KOMPAS.com - "Bogor selalu disalahkan ketika banjir, rido teu disalahkan (Rela nggak disalahkan)? Embungnya (nggak mau kan) tapi di samping enggak ridho kita juga ada kontribusi juga lho".
Kutipan diatas adalah pernyataan Bupati Bogor Ade Yasin soal tudingan yang ditujukan ke Kota Bogor saat Jakarta mengalami banjir.
Di balik kutipan tersebut, ternyata Bupati Ade mempunyai pesan untuk mengajak masyarakat Bogor atau Jakarta untuk tidak saling tuding, tetapi lebih menjaga alam dan lingkungan sekitar.
Berikut ini fakta di balik pernyataan Bupati Ade soal banjir Jakarta:
Banyak orang di luar Bogor yang mendapat manfaat dari kota tersebut.
"Vila di Tamansari yang bikin orang mana? Di Puncak? Pamijahan yang bikin orang mana?," tanya Ade kepada warga yang diiringi dengan jawaban "orang Jakarta".
"Hampura nya (Maaf yah) tinggal di sini, makan di sini, buang air di sini, mandi di sini, jadi ketika musim hujan dikirim lagi ke sana (Jakarta) seimbang kan? Jadi nggak salah Bogor. Kitu mereun (Seperti itu mungkin)," sambung Ade, saat bertemu ribuan warganya dalam kegiatan Bebersih Setu Aksi Cegah Banjir, di Desa/Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (06/03/2020).
Menurut Ade, daripada saling menyalahkan seharusnya kita saling berkontribusi dalam mencegah banjir baik di Jakarta maupun di Bogor.
Baca juga: Ketika Bupati Ade Yasin Berang Bogor Kerap Dituding Jadi Penyebab Banjir Jakarta
Ade mengungkapkan, ada beberapa hal terkait persoalan banjir di Jabodetabek yang menjadi masalah bersama.
Pertama, kata dia, banjir air itu lebih disebabkan kurangnya perawatan situ-situ yang ada di Bogor ini.
"Sebagian besar situ-situ yang ada di Bogor itu, sebagai hulunya sungai banyak yang dangkal. Seperti situ di sini adalah hulu atau titik nolnya Sungai Ciapus yang mengalir ke Cisadane, kalau airnya mampet, situnya meluap kemudian drainase buruk akhirnya banjir. Jadi seharusnya kita ini harus mau merawatnya tak hanya di hilir saja, tapi dari hulu ke hilir," katanya.
Kemudian, lanjut dia, yaitu banjir manusia. Alasannya, karena di Bogor ini sebagai daerah penyangga ibu kota kerap dijadikan sebagai daerah "pelarian" bagi warga Jakarta yang pemukimannya digusur.
Baca juga: Suami yang Robohkan Rumah dengan Ekskavator karena Istri Diduga Selingkuh Sempat Dimediasi