KOMPAS.com - Coronavirus disease 2019 Covid-19 masih jadi pandemi. Meski demikian, pandemi itu tak menyurutkan Kelompok Tani Desa Tukulrejo, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri untuk ikut memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Kelompok Tani binaan Dompet Dhuafa dan Lembaga Kursus pelatihan (LKP) itu memanen gabah kering di lahan seluas 2.000 meter persegi.
Sebelumnya, 30 anggota kelompok tani mengikuti pelatihan soal penanaman padi dengan metode System of Rice Intensification (SRI).
Pelatihan tersebut memberikan sekolah lapang selama lima bulan di lahan seluas 2,25 hektar.
Baca juga: Dompet Dhuafa Produksi dan Distribusikan Bilik Disinfektan ke RSD Wisma Atlet
Hasilnya, pada masa panen kali ini, para petani berhasil memanen 2 ton gabah. Panen diperkirakan berlangsung hingga pertengahan April.
Pendamping Program Pertanian Sehat Terpadu, Kimin mengatakan, selama pelatihan para petani difasilitasi untuk mempelajari kendala sekaligus menemukan solusi.
“Alhamdulillah, selama sekolah lapang, petani dapat mengamati, mempelajari kendala-kendala, berikut solusi yang diambil,” kata Kimin dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/4/2020).
Pihaknya pun optimis panen 15 ton gabah kering dapat tercapai setelah melihat perkembangan positif para petani.
SRI sendiri merupakan sistem produksi pertanian holistik terpadu dengan mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro ekosistem secara alami.
Optimalisasi itu dilakukan dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air, udara, mikro organisme, dan sinar matahari.
Dengan demikian, pengelolaan itu dapat menghasilkan pangan dan serat yang berkualitas serta berkelanjutan.
Selain itu, metode SRI merupakan model pertanian yang hemat air, khususnya pada tanaman padi.
Baca juga: Dompet Dhuafa Bagikan Hygine Kit kepada Kelompok Rentan Terkena Covid-19
Metode itu pun sejalan dengan upaya mengantisipasi kekurangan, krisis air, bahkan kesulitan air seperti yang terjadi di beberapa daerah Pulau Jawa.
“Sebagai perbandingan, penanaman dengan metode SRI menghasilkan 6-7 ton per hektar gabah kering panen,” terang Kimin.
Sedangkan metode konvensional, lanjut dia, menghasilkan 3,5–4 ton per hektar gabah kering panen.