Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Curhatan Siswi SMP Sebelum Tewas | Seorang Pria 10 Tahun Tinggal di Goa

Kompas.com - 05/02/2020, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Delis Sulistina (13), siswi Kelas VII SMPN 6 Tasikmalaya sempat menulis catatan berisi curahan hatinya (cuhat) setahun sebelum ia ditemukan tewas di gorong-gorong.

Catatan itu ditulis saat Delis lulus dari sekolah dasar. Di buku catatannya, Delis menulis bahwa ia ingin menjadi polwan agar bisa meberantas kejahatan.

Selain itu ia ingin sekolah di SMP Negeri 6 Tasiklamaya yang dekat dengan rumah agar tidak merepotkan orangtuanya.

Sementara itu di Baubau, La Udu (50) sudah 10 tahun tinggal di goa yang ada di tepi pantai di Kelurahan Kadolomoko, Kecamatan Kokalukuna, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.

Untuk menuju ke kediamannya, Lau Udu harus menggunakan sampan karena lokasinya ada di bawah tebing bebatuan. Ia juga harus masuk lebih dalam agar tidak terkena air saat pasang.

Berikut lima berita populer nusantara selengkapnya:

1.Siswi SMP menulis curhatan setahun sebelum tewas

Ayah korban Delis Sulistina (13) siswi SMPN 6 Tasikmalaya yang ditemukan tewas di gorong-gorong sekolah sempat tertangkap kamera pada malam hari pertama penemuan mayat di RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya, Selasa (4/2/2020).KOMPAS.com/IRWAN NUGRAHA Ayah korban Delis Sulistina (13) siswi SMPN 6 Tasikmalaya yang ditemukan tewas di gorong-gorong sekolah sempat tertangkap kamera pada malam hari pertama penemuan mayat di RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya, Selasa (4/2/2020).
Delis Sulistina (13), siswi Kelas VII SMPN 6 Tasikmalaya yang ditemukan tewas di gorong-gorong sempat menulis curahan hatinya.

Tulisan tersebut ditulis setahun lalu ia lulus dari sekolah dasar.

Di catatannya, Delis bercerita bahwa ia bercita-cita menjadi pahlawan agar bisa mmeberantas kejahatan.

ia juga ingin sekolah di SMP Negeri 6 Tasikmalaya yang dekat rumahnya agar tidak merepotkan keluarganya.

Wati Fatwati (46), ibunda Deki membesarkan anaknya seorang diri karena suaminya meninggalkannya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Wati berjualan lontong.

Sementara itu, kerbata Delis bernama Ade Munir (56) bercerita Delis terlihat murung sepekan sebelun ditemukan tewas.

"Kata ibu korban, korban sering di-bully di sekolah. Dikatai bau lontong karena ibunya berdagang lontong," kata Ade

Baca juga: Tulis Curhatan Setahun Sebelum Tewas, Terkuak 5 Fakta Hidup Delis, Siswi SMP yang Ditemukan di Gorong-gorong

La Udu warga Kota Bauba, Sulawesi Tenggara, tinggal sebatangkara di dalam goa di tepi pantai selama sepuluh tahun. Ia tidur disela-sela bebatuan yang sempit.KOMPAS.com/DEFRIATNO NEKE La Udu warga Kota Bauba, Sulawesi Tenggara, tinggal sebatangkara di dalam goa di tepi pantai selama sepuluh tahun. Ia tidur disela-sela bebatuan yang sempit.
2. Sepuluh tahun tinggal di goa

La Udu (50) tinggal di goa yang ada di tepi pantai sejak 10 tahun yang lalu.

Untuk menuju kediamannya yang ada di Kelurahan Kadolomoko, Kecamatan Kokalukuna, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, La Udu hari menggunakan sampan.

Goa kediamannya ada di bawah tebing bebatuan. La Udu bercerita ia tidur di sela-sela bebatuan beralaskan kayu bekas perahu.

Saat malam hari, La Udu harus terkena udara dingin. Ia akan masuk lebih dalam di sela bebatuan agar tidak terkena air laut saat pasang.

"Kalau malam dingin sekali. Takut (sendiri), tapi mau bagaimana lagi. Kalau air laut pasang, saya masuk ke dalam lagi,” ujar La Udu saat ditemui di kediamannya, Senin (3/2/2020).

Sehari-hari, La Udu makan ubi dan kasoami serta mencari ikan untuk dijual.

“Makan, makan ubi, dan kasoami (makanan tradisional buton), mencari ikan juga. Hasilnya juga dijual, tapi tidak banyak,” ucap La Udu.

Baca juga: 10 Tahun Tinggal Dalam Goa, Tidur di Bawah Tebing dan Khawatir Saat Air Pasang

3. Hentikan proyek jika hutan rusak

Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor (kanan) saat meninjau lokasi rencana ibu kota baru di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (17/12/2019). Jokowi mengaku puas setelah meninjau lokasi tersebut yang nantinya akan dibangun kluster pemerintahan, termasuk Istana Kepresidenan.ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor (kanan) saat meninjau lokasi rencana ibu kota baru di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (17/12/2019). Jokowi mengaku puas setelah meninjau lokasi tersebut yang nantinya akan dibangun kluster pemerintahan, termasuk Istana Kepresidenan.
Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor mengatakan tak segan menghentikan pembangunan ibu kota yang digagas Presiden Joko Widodo jika merusak lingkungan di wilayahnya.

Hal tersebut disampaikan Isran Noor saat menghadiri pertemuan Climate and Land Use Alliance (CLUA) di Kantor Gubernur Kalimantan Timur, Senin (3/2/2020).

"Saya akan hentikan sendiri kalau merusak hutan," tegas Gubernur Kaltim tersebut.

Menurut Isran, menjaga lingkungan adalah hal penting untuk keberlangsungan ruang hidup masyarakat Kaltim, sehingga wajib hukumnya untuk dijaga.

Selain itu, dalam beberapa kesempatan Kaltim telah berkomitmen menjaga lingkungan dalam deklarasi internasional.

"Lebih baik tidak ada ibu kota negara di Kaltim jika merusak hutan Kaltim," ucap dia.

Baca juga: Fakta di Balik Ancaman Gubernur Kaltim Akan Hentikan Proyek Ibu Kota Negara

 

Riska Ramadila (17) siswi SMA di Kelurahan Lipat Kain, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, yang mengidap tumor ganas saat berada di rumah pamannya di Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Riau, Minggu (2/2/2020).KOMPAS.COM/IDON Riska Ramadila (17) siswi SMA di Kelurahan Lipat Kain, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, yang mengidap tumor ganas saat berada di rumah pamannya di Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Riau, Minggu (2/2/2020).
4. Operasi tumor ganas dibiayai TNI

TNI AD Kodim 0313/Kampar menanggung seluruh biaya pengobatan Riska Ramadila (17) yang mengidap tumor ganas di lutut sebelah kanan yang sudah besar.

Siswa kelas 3 SMA Negeri 1 Kecamatan Kampar kiri sudah tujuh bulan mengidap penyakit tersebut.

Babinsa Kelurahan Lipat Kain Pelda Nasaruddin mengatakan Riska rencananya akan dibawa berobat ke Rumah Sakit Gatot Soebroto Jakarta.

Pihak keluarga telah menyetujui membawa Riska berobat ke Jakarta. Beberapa pihak keluarga akan ikut mendampingi, termasuk Nasaruddin sendiri.

"Kita sudah minta persetujuan dari keluarga. Mereka mau kita bantu. Jadi kami akan bantu secara maksimal," ucap Nasarudin.

Namun pihak keluarga menolak jika kaki Riska diamputasi sehingga mereka mencari jalan terbaik untuk Riska.

"Kalau diamputasi janganlah dulu. Kami juga tetap berusaha mencari cara lain selain diamputasi," Erianto, ayah Riska.
Baca juga: TNI Biayai Pengobatan Pemain Voli SMA yang Idap Tumor Ganas ke Jakarta, Keluarga Tolak Amputasi

5. Setelah dibunuh, ayah gendong mayat anak

Ilustrasi.THINKSTOCK Ilustrasi.
Nurdiana bocah 5 tahun tewas dicekik oleh ayahnya Musadi (39) pada Kamis (30/1/2020). Setelah itu, Musadi menggendong mayat anaknya berjam-jam di kebun belakang rumah.

Sebelum membunuh anak perempuannya, Musadi terlibat pertengkaran dengan istrinya, Rina Kasturi (22) yang merupakan ibu kandung Nurdiana.

Setelah bertengkar, Musadi membawa anaknya, Nurdiana dengan alasan pergi ke pasar.

Namun ia justru membawa anaknya ke kebun belakang yang hanya berjarak 100 meter dari rumahnya.

Sekitar jam 12.00 WIB, Musadi mencekik Nurdiana dari belakang hingga tewas.

Dalam keadaan bingung, ia menggendong mayat putrinya hingga malam di sekitar kebun belakang rumah.

Pada malam hari, Musadi meletakkan mayat Nurdiana di samping rumahnya dan ia melarikan diri.

"Dia eksekusinya sekitar pukul 12.00 WIB. Setelah dieksekusi, jasad anaknya itu digendong. Di bawanya ke sana-kemari di dalam kebun hingga malam," kata Kapolsek Sungai Manau, Iptu Karto.
Baca juga: 4 Fakta Ayah Gendong Mayat Anak Berjam-jam, Mengaku ke Pasar hingga Dicekik di Kebun

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Idon Tanjung | Editor : Pythag Kurniati, Rachmawati, Michael Hangga Wismabrata, Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com