Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusak Sejak 2017, Puluhan Alat Peringatan Tsunami dan Longsor di DIY Tak Berfungsi

Kompas.com - 25/02/2020, 16:44 WIB
Markus Yuwono,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mencatat sebagian besar alat peringatan dini tsunami dan longsor rusak.

Dari tujuh peringatan dini tsunami yang ada di Gunungkidul, hanya satu yang berfungsi. Sisanya rusak sejak diterpa Badai Cempaka pada 2017.

BPBD Gunungkidul mengklaim sudah melaporkan kerusakan sejumlah alat peringatan dini bencana itu.

"Sudah dilaporkan ke BNPB tetapi memang belum ada upaya perbaikan sampai sekarang," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Gunungkidul, Edy Basuki, saat dihubungi melalui sambungan telepon Selasa (25/2/2020).

Baca juga: Keluarkan Peringatan Dini Hujan dan Angin Kencang, BPBD DKI Imbau Antisipasi Banjir

Sedangkan alat peringatan dini untuk longsor, dari 30 unit terpasang, hanya 10 unit yang berfungsi.

Untuk alat peringatan dini longsor kerusakan terjadi karena dikerubungi semut dan aki yang tidak berfungsi.

Selain itu motor penggerak sirine dari signal juga bermasalah akibat tertimbun longsor di Desa Girijati, Kecamatan Purwosari.

Baca juga: Megathrust Bisa Picu Gempa M 8,7 dan Tsunami 15 Meter, Warga Sukabumi Diimbau Waspada

Kerusakan alat peringatan dini longsor itu sudah dilaporkan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY. Menurut Edy, Pemprov DIY sudah menjanjikan perbaikan dalam waktu dekat.

 

Edy juga menuturkan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika berencana membangun radar tsunami di Kabupaten Bantul, DIY, yang berbatasan dengan Gunungkidul.

Keberadaan radar itu nantinya juga bisa berfungsi sebagai sistem peringatan dini.

Selagi belum adanya sistem peringatan yang berfungsi optimal, BPBD Gunungkidul akan terus memberikan peringatan kepada masyarakat saat ada cuaca ekstrem.

"Kita terus update cuaca setiap hari, dan disebarkan ke masyarakat melalui FPRB (Forum Penanggulangan Resiko Bencana) yang ada di desa," kata Edy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com