Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merayakan Hardiknas di Tengah Pandemi, Langkah Para Guru demi Secercah Ilmu...

Kompas.com - 02/05/2020, 14:20 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Belajar memang tak selalu mudah, tetapi inilah saatnya berinovasi, bereksperimen. Inilah saatnya mendengarkan dan menjadi bangsa lebih baik di masa depan.

Kutipan pidato Menteri Pendidikan Nadiem Makarim itu dibacakan pada peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardinknas 2020, Sabtu (2/5/2020).

Seperti dikatakan Nadiem, belajar tak selalu mudah dan penuh tantangan.

Di tengah kondisi pandemi, sosok guru-guru yang rela berkorban mencuat ke hadapan publik.

Seolah tak memiliki lelah, mereka rela menjelajah pelosok daerah demi memberikan ilmu bagi anak didiknya.

Baca juga: Sederet Potret Kemiskinan di Tengah Pandemi, Tak Makan 2 Hari, Jual HP Rp 10.000, dan Nekat Mencuri

Rela jalan kaki 1,5 jam dan hadapi satwa liar

Yayah sedang mengunjungi rumah siswanya yang berada di pelosok Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Dia menyampaikan materi pelajaran kepada siswanya yang tidak memiliki telepon selular untuk belajar lewat jarak jauh.DOK Yayah sedang mengunjungi rumah siswanya yang berada di pelosok Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Dia menyampaikan materi pelajaran kepada siswanya yang tidak memiliki telepon selular untuk belajar lewat jarak jauh.
Sebanyak delapan siswa Sekolah Dasar Giriharja, Kecamatan Rancah, Ciamis, Jawa Barat, mengalami kesulitan belajar semenjak pandemi.

Mereka tak memiliki telepon seluler, bahkan televisi pun tak ada.

Rumah mereka terletak di pelosok perbatasan antara Ciamis dan Kuningan.

Untuk mencapai rumah siswa-siswa tersebut, harus melewati perbukitan dan hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki.

Namun, kondisi itu tak menciutkan nyali para pahlawan tanpa tanda jasa SD Giriharja.

Tiga orang guru rela melewati semua rintangan demi memberikan ilmunya. Mereka adalah Yayah Hidayah, Rohaetin, dan Eem Maesaroh.

"Jaraknya (rumah siswa) sekitar tiga kilometer dari rumah saya. Akses ke sana hanya jalan setapak. Hanya bisa dilewati dengan jalan kaki," ujar Yayah Hidayah, guru SD Giriharja.

Baca juga: Kaleidoskop 2019: Kisah Warga AS Bikin 7 Sekolah di Papua hingga Anak Tukang Becak Lulus Cum Laude ITB

Mereka harus berangkat pagi-pagi dan menempuh perjalanan 1,5 jam berjalan kaki.

Mereka selalu pergi bertiga lantaran banyak satwa liar berkeliaran di perbukitan.

"Kami pergi bersama-sama. Kalau enggak bareng, takut. Di jalan masih banyak monyet. Kami juga persiapan di jalan bawa tongkat, takut ada monyet," kata Yayah.

Satu hal yang membuat mereka kuat. Harapan agar anak didiknya kelak menjadi orang yang berilmu meski mereka hidup di daerah pelosok.

"Mudah-mudahan bisa berguna untuk bangsa dan agama. Kami juga harap semoga pandemi ini segera selesai, supaya kami semua bisa kembali belajar di sekolah," kata guru lainnya, Eem Maesaroh.

Baca juga: Kisah 3 Guru Ciamis Ajari Siswa di Rumah: Jalan Kaki 1,5 Jam, Lewati Bukit dan Siap Hadapi Satwa Liar

 

Ujang saat mengajar siswangya di salahdatu saung tempat kumpul warga (foto dok pribadi Ujang Setiawan Firdaus)KOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG Ujang saat mengajar siswangya di salahdatu saung tempat kumpul warga (foto dok pribadi Ujang Setiawan Firdaus)
Berkeliling di enam kampung

Ujang Setiawan Firdaus, seorang guru kelas V SDN Purbayan 1 Caringin, Garut, rela mendatangi rumah murid-muridnya yang tersebar di enam kampung.

Penyebabnya, banyak muridnya yang terkendala jaringan internet dan tak bisa mengakses program televisi.

"Di kampung mah siaran TVRI tidak bisa diterima. Memang rata-rata orangtuanya punya HP, tapi saat dicoba, banyak yang tidak mengerti, kecuali siswa SMA," kata Ujang.

Ujang biasanya mendatangi siswa-siswanya yang berjumlah 45 orang.

Ujang pun mengaku tak keberatan meski harus menempuh jarak berkilo-kilometer.

Ujang mengatakan, rasa lelahnya sirna ketika melihat wajah murid-muridnya bersemangat.

"Mereka sangat semangat, jadi mereka rindu sama guru dan sekolahnya juga setelah lama tidak sekolah," ungkap dia.

Baca juga: Pidato Lengkap Hardiknas 2020 Mendikbud Nadiem Makarim

Kisah guru Avan datangi satu per satu muridnya

Avan Fathurrahman, guru SDN Batu Putih Laok saat berada di rumah muridnya sambil memberikan tugas dan buku pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan Avan seminggu tiga kali.Dok.Avan Fathurrahman Avan Fathurrahman, guru SDN Batu Putih Laok saat berada di rumah muridnya sambil memberikan tugas dan buku pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan Avan seminggu tiga kali.
Guru SD Batu Putih, Laok, Sumenep, Avan Fathurrahman, memutuskan mendatangi satu per satu muridnya selama pandemi.

Tidak semua muridnya memiliki akses untuk belajar secara daring.

Avan bercerita, ia pernah dikejutkan dengan wali murid yang mencari utang demi membeli smartphone untuk anaknya belajar.

Ia pun melarang wali murid tersebut lantaran kondisi perekonomiannya yang belum mampu.

"Ini memilukan bagi saya sehingga saya memilih mendatangi murid-murid," kata dia.

Ia mendatangi murid-muridnya demi kecintaannya memberikan ilmu kepada mereka.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Ari Maulana Karang, Candra Nugraha, Tufiqurrahman, Yohanes Enggar Harususilo | Editor : Farid Assifa, Abba Gabrilin, David Oliver Purba, Yohanes Enggar Harususilo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com