Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi-Aksi Warga Tolak Rapid Test, Blokade Jalan, Usir Tim Medis sampai Geruduk Kantor Lurah

Kompas.com - 21/06/2020, 06:15 WIB
Pythag Kurniati

Editor

 

"Makanya saya bilang berilah data yang akurat, sehingga pasar kami ini jangan dipermainkan terus, anjlok pedagang kami, jatuh nama baiknya, itu yang menjadi amarahnya pedagang kemarin," kata Ujang.

Rapid test massal ini terus digencarkan petugas usai ditemukannya kasus Covid-19 di Pasar Cileungsi Bogor.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor Syarifah Sofiah mengemukakan, rapid test merupakan bentuk kepedulian Pemkab Bogor pada keberlanjutan Pasar Cileungsi.

Menurut Syarifah tidak seharusnya pedagang menolaknya.

Berdasarkan data tim gugus tugas, pada awal Juni ada 16 orang positif terinfeksi Covid-19 dari klaster Pasar Cileungsi Bogor.

Bahkan tak hanya mengenai pedagang, ada sejumlah pihak keluarga pedagang hingga pembeli yang terkonfirmasi positif.

Medio Juni 2020, jumlah kasus positif dari klaster tersebut bertambah menjadi 33 orang.

Usai para pedagang diberikan edukasi mengenai Covid-19, Dinkes Bogor memastikan pedagang bersedia menjalani tes.

Baca juga: Sederet Cerita Warga Takut Di-Rapid Test, Malah Tawarkan Uang Damai dan Mengungsi ke Pulau Lain

3. Blokade jalan dengan kayu

Di Ambon, Maluku, sejumlah warga di kawasan Pohon Mangga, Air Salabor, Kecamatan Nusaniwe melakukan aksi tolak rapid test.

Mereka kompak memblokade jalan masuk menuju kampung menggunakan tumpukan kayu, bangku dan seng.

Penolakan terjadi lantaran warga meyakini semua orang di wilayah mereka dalam kondisi sehat.

Tak hanya berteriak, warga pun membentangkan sejumlah pamflet ketika tim medis datang dan berusaha melakukan negosiasi.

"Tidak perlu ada rapid test di sini, kita semua di sini sehat. Kampung ini bukan kampung virus," tutur warga.

Sedangkan menurut kepala pemuda setempat, Muhamad Borut menceritakan, warga berpikir jika hasil rapid test selalu positif.

Setelah rapid test pun akan selalu berakhir dengan karantina.

Kurangnya pemahaman tersebut memicu aksi protes.

"Masyarakat berpikirnya begitu, kalau di-rapid test pasti positif, karena memang yang mereka tangkap dari Gugus Tugas selama ini yang disampaikan itu hasil rapid test positif sekian dan bukan hasil rapid test reaktif," kata Borut.

Upaya rapid test di kawasan itu dilakukan menyusul temuan adanya 6 warga yang dinyatakan positif Covid-19.

Baca juga: Kisah-kisah Perawat Melawan Aniaya dan Stigma di Tengah Pandemi Corona, Diancam Pecahan Kaca dan Jenazah Ditolak Warga

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com