Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Orangutan Dilepasliarkan ke Alam, Dianggap Siap Setelah Rehabilitasi Bertahun-tahun

Kompas.com - 13/02/2020, 21:46 WIB
Hendra Cipta,
Khairina

Tim Redaksi

PONTIANAK, KOMPAS.com - Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi (IAR) Indonesia bersama Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat melepasliarkan sebanyak 5 individu orangutan di Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (BTNBBBR), Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, Selasa (11/2/2020).

Kelima individu tersebut merupakan orangutan yang diselamatkan dari kasus pemeliharaan illegal.

Direktur Program IAR Indonesia, Karmele L Sanchez menerangkan, sebelum dilepasliarkan, kelima orangutan itu menjalani masa rehabilitasi di pusat rehabilitasi orangutan di IAR Indonesia, di Kabupaten Ketapang.

Baca juga: Orangutan Ulurkan Tangan ke Manusia, Ini Makna di Baliknya

Proses rehabilitasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan sifat alami mereka, sekaligus membuat mereka memiliki kemampuan bertahan hidup di habitat aslinya.

"Orangutan akan hidup bersama induknya sejak lahir sampai usia 6-8 tahun. Selama masa pengasuhan inilah, orangutan seharusnya mempelajari berbagai kemampuan hidup seperti memanjat, mencari makan, dan membuat sarang," kata Karmele dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/2/2020).

Namun, karena berbagai sebab, orangutan ini terpisah dari induknya dan berakhir di tangan manusia sehingga kehilangan kesempatan untuk mempelajari segala kemampuan tersebut.

Menurut Karmele, proses rehabilitasi sampai pelepasliaran ini bisa memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Saat ini IAR Indonesia menampung lebih dari 90 individu orangutan untuk direhabilitasi. Proses rehabilitasi juga tidak bisa dibilang singkat.

"Proses ini dapat mencapai 7-8 tahun tergantung kemampuan masing-masing individu," ucap Karmele.

Rehabilitasi 10 tahun

Satu di antara orangutan yang dilepasliarkan, Monti menjalani masa rehabilitasi selama 10 tahun. Dia diselamatkan dari pemeliharaan ilegal pada tahun 2009 silam. Saat itu, usianya baru 2 tahun.

Sedangkan orangutan lainnya, Anggun diselamatkan pada tahun 2012, saat masih berusia 3 tahun.

"Untuk mempercepat proses rehabilitasi yang bertujuan untuk mengembalikan sifat dan kemampuan alami orangutan, tim animal management IAR Indonesia mencarikan induk asuh untuk Anggun," ujar Karmele.

Monti yang sudah menjalani rehabilitasi selama lebih dari 10 tahun ini sudah menguasai semua kemampuan yang diperlukan oleh orangutan untuk bertahan hidup di habitat alaminya dan dianggap cocok dipasangkan dengan Anggun sebagai induk asuhnya.

Baca juga: Hutan Terbakar, Induk dan Anak Orangutan Bersarang di Depan Rumah Warga, Kurus Kurang Gizi

Harapannya, Monti bisa mengajari Anggun berbagai kemampuan yang diperlukan untuk bertahan hidup seperti memanjat, mencari makan, dan membuat sarang.

Monti juga bisa menjadi pelindung bagi Anggun yang bertubuh mungil.

"Strategi ini berhasil. Monti menjadi induk yang protektif dan Anggun menjadi lebih percaya diri untuk mempelajari hal-hal baru," tutur Karmele.

Saat ini baik Anggun maupun Monti sudah bisa mencari makan sendiri dan tidak lagi bergantung pada makanan yang diberikan oleh animal keeper.

Karmele mengklaim, hal ini bukan hanya mengkonfirmasi bahwa orangutan adalah satwa cerdas yang mirip dengan manusia, tetapi juga ini juga membuktikan bahwa meskipun orangutan, seperti Monti, yang kehilangan induknya pada usia yang masih sangat muda, mampu menjadi induk yang baik. Bukan hanya dengan anak sendiri, tetapi juga dengan bayi orangutan lainnya.

"Ini adalah bukti bahwa orangutan juga bisa menjadi ibu angkat untuk orangutan lainnya,” jelas Karmele.

Dia menceritakan, di bulan Februari 2019 silam, Balai TNBBBR, BKSDA Kalbar dan IAR Indonesia berhasil melepasliarkan orangutan bernama Muria dan anak angkatnya yang bernama Zoya.

Sampai saat ini, keduanya masih dipantau oleh tim monitoring IAR Indonesia.

Selama setahun ini, berdasarkan hasil pemantauan, keduanya dapat beradaptasi dengan baik dan bertahan hidup di dalam Kawasan taman nasional.

“Kami sangat gembira melihat orangutan Muria dan anak angkatnya, Zoya, yang telah berhasil hidup di hutan selama 1 tahun. Ini menjadi bukti pertama bahwa benar proses rehabilitasi bisa dilakukan oleh orangutan itu sendiri,” tambah Karmele.

Lakukan pemantauan

Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Agung Nugroho mengatakan, kegiatan pelepasliaran ini dilakukan dengan melalui serangkaian kegiatan dan kajian.

“Semua kegiatan dan kajian ini dilakukan untuk memastikan semua orangutan yang telah dilepasliarkan dapat hidup aman dan nyaman," kata Agung.

Menurut dia, ketika pelepasliaran dilakukan bukan berarti kerja telah selesai. Tim monitoring akan bekerja tetap selama lebih kurang 1-2 tahun untuk memastikan setiap orangutan yang dilepasliarkan dapat beradaptasi dengan habitat barunya.

"Harapannya, orangutan yang dilepaskan di dalam kawasan TNBBBR ini mampu membentuk populasi baru dan mempertahankan eksistensi spesiesnya,” tutup Agung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com