KOMPAS.com - Sudah lima tahun terakhir, Maria Mahendra Charolin (28) mengabdi sebagai perawat di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak dinyatakan lulus dari Poltekes Kupang
Pulau Palue adalah salah satu pulau terluar di Flores.
"Bertugas di daerah terluar yang jauh dari riuhnya kota itu sangat mulia bagi saya. Awalnya memang berat, karena harus jauh dari keluarga," tutur Maria saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/7/2020).
Baca juga: Kisah Perawat di Pulau Terluar, Jalan Kaki Susuri Tebing Berbatu untuk Tangani Pasien
Menurut maria, di tempatnya bertugas tidak ada listrik dan sinyal telepon. Sehari-hari, untuk mengisi baterai ponsel, ia harus mengantre di rumah yang memiliki genset.
Tak hanya itu. Jika harus berkomunikasi dengan pihak rumah sakit saat akan merujuk pasien, Maria berjalan jauh dari perkampungannya menuju buktit.
Di atas bukit itu lah Maria mendapatkan sinyal telepon untuk menghubungi rumah sakit.
"Saat mau rujuk pasien, kami harus cari sinyal di tempat yang agak tinggi untuk bisa komunikasi dengan petugas di RSUD Tc Hilles Maumere," ungkap Maria.
Baca juga: 12 Pulau Terluar di Babel Kini Mendapat Listrik
Jika harus berkunjung ke rumah warga untuk memberikan pelayanan, ia harus berjalan kaki puluhan kilometer dan menyusuri tebing berbatu di pinggir pantai.
Ia terpaksa berjalan kaki karena tak semua daerah di Pulau Palue bisa dilewati kendaraan.
Selain jalan kaki, ia beberapa kali datang ke rumah warga dengan menumpang perahu. Saat harus menaiki perahu kecil, Maria mengaku jika gelombang laut yang tinggi menjadi tantangan sendiri baginya.
Baca juga: 86 Dokter dan 146 Perawat di Jatim Positif Covid-19, Angka Kematian Tinggi
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.