Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tukang Becak di Salatiga Hidup Mengandalkan Bantuan

Kompas.com - 21/04/2020, 12:00 WIB
Dian Ade Permana,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SALATIGA, KOMPAS.com- Sebagai tukang becak, Hashim mengaku mengaku sangat terpukul dengan wabah corona yang saat ini terjadi.

Penghasilannya jadi semakin tidak menentu, apalagi setelah para langganan jarang menggunakan jasanya.

"Sekarang sangat sepi, paling sehari hanya ada satu penumpang. Setelahnya, kami hanya nongkrong menunggu sore," jelasnya, Selasa (21/4/2020) usai penyerahan bantuan dari Srikandi Pemuda Pancasila Kota Salatiga di Terminal Angkota Tamansari.

Baca juga: Kisah Kakek Pengayuh Becak di Semarang Tak Bisa Makan karena Sepi Penumpang

Hashim mengatakan, uang yang diperolehnya untuk satu penumpang antara Rp 10.000 hingga Rp 15.000 tergantung jarak yang ditempuh dan tawar menawar.

"Kalau ngomong kurang, ya pasti kurang. Sekarang semua serba mahal. Kami para tukang becak kalah bersaing dengan ojek online, apalagi saat wabah ini, untuk makan saja kurang," ucapnya.

Dia mengaku bebannya sedikit berkurang karena becak itu miliknya sendiri.

"Jika harus setoran tentu tambah berat, apalagi saat ini sepi tarikan. Bisa dikatakan, saat ini hidup kami hanya bergantung pada bantuan. Setelah dapat penumpang, kami menunggu bantuan-bantuan dari pemerintah, donatur, atau ormas yang peduli," kata Hashim.

Baca juga: Kronologi Tukang Becak Dituduh Pencuri dan Dianiaya 3 Oknum Satpam

Sementara Ketua DPC Srikandi Pemuda Pancasila Salatiga, Maya Indah, mengatakan bantuan empon-empon dan wedang uwuh yang diberikan bertujuan meningkatkan daya tahan tubuh para pekerja di jalanan seperti tukang becak, tukang parkir, dan sopir angkutan kota.

Dia juga meminta kaum perempuan berperan aktif untuk bangun kesadaran masyarakat mulai dari keluarga dan di tengah masyarakat untuk hentikan Covid-19.

"Jangan sampai kaum perempuan justru jadi penghalang percepatan penanganan Covid-19. Harus cerdas taati anjuran pemerintah, dan ikut andil dalam ubah stigma negatif yang jadi batu sandungan untuk pemantauan dan pelaporan Covid-19," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com