terkenal sebagai pemburu menjangan (kijang) yang ‘licin’.

Baca juga: Taman Nasional Way Kambas Belum Berencana Buka Akses Wisata

Suratno adalah spesialis pemburu yang menggunakan anjing dan tombak. Lebih dari dua dekade Suratno keluar masuk kawasan TNWK dan leluasa memburu kijang.

Suratno biasa berhari-hari di dalam hutan untuk berburu kijang dengan daya jelajah yang luas.

‘Kelicinan’ Suratno dalam ‘jagat’ perburuan di dalam kawasan konservasi itu sudah terkenal. Tidak sekali – dua kali Suratno terpergok, bahkan terpojok oleh polisi hutan yang berpatroli.

Namun, tidak sekalipun Suratno tertangkap.

“Kalah ‘mlebu’ (lari) mereka. Kalau sampai terpojok, saya incar yang paling nggak siap, begitu lolos ya lari, kadang ngumpet di rawa,” kata Suratno sambil terkekeh geli.

Baca juga: Cerita Mantan Pemburu TN Way Kambas, Tobat Berburu dan Bakar Hutan Setelah Diajak Usir Gajah Liar (2)

 

Bakar hutan untuk pancing buruan

Misngat (53) mantan pemburu liar di TNWK. Misngat kini aktif sebagai personel keamanan masyarakat untuk menghalau gajah liar yang masuk ke permukiman warga. KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA Misngat (53) mantan pemburu liar di TNWK. Misngat kini aktif sebagai personel keamanan masyarakat untuk menghalau gajah liar yang masuk ke permukiman warga.
Dari perkenalannya dengan sejumlah pemuda di kampung yang berada di dalam kawasan TNWK itu, Suratno mendapatkan ‘ilmu’ berburu.

Termasuk cara memancing kawanan rusa agar mudah diburu. Salah satunya dengan membakar hutan.

“Bukan katanya lagi (membakar hutan). Tapi, ya memang begitu caranya,” kata Suratno.

Area hutan yang dibakar, kata Suratno, adalah area padang rumput yang menjadi lokasi kijang mencari makan.

Jika rumput atau ilalang terlalu tinggi, tambah Suratno, kijang tidak akan terlihat.

Pembakaran area padang rumput itu juga dilakukan untuk memancing kijang muncul, terlebih di musim kemarau. Suratno mengatakan, rumput lama dibakar agar tumbuh tanaman baru.

“(rumput) dibakar, kalau musim kemarau kan rumputnya kering. Makanya dibakar dulu, jadi nanti tumbuh rumput baru yang segar. Nah, nanti menjangan (kijang) ini berdatangan,” kata Suratno.

Baca juga: Detik-detik Pemburu Tersesat di Hutan Papua Ditemukan, Dengar Namanya Dipanggil

Sekali berburu, 5 lokasi dibakar

Dalam satu kali berburu, Suratno tidak membakar tidak hanya satu lokasi. Namun bisa lebih dari tiga sampai lima lokasi, tergantung seberapa lama dia dan rombongannya berada di dalam kawasan hutan.

“(lokasi) yang ini kita bakar, lalu pergi (berburu) di tempat lain. Nanti, kalau lokasi yang tadi dibakar udah tumbuh rumput baru, kita ke sana lagi. Seminggu biasanya udah tumbuh lagi,” kata Suratno.

Sunarto mengadegankan kembali saat dia membakar ilalang dan rumput kering. Hanya bermodalkan korek api, rumput yang kering langsung terbakar hebat dan meluas begitu disulut api.

Metode pembakaran area makan kijang itu diamini Misngat (53) salah satu mantan pemburu lainnya yang kini telah menjadi anggota pengamanan swadaya masyarakat untuk konflik gajah.

 

Misngat sebenarnya pencari ikan di dalam kawasan hutan TNWK. Namun, dia sempat beberapa kali diajak para pemburu kijang untuk mencari target buruan.

“Kalau musim kering saya diajak (berburu kijang), atau cari burung,” kata Misngat.

Misngat satu desa dengan Sunarto. Bahkan Misngat ikut menjadi anggota pengamanan swadaya masyarakat bersama Sunarto.

Meski tidak pernah melakukan pembakaran secara langsung, Misngat mengaku diberitahu cara memancing satwa buruan di area padang rumput di dalam kawasan TNWK.

“Rumputnya dibakar, setelah dibakar ditinggal. Satu minggu di tempat yang terbakar tadi sudah tumbuh rumput baru. Hewan senang biasanya, jadi ngumpul di situ,” kata Misngat.

(Bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com