Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita TKI di Hong Kong soal Sulitnya Cari Masker, Harga Meroket hingga Jadi Korban Penipuan

Kompas.com - 15/02/2020, 19:48 WIB
Sukoco,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com -  Sulitnya mendapatkan masker membuat seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Magetan, Jawa Timur, di Hong Kong mengunggah permintaan bantuan melalui media sosial.

Dalam unggahannya pada Jumat (14/02) 15:00 WIB tersebut, Nurul Budiyanti mengaku saat ini TKI di Hong Kong sangat kekurangan masker.

“Di sini saat ini dikarenakan kekurangan stock kita meminta kepada Bupati selaku Pemimpin penata kota kami apa kami salah?” tulisnya.

Baca juga: Disneyland Hong Kong Izinkan Lahannya Digunakan untuk Fasilitas Karantina Virus Corona

Dihubungi melalui pesan singkat, Nurul mengisahkan betapa sulitnya mendapatkan masker di Hong Kong.

Seluruh rak masker di pusat perbelanjaan kosong. Padahal setidaknya satu orang membutuhkan satu masker dalam sehari untuk mencegah terpapar virus corona.

“Empat jam sekali kita harus ganti, minimal sehari sekali (ganti masker). Sebenarnya ini sangat berbahaya pemakaian terlalu lama jika selalu berada dengan orang banyak,” ujarnya, Sabtu (15/2/2020).

Baca juga: TKI Asal Magetan di Hong Kong Minta Bantuan Masker lewat Facebook

Sulitnya mencari masker di pusat perbelanjaan di Hongkong membuat para buruh migran berburu masker sampai ke Indonesia.

 

Nurul mengatakan, masker dari Indonesia tergolong paling diburu oleh warga Hong Kong karena termasuk negara yang belum terpapar virus corona.

Hanya saja, langkah tersebut tak semudah yang dibayangkan. Tiba-tiba saja persediaan masker di Indonesia sulit didapat karena sudah diborong.

“Perusahan masker mengaku sudah diborong tanpa bisa memberikan penjelasan siapa yang memborong,” katanya.

Selain sulit didapat, harga masker juga melambung tinggi.

Nurul menyebutkan, satu kotak yang berisi 50 masker yang biasanya dijual Rp 30.000, saat ini melambung sampai Rp 50.000.

Tingginya permintaan masker di Indonesia, diduga membuat sejumlah perusahaan masker tidak mau mengirimkan pesanan para buruh migran.

Hambatan untuk mendapatkan masker dari Indonesia, tidak hanya masalah ketersediaan. Perusahaan ekspedisi juga masih belum mau mengirimkan barang ke Hong Kong.

“Sudah dapat tetapi kami ditolak beberapa ekspedisi yang kami kenal dengan alasan overload. Dan penolakan itu tidak langsung karena sebelumnya mereka sanggup memberangkatkan kalau untuk donasi,” jelasnya.

 

Saat sudah menemukan penjual dan perusahaan ekspedisi yang bersedia membawa masker ke Hong Kong, Nurul dan buruh migran lain masih harus waswas.

Pasalnya, mereka masih mungkin jadi korban penipu.

Nurul mengatakan, ada seorang temannya memesan satu paket masker, tapi yang sampai malah kardus.

“Yah begitulah, kami harus bersabar,” ujarnya.

Aksi #loveBMIHONGKONG

Meski dalam kesulitan, buruh migran Indonesia di Hong Kong masih memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi.

Selain saling berbagi masker, sejumlah komunitas buruh migran juga  membuat aksi solidaritas donasi masker melalui media sosial maupun melalui video di YouTube.

Melalui tagar #loveBMIHONGKONG Nurul berharap kesulitan buruh migrant di Hong Kong untuk mendapatkan masker bisa mendapat bantuan dari saudaranya di Indonesia.

“Makanya untuk menekan harga kami minta pemerintah turun tangan,” lanjutnya.

Kelangkaan masker juga membuat kegiatan makan bersama di taman terbuka maupun kegiatan keagamaan seperti pengajian bersama yang dilakukan buruh migrant pada hari libur  sepi.

Sulit dan mahalnya mendapatkan masker membuat buruh migran di Hong Kong sangat bersyukur jika ada pihak tertentu yang melakukan kegiatan membagi gratis masker di Konsulat Jenderal Republik Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com