Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 13 TKI Telantar di Hutan Bakau, Tak Saling Kenal, Terombang-ambing 4 Hari di Tengah Laut

Kompas.com - 02/05/2020, 12:21 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Kisah sedih harus dialami 13 tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal dari Malaysia. Mereka pada Jumat (1/5/2020) pagi dievakuasi tim patroli gabungan dari pinggir hutan bakau di perairan Asahan, Sumatera Utara. 

Terungkap, mereka terombang-ambing berhari-hari di tengah laut di kapal ikan Malaysia kemudian bermalam di hutan bakau dengan perut kosong. 

Kapolres Tanjung Balai, AKBP Putu Yudha Prawira mengatakannya ketika ditelepon pada Sabtu (2/5/2020) pagi.

Dijelaskannya, belasan TKI itu umumnya tidak saling kenal. Ada yang berangkat sendirian, ada pula yang berdua dari tempat yang berlainan.

"Mereka umumnya tidak saling kenal sebelumnya. Karena dari daerah yang berlainan," katanya. 

Mulai dari Meru, Sungai Besar, Kwincan, Hutan Melintang, BNO, dan lainnya kemudian berangkat dari pelabuhan Sekincan maupun Port Klang ke Tanjung Balai dan Asahan.

Baca juga: Kronologi Belasan TKI Ilegal Ditemukan Telantar di Hutan Bakau, 2 Hari Tidak Makan dan Ditipu Tekong Kapal

Berpindah-pindah kapal kecil

 

Dijelaskannya, jika normalnya dari Malaysia ke Tanjung Balai itu memakan waktu 4 jam. Tapi faktanya, harus berhari-hari di tengah laut.

"Mereka ini ada yang 5 jam, ada juga yang 2 hari sampai 4 hari terombang-ambing di tengah laut di kapal ikan Malaysia," katanya. 

Keberangkatan mereka pun, kata dia, dari Sekincan maupun Port Klang tidak bersamaan. Mereka berangkat menggunakan kapal-kapal kecil.

Hingga di tengah laut atau perbatasan perairan Malaysia dan Indonesia, mereka pindah ke kapal ikan Malaysia yang ukurannya lebih besar. 

Selama di kapal ikan tersebut lah para TKI tersebut dikumpulkan sembari menunggu kapal jemputan.

Baca juga: Telantar di Hutan Bakau, 13 TKI Ilegal Mengaku Ditipu Tekong Kapal dan Tak Makan Dua Hari

Empat hari terombang-ambing

Menurutnya ada 2 kemungkinan kenapa mereka ada yang harus berhari-hari di kapal tersebut. 

Pertama, karena kapal penjemput belum datang. Kedua, kapal penjemput sengaja mengumpulkan mereka semua di 1 kapal sehingga sekali menjemput jumlahnya banyak. 

"Jadi kenapa mereka sampai 4 hari, ini karena tak mau rugi juga orang yang jemput, hanya 1 atau 2 orang. Nunggu terkumpul. Kapal penjemput ini kapal dari Indonesia. Setelah mereka pindah ke kapal ikan Indonesia, baru lah mereka dibawa ke perairan Asahan," katanya. 

Dikatakannya, kenapa kapal penjemput menurunkan mereka di hutan bakau, diduga karena tidak berani menyandar di pelabuhan-pelabuhan resmi.

"Takut juga mereka ditangkap. Kapal yang ketangkap kita proses hukum dan yang diproses itu pemilik kapal. Pidana kalau ketangkap," katanya. 

Baca juga: 14 TKI Ilegal Asal Malaysia Ditelantarkan di Pinggir Hutan Saat Kondisi Hujan Badai

Kelaparan selama perjalanan, bermalam di hutan bakau

Dijelaskannya, kondisi mereka selama di perjalanan tidak makan. Kalaupun makanan, jumlahnya sangat terbatas dan seadanya.

Karena, durasi perjalanan yang seharusnya ditempuh dalam waktu 4 jam, molor menjadi 2 hingga 4 hari. 

Putu menjelaskan, belasan TKI tersebut diturunkan di hutan bakau oleh kapal penjemput dari Indonesia pada malam hari, sehingga sempat bermalam.

"Sebelum ditemukan sekitar pukul 10.00 WIB, mereka sudah di hutan bakau itu pada malam harinya. Mereka mencari jalan keluar dari hutan bakau. Kondisinya belum makan lah," katanya. 

Mengenai kapal yang menjemput mereka di perbatasan dan menurunkan mereka di hutan bakau, hingga saat ini masih dilakukan penyelidikan.

Pasalnya, pada saat menemukan para TKI tersebut di pinggir hutan bakau, kapal tersebut sudah tidak ada di lokasi. "Masih kita selidiki kapal yang bawa TKI ke Indonesia," katanya.

Baca juga: 72 TKI Ilegal dari Malaysia Ditelantarkan di Pinggir Sungai

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com