Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mati Surinya Sejumlah Kebun Binatang di Tengah Pandemi, Ada yang Hendak Korbankan Rusa untuk Pakan Harimau

Kompas.com - 30/04/2020, 06:45 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI) melakukan survei terhadap 60 anggota internalnya.

Hasilnya, mayoritas kebun binatang hanya mampu menyediakan pakan bagi satwanya selama satu bulan.

"Artinya, 90 persen anggota kami hanya bisa bertahan dalam satu bulan," ungkap Juru Bicara PKBSI, Sulhan, seperti dilansir Tribun Jabar.

Hanya sebesar 5,26 persen kebun binatang yang bisa bertahan menyediakan pakan selama satu hingga tiga bulan.

Kemudian hanya 2,63 persen yang mampu menyediakan pakan sampai lebih dari tiga bulan.

Lantas bagaimana kondisi beberapa kebun binatang dan taman satwa di Indonesia?

Baca juga: Sederet Potret Kemiskinan di Tengah Pandemi, Tak Makan 2 Hari, Jual HP Rp 10.000, dan Nekat Mencuri

Terancam korbankan rusa untuk pakan harimau

Salah satu macan tutul koleksi Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoological Bandung (Bazoga) sedang bertenger di dahan pohon besar di kandangnya.KOMPAS.COM/AGIE PERMADI Salah satu macan tutul koleksi Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoological Bandung (Bazoga) sedang bertenger di dahan pohon besar di kandangnya.
Bandung Zoological Garden atau Kebun Binatang Bandung tak lagi dikunjungi warga semenjak pandemi.

Imbasnya, mereka tak menerima pemasukan hingga kesulitan memberikan pakan.

Humas Kebun Binatang Kota Bandung Sulhan Syafi'i mengatakan, kebun binatang itu hanya bisa bertahan kurang lebih 4 bulan tanpa adanya pengunjung dan pemasukan.

"Kalau pemerintah tak membantu dalam masa empat bulan itu, kita terpaksa mengambil skenario terburuk dengan memotong rusa untuk pakan macan tutul, harimau Sumatera," kata Sulhan, seperti dikutip Kompas TV.

Menurutnya, langkah itu terpaksa harus diambil jika situasi sulit ini berlangsung lama.

"Itu (satwa dililindungi) ikon Indonesia yang harus diselamatkan. Jadi kita terpaksa mengorbankan sebagian untuk sebagian yang lebih penting, itu skenario terburuk yang akan kita ambil," kata dia.

Baca juga: Kasus-kasus Kebohongan Pasien Corona di Sejumlah Daerah, Dilakukan Kuli Bangunan dan Petugas Medis Terinfeksi

Seekor harimau sumatera berendam di kolam di kandangnya di Kebun Binatang Medan (Medan Zoo), Sabtu, 27 Februari 2016. Sejak penutupan, Medan Zoo kini menggalang koin donasi untuk kebutuhan makanan satwa.KOMPAS.COM/DEWANTORO Seekor harimau sumatera berendam di kolam di kandangnya di Kebun Binatang Medan (Medan Zoo), Sabtu, 27 Februari 2016. Sejak penutupan, Medan Zoo kini menggalang koin donasi untuk kebutuhan makanan satwa.

Pengelola Medan Zoo harus berutang

Penutupan Medan Zoo untuk menghindari penyebaran Covid-19 telah dilakukan sejak 23 Maret 2020.

Praktis, kebun binatang Simalingkar, Deli Serdang itu tak memiliki pemasukan.

Direktur Utama Perusahaan Daerah Pembangunan Kota Medan Putrama mengatakan, kebutuhan untuk pakan 200 koleksi satwa dan operasional tak sedikit jumlahnya.

Meski menegaskan belum ada satwa yang kelaparan, namun untuk memenuhi kebutuhan pakan, pengelola harus berutang.

Pengelola juga terpaksa merumahkan karyawan-karyawannya.

"Kondisi satwa baik, ada dua dokter hewan dan pegawai aktif masih ditugaskan, selebihnya dirumahkan," kata dia.

Untuk memenuhi kebutuhan operasional, ia mengaku telah mengumpulkan donasi dan menerima bantuan CSR.

Baca juga: Kasus-kasus Pasien Positif Corona Tanpa Gejala di Sejumlah Daerah, Ada yang Hanya Merasa Kehausan

Taman Satwa Cikembulan kesulitan pakan

Prngunjung melihat Harimau yang ada di kandang di Taman Satwa Cikembulan, Sabtu (19/10/2019)KOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG Prngunjung melihat Harimau yang ada di kandang di Taman Satwa Cikembulan, Sabtu (19/10/2019)
Sedikitnya 435 ekor satwa di Taman Satwa Cikembulan, Kecamatan Kadungora, Garut terancam kesulitan pakan akibat pandemi Covid-19.

Sebab, sejak awal Maret 2020, pihak manajemen menutup kunjungan wisatawan dan tak ada lagi pemasukan.

Manajer Operasional Taman Satwa Cikembulan Rudy Arifin memaparkan mereka dihadapkan pada biaya pakan yang tinggi.

"Biaya pakan macan tutul saja sebulan bisa sampai Rp 20 juta. Karena makanannya berupa daging, dalam kondisi seperti ini tabungan yang ada harus dikeluarkan," kata Rudy.

Ia memprediksi tabungan itu hanya bisa mencukupi hingga Juni 2020.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Dewantoro, Ari Maulana Karang | Aprilia Ika) Tribun Jabar, Kompas TV

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com