Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balita 1,5 Tahun Ini Menangis Keras Saat Dipisahkan dari Ayah dan Ibunya yang Positif Covid-19

Kompas.com - 04/05/2020, 23:07 WIB
Fitri Rachmawati,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Seorang balita berusia 1,5 tahun, asal Kelurahan Kebon Sari, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, terpaksa dirawat oleh tim Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB.

Hal itu kerena kedua orangtuanya serta kakak bayi tersebut, positif Covid-19, dan harus menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Kota Mataram, sejak Minggu (3/5/2020).

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram, Dr Lalu Herman Mahaputra yang mengatakan, kedua orangtua balita itu telah menjalani perawatan di RSUD Kota Mataram.

"Malam ini ibunya sudah menjalani perawatan di rumah sakit dan balitanya di LPA, dilema memang, tapi kita harus amankan balitanya dulu supaya penularannya putus," kata Herman, saat dikonfirmasi melalui telepon, Senin (4/5/2020) malam.

Baca juga: Surabaya Rawan Kriminal Sejak PSBB Diterapkan, Risma Minta Warga Waspada Hal Ini

Divisi Advokasi LPA NTB, Joko Jumadi, mengatakan, balita laki-laki itu harus dirawat terpisah dari kedua orangtuanya dan kakaknya agar tidak terpapar, karena hasil swabnya negatif.

"Saya di kontak pihak RSUD Kota Mataram, yang khawatir merawat balita itu di rumah sakit, karena setelah seluruh keluarganya melakukan tes swab, hanya balita ini yang negatif, ibu bapak dan kakaknya positif Covid-19. LPA tidak bisa membiarkan bayi itu sendirian tanpa ada yang merawat, LPA merawatnya saat ini," kata Joko.

Joko sendiri yang langsung mengambil balita itu ke rumah sakit, saat itu karena terpisah dari orangtuanya balita malang itu menangis sangat keras.

"Namanya anak-anak, ya dia pasti kaget dipisahkan dari orangtuanya, saya gendong, tenangkan di malah diam dan merasa nyaman, kami bawa ke rumah perlindungan sementara, dan dirawat oleh tim kami, termasuk ada ahli gizi dan dokter anak RSUD Kota Mataram terlibat mengawasi balita ini," kata Joko.

Balita AW yang dirawat Tim LPA nampak manja dan menyandarkan kepalanya saat digendong.

Dia harus menunggu hingga orangtua dan kakaknya berhasil melawan Covid-19 baru bisa berkumpul kembali dan merasakan pelukan ibunya.

"Kasihan juga ya lihat seperti ini, tentu tidak tega, Covid-19 ini harus memisahkan orangtua dan anak balitanya," kata Joko.

Dia menilai, kasus serupa kerap terjadi, bukan hanya pada balita AW saja, karena berdasarkan data LPA NTB, banyak anak-anak yang orangtuanya positif Covid-19 tak ada yang merawat.

Keluarga dan tetangganya banyak yang ketakutan dan khawatir merawat karena takut tertular.

Joko juga melihat pemerintah tidak menyiapkan atau memprioritaskan penanganan anak-anak yang terdampak karena orangtuanya terpapar corona ini.

Baca juga: Khofifah Sediakan Kolam Ikan Lele untuk Pemulihan Psikososial Warga yang Dikarantina karena Covid-19

Dia menilai prioritas penanganan selalu ditujukan pada kepentingan orang dewasa.

"Kasus seperti ini pasti akan terjadi, karena itu harus disiapkan sejak sekarang bagaimana penangannya, LPA tidak mungkin sendiri melakukan ini karena keterbatasan personel. Pemerintah harus siapkan skenario jika hal ini terjadi," ungkap dia.

16 anak positif Covid-19

Berdasarkan data LPA NTB tercatat sebanyak 16 anak-anak usia 0 sampai 18 tahun terpapar Covid-19 ini, terbanyak terjadi di Kota Mataram.

Joko menilai, anak-anak sangat rentan tertular maupun menularkan virus ini, karena edukasi di keluarga mereka yang sangat minim.

Saat anak-anak tidak sekolah, justru mereka banyak keluar rumah, bermain tanpa pengawasan orangtua, bermain tidak menggunakan masker.

Tanpa pengawasan, rantai penularan sulit diputuskan.

"Ini harus menjadi perhatian pemerintah daerah NTB, kabupaten kota se-NTB agar penanganan Covid-19 juga memprioritaskan pada anak-anak," ujar dia.

Baca juga: Kasus Positif Corona di Papua Capai 240, Satgas Minta Pemda Karantina ODP dan PDP

Kepala Kominfotik Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi, yang juga tim Satgas Covid-19 NTB, menyebutkan, saat ini di NTB jumlah kasus positif Covid-19 mencapai angka 275 kasus.

Mataram masih menempati posisi paling tinggi dengan 94 kasus, Lombok Barat 39 kasus, Dompu 37 kasus, Lombok Tengan 33 kasus, Lombok Timur 31 kasus.

Kemudian, Kabupaten Sumbawa 18 kasus, Lombok Utara 16 kasus, Kabupaten Bima 17 kasus,  Kabupaten Sumbawa Barat (KBS) 3 Kasus dan Kota Bima 2 kasus.

Sebanyak 5 orang meninggal dan 47 orang sembuh dari Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com