Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bunga Tabur Masih Melimpah di Hari Kedua Lebaran, Pedagang Terpaksa Jual Murah

Kompas.com - 25/05/2020, 18:17 WIB
Riska Farasonalia,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Suasana hari kedua Lebaran, Senin (25/5/2020), di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bergota, Semarang.

Jauh berbeda pada hari pertama Idul Fitri, usai sholat Ied masyarakat yang hendak berziarah ke kuburan berbondong-bondong memenuhi tempat makam tersebut.

Hal ini membuat para pedagang bunga tabur yang biasa menjajakan dagangannya mengalami penurunan omzet hampir 50 persen dibanding tahun sebelumnya.

Alhasil bunga tabur yang digunakan masyarakat untuk ziarah kubur pada saat menjelang dan hari H Idul Fitri ini dijual murah karena stoknya melimpah.

Baca juga: Sepi Pembeli Jelang Lebaran, Pedagang Kembang Api Hanya Berharap Balik Modal

Pantauan Kompas.com, puluhan pedagang bunga tabur menggelar lapak di sepanjang Jalan Pandaran menuju kawasan TPU Berguto Jalan Kyai Shaleh, Semarang.

Darmi (60), seorang nenek yang sudah berjualan bunga tabur sejak berusia 15 tahun, merasakan imbas sepinya pembeli semenjak corona.

Di usianya yang senja, dia mengaku khawatir tatkala harus berjualan bunga tabur di tepi Jalan Kyai Shaleh.

Setiap kali melayani pembeli, ia harus menerapkan protokol kesehatan dengan selalu memakai masker untuk melindungi diri dari penularan corona.

"Ini sepi banget pembelinya. Turun sampai separuhnya. Jadi gak tentu pendapatannya. Karena corona juga gak bebas jualan. Harus jaga jarak pakai masker, takut tertular," pungkasnya.

Baca juga: Tradisi Ziarah Kubur saat Lebaran dan Manfaatnya, Menurut Sains

Ditemui terpisah, Sri Munah (37), seorang pedagang bunga tabur mengaku sudah mulai melapak bunga tabur di tepi Jalan Pandanaran sejak Kamis (21/5/2020) atau memasuki H-3 Lebaran.

"Hari kedua Lebaran ini gak ramai kayak hari pertama kemarin. Kalau pas Lebaran kemarin pemasukan lumayan sampai Rp 200.000," ujar Sri saat berbincang kepada Kompas.com, Senin (25/5/2020).

"Memang ramainya gak seperti tahun-tahun kemarin bisa dapat Rp500.000 tiap hari. Ini aja sepi dapat Rp100.000 udah syukur Alhamdulillah," sambung Sri.

Sri meyakini pendapatannya turun drastis akibat pengaruh wabah corona.

Baca juga: Rayakan Idul Fitri di Tengah Pandemi, Warga Semarang Tetap Jalankan Tradisi Ziarah Makam

Bahkan, modal awal sebesar Rp 1 juta untuk berjualan bunga tabur terpaksa tak kembali karena berkurangnya penghasilan.

"Modal awal Rp 1 juta. Bunganya kan mahal. Sampai hari ini belum nutup modal, jualannya diitung-itung cuma dapat Rp 700.000 sejak H-1 Lebaran," ujar Sri warga asli Gedong Songo, Bandungan.

Sri menjelaskan, sepinya pembeli membuat stok bunga yang ia beli dari daerah Bandungan masih melimpah di hari kedua Lebaran.

Alhasil, ia terpaksa harus menjual bunga tabur tersebut dengan harga murah.

Baca juga: Berbahagia, yang Tak Boleh Hilang Saat Idul Fitri di Tengah Pandemi...

"Kalau ramai ramai biasanya bisa dijual Rp 50.000 untuk satu keranjang besar. Musim gini cuma dijual Rp 20.000. Kalau keranjang kecil biasanya Rp 25.000 sekarang dijual cuma Rp 10.000," kata Sri.

Sri yang sehari-harinya membuat anyaman pelepah pisang ini berharap pandemi corona dapat cepat berakhir sehingga penghasilannya dapat kembali normal.

"Harapannya agar cepat selesai. Karena sekarang susah cari rezeki. Di rumah buat anyaman juga penjualan berkurang. Keranjang anyaman juga belum laku," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com