KOMPAS.com- Sebuah drone berpenumpang atau disebut dengan taxi drone diuji coba pertama kalinya di Lapangan Udara Gading, Playen, Gunungkidul , Yogyakarta, Sabtu (7/3/2020).
Yang membanggakan, taxi drone Frogs 282 ini diklaim merupakan drone berpenumpang yang pertama kali dibuat di Indonesia oleh anak bangsa asal Bantul, DIY.
Berikut fakta-fakta mengenai taxi drone yang dihimpun oleh Kompas.com:
Baca juga: Taxi Drone Pertama di Indonesia Diuji Coba, Mampu Terbang Rendah Gunakan 8 Mesin
Rupanya, taxi drone ini dibuat berawal dari tantangan seseorang.
Co Founder Frogs Indonesia Asro Nasiri menjelaskan, rekannya bernama Kiwi melihat produk ciptaan mahasiswa Amikom.
Kiwi dan Asro ketika itu melihat drone maping berukuran kecil buatan mahasiswa.
Mahasiswa tersebut kemudian mendapat tantangan membuat drone berukuran besar yang bisa ditumpangi. Namun, mahasiswa itu malah mengarahkan Astro untuk membuat drone berpenumpang.
Baca juga: Melihat Uji Coba Taxi Drone Berkapasitas 2 Orang Buatan Start Up
Astro yang sebelumnya 13 tahun bekerja di Industri Pesawat Terbang Nusantara (sekarang PT Dirgantara Indonesia) pun kemudian tertantang membuat drone tersebut.
Ia kemudian mengumpulkan tim perancang dan membuat desain taxi drone 7 September 2017.
"Lalu keluar nama Frogs ini juga dari perbincangan kita, kira-kira namanya apa. Karena waktu itu kita menemukan model drone unik salah satunya katak. Walaupun dalam perkembangannya bentuknya terus berubah," kata Astro.
Baca juga: Taxi Drone Pertama di Indonesia Diuji Coba, Ini Penampakannya
Drone berpenumpang yang merupakan generasi kedua ini mampu mengangkut dua orang dengan berat 200 kilogram.
Taxi drone tersebut juga dirancang dengan kelebihan dapat take off dan landing di area sempit.
Area seluas mobil dapat menampung bodi taxi drone ini, artinya benda tersebut dapat diparkir di mana saja.
Bodi taxi drone ini diangkat dengan delapan mesin.
Kelebihan-kelebihan tersebut kemudian dirancang menjadi sebuah nama Frog 282. Angka 282 berarti dua penumpang dengan delapan mesin.
Baca juga: Taxi Drone Pertama di Indonesia Ditargetkan Selesai Juli, Ini Kelebihannya
Sebelum diuji coba di landasan pacu, tim perancang membutuhkan waktu hampir 1,5 jam persiapan dengan merakit satu persatu bagian drone.
Saat diuji, delapan mesin drone bisa bekerja dengan baik mengangkat bodi drone.
Chief Technology Offical (CTO) Dedi Satria Maulana menjelaskan, pihaknya masih menemukan sejumlah masalah di drone itu.
Masih dibutuhkan penyempurnaan terhadap taxi drone tersebut.
"Limit motornya pelu kita naikkan karena mengingat, di sini kemungkinan karena dingin dan agak lembab udaranya, jadi masa jenis udara agak berat," kata Dedi.
Motor udara drone kurang bisa stabil, namun sudah cukup kuat mengangkat bodi drone.
Baca juga: 10 Teknologi China untuk Lawan Virus Corona, Drone hingga Robot Perawat
Tiga bulan lagi, tepatnya Juli 2020, taxi drone ini ditargetkan rampung.
Pada bulan tersebut, taxi drone ditargetkan sudah bisa terbang sempurna.
Sedangkan pada uji coba Sabtu (7/3/2020), drone memang hanya terbang beberapa sentimeter dari atas permukaan tanah.
Baca juga: Soal Hibah Drone, Moeldoko Sebut Tak Ada Imbal Balik Khusus ke Amerika
Saat ini regulasi yang ada baru mengatur mengenai drone untuk foto udara, riset serta pengambilan video.
Sedangkan regulasi untuk drone berpenumpang masih harus mempertimbangkan berbagai aspek.
"Diperlukan pertimbangan komprehensif dari sisi keselamatan penerbangan, kelaikudaraan, angkutan udara, keamanan penerbangan serta jaminan perlindungan (asuransi) bagi penumpang dan pihak terkait lainnya," ucap Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto.
Jika beroperasi, lanjutnya, taxi drone berada di ruang udara bersama dengan pengguna ruang udara lainnya, seperti pesawat.
Mala dalam pengoperasiannya, keselamatan penerbangan menjadi faktor penting.
Begitu pula dengan pilot drone yang sebaiknya memiliki sertifikasi.
"Hal terpenting lainnya ialah pemenuhan persyaratan bagi pilot yang mengoperasikan drone tersebut," katanya.
Baca juga: Taxi Drone Pertama di Indonesia Diuji Coba, Mampu Terbang Rendah Gunakan 8 Mesin
"Benar, kami sedang kembangkan regulasinya," kata Novie.
Aturan tersebut, katanyaa, mengacu pada ketentuan penerbangan internasional.
Hal itu disebabkan karena taxi drone ini beroperasi di ruang udara seperti pesawat terbang.
"Aturannya tentu saja sejalan dengan ICAO sebagai induk regulator internasional. Kita harus fully comply," katanya.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Markus Yuwono, Akhdi Martin Pratama | Editor: Khairina, Abba Gabrilin, Yoga Sukmana, David Oliver Purba)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.