Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Populasi dan Habitat Orangutan di Lansekap Sungai Putri-Taman Nasional Gunung Palung

Kompas.com - 29/01/2020, 16:53 WIB
Hendra Cipta,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Survei terakhir dilakukan pada medio Februari 2019.

Hasilnya, di kawasan HCV seluas 657,22 hektar, ditemukan 80 individu orangutan atau 9,9 individu per kilometer persegi.

Sedangkan di HCV 2.330,88 hektar, terdapat 130 individu orangutan atau 3,6 individu setiap satu kilometer persegi.

Menurut survei itu, sub spesies orangutan di konservasi PT KAL hanya ada satu, yakni pongo pygmaeus wurmbii.

Padahal sebelumnya, dalam survei yang dilakukan PT KAL bersama Fakultan Kehutanan Universitas Gajahmada dan BKSDA Kalbar pada tahun 2012, menyimpulkan rata-rata areal konservasi memiliki sebanyak tiga individu orangutan per kilometer persegi atau 179 individu orangutan.

Menurut hasil survei itu, kepadatan sudah tergolong tinggi.

Nardi melanjutkan, kepadatan populasi orangutan meningkat secara signifikan saat tahun 2015.

Saat itu, kebakaran hutan dan lahan melanda sebagian besar kawasan di Ketapang, salah satunya hutan di sekitar konsesi PT KAL.

Kebakaran hutan itu menyebabkan banyak orangutan yang kemudian masuk ke kawasan konservasi.

Ditambah lagi, pada tahun itu juga, ada pelepasliaran sebanyak 11 individu korban kebakaran hutan dan lahan dari pelbagai wilayah di Ketapang ke kawasan konservasi PT KAL.

Karena kepadatan populasi itulah, sejak tahun 2015, PT KAL menyetop kawasan konservasinya sebagai tempat pelepasliaran orangutan.

Karena mereka khawatir akan muncul konflik baru sesama orangutan.

"Jika terus ditambah akan melebihi kapasitas, dan dapat mengakibatkan konflik. Maka atas komunikasi kami dengan BKSDA Kalbar dan IAR Indonesia, akhirnya sepakat tidak ada lagi pelepasliaran orangutan," ungkapnya.

Kompas.com berkesempatan mengunjungi langsung lahan konservasi tersebut dan bertemu dengan satu di antara dua staf konservasi PT KAL, Viktor Mario Jubiharsono, Sabtu (21/12/2019) pagi.

Sehari-hari, Viktor bersama satu staf lain bertugas mengkoordiniasikan enam karyawan untuk berpatroli keamanan dari para pelaku ilegal loging maupun memantau ketersediaan pakan orangutan di seluruh kawasan konservasi.

Kawasan konservasi ini berupa hutan yang rindang dan sejuk.

Setiap jengkalnya dipenuhi pepohonan setinggi 10-15 meter dari berbagai jenis, di antaranya ramin (gonystyllus bancanus), ubah (Syzygium confertum), Teban payak (vitex heterophylla), asam kandis (Garcinia parvifolia), jelutung (Dyera costulata), dan jungkang (Palaquium sp) dan semak belukar.

“Makanan favorit orangutan di hutan itu adalah buah jungkang. Selain itu, orangutan juga mengonsumsi tumbuhan pakis (polypodiopsida), rayap, dan ulat jungkang,” kata Viktor.

Orangutan umumnya selalu berpindah tempat setiap harinya.

Satu individu orangutan jantan dewasa dalam satu hari dapat menempuh jarak jelajah sampai dengan tiga kilometer, sementara betina 1,5-2 kilometer.

Mereka bergelantungan dari satu pohon ke pohon lain untuk mencari makan dan membangun sarang dari susunan ranting dan dedaunan, di pucuk-pucuk pohon yang kuat.

Orangutan umumnya hanya menggunakan sarang sekali saja dan tidak pernah beristirahat di sarang yang sama berkali-kali.

Viktor menerangkan, di kawasan konservasi itu, mereka telah menyiapkan jungle track atau lintas hutan sepanjang 4,2 kilometer.

Di sepanjang jalur lintas itu, disediakan setidaknya tiga gazebo untuk tempat peristirahatan.

Lintas hutan ini digunakan ketika PT KAL mendapat kunjungan dari berbagai pihak, yang paling sering pelajar dan mahasiswa untuk melihat langsung aktivitas orangutan.

Karena keterbatasan waktu, Kompas.com hanya sampai pada titik peristirahatan pertama, yakni sekitar 700 meter sampai 1 kilometer dari pintu masuk di bravo 13.

Akan tetapi, sudah berhasil menemukan sebanyak belasan sarang orangutan yang relatif rendah, yakni sekitar 5-6 meter dari permukaan tanah.

“Semakin rendah sarangnya, maka analisanya orangutan itu semakin merasa aman,” terang Viktor.

Di ujung perjalanan, Kompas,com juga menemukan tiga individu orangutan, masing-masing betina dewasa bersama bayinya dan jantan dewasa.

Mereka terlihat tengah menikmati buah jungkang dari pohon setinggi 15 meter.

Orangutan itu sadar keberadannya terlihat manusia.

Namun, dia tetap dengan santai bergelantungan dari dahan ke dahan pohon sambil melahap buah jungkang.

“Orangutannya berbunyi (seperti berteriak), itu tandanya dia melihat kita. Tapi karena dia tidak merasa terancam, jadi tetap bisa makan,” jelasnya.

Terancam karhutla

Ancaman terhadap populasi dan habitat orangutan selalu ada.

Jika bukan konflik dengan manusia atau menjadi target perburuan, ancaman lain yang tak kalah mengkhawatirkan adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang nyaris terjadi setiap tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com