Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berlian Banjarmasin: Disimpan di Belanda, Jarahan Perang 160 Tahun Lalu (1)

Kompas.com - 13/03/2020, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

Di museum terbesar di Belanda ini, berlian Banjarmasin ini juga sempat puluhan tahun tersimpan di gudang sampai akhirnya dipajang lagi pada 2013 dan menjadi "36 karat" dari yang semula "80 karat".

Keterangan resmi saat ini tertulis, "Berlian ini adalah jarahan perang. Berlian ini dulu dimiliki oleh Panembahan Adam, Sultan Banjarmasin (Kalimantan)."

"Setelah kematian sultan, Belanda ikut campur dalam perang suksesi kesultanan. Pada tahun 1859, tentara Belanda menguasai Banjarmasin dengan kekerasan dan menghapuskan kesultanan."

Baca juga: Ratu Belanda Lepas Sarung Tangan Saat Bersalaman dengan Sri Sultan, Disuguhi Tarian Tradisional

Tulisan "jarahan perang" di keterangan baru tercantum dalam beberapa tahun terakhir.

Seorang sejarawan Belanda, Caroline Drieenhuizen mengatakan pada tahun 2017, keterangan tentang berlian ini tertulis, "Setelah ada masalah terkait suksesi, Belanda memutuskan untuk menghentikan kesultanan. Berlian ditetapkan sebagai milik negara Belanda.

Keterangan, yang menurut Caroline, tidak menyertakan apa yang terjadi di Borneo saat itu.

"Menurut saya masih ada mentalitas kolonial. Orang di Belanda menulis sejarah berdasarkan perspektif mereka dan itu harus berubah karena ada sejarah Indonesia di balik itu," kata Caroline.

Baca juga: Raja Belanda ke Candi Prambanan, Promosi Pariwisata Gratis di Tengah Isu Corona

Jarahan perang dari Lombok. dok BBC Indonesia Jarahan perang dari Lombok.
Namun ia menyatakan beberapa tahun belakangan ini ada perubahan dengan dilakukan riset oleh berbagai museum, termasuk Rijksmuseum, terkait sejarah artefak-artefak Indonesia.

Kurator Rijksmuseum, Harm Stevens, mengatakan pihak museum "terbuka dengan semua masukan" dan terbuka dengan diubahnya keterangan terkait berlian.

"Museum selalu terbuka dengan berbagai usulan. Perubahan ini adalah upaya untuk membuka sisi gelap dari benda ini untuk ditunjukkan ke pengunjung. Dan sisi gelap ini adalah tanggung jawab dari pemerintah Belanda." kata Harm.

Baca juga: Raja Belanda Ambil Pesanan Baju Batik di Kampung Cyber Yogyakarta

Ia mengatakan maksud "kekerasan" yang tercantum di keterangan berlian adalah perang yang terjadi dan berujung pada berakhirnya kesultanan dan dibawanya pusaka-pusaka kesultanan kembali ke Belanda.

"Maksud kekerasan di sini adalah apa yang berlangsung di Banjarmasin, yang merupakan bagian dari kolonisasi. Setiap tahun, ekspedisi militer dikirim pada abad ke-19 dari Batavia ke semua tempat untuk perang di sejumlah tempat tertentu," kata Harm.

"Saya rasa banyak yang terbunuh. Dalam buku sejarah Belanda disebut sebagai Perang Banjarmasin. Jadi di balik berlian indah yang berkilau ini ada cerita perang...saksi sejarah gelap...Di sisi lain penting pula untuk menekankan apa artinya bagi Sultan Banjarmasin, tempat asal berlian ini," tambahnya.

Harm mengatakan riset terkait berlian dan artefak-artefak Indonesia lain masih berlangsung, termasuk melibatkan kurator dari Indonesia.

Baca juga: Kembangkan Sektor Transportasi, Menhub Buka Peluang Kerja Sama dengan Belanda

Namun ia menyebutkan urusan penyerahan kembali ke Indonesia akan diputuskan pemerintah.

Tetapi sejarawan Caroline Drieenhuizen menyebut peninggalan bersejarah ini - seperti halnya keris Pangeran Diponegoro perlu dikembalikan.

"Kita harus tahu seluruh cerita di balik ini dan tidak tepat berlian ini ada di museum di sini. Berlian diambil secara paksa, dan saya rasa harus dikembalikan," kata Caroline.

Baca juga: Berlian Banjarmasin: 160 Tahun di Belanda, Kerabat Sultan Minta Dikembalikan ke Banjar (2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com