Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daging Kelelawar Gunungkidul Tetap Diburu Pembeli

Kompas.com - 29/01/2020, 16:41 WIB
Markus Yuwono,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Warga Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, seolah tidak peduli dengan kabar virus corona disebarkan kelelawar. 

Puluhan ekor mamalia bersayap ini masih laku dijual untuk dikonsumsi sebagai obat.

Salah satu tempat yang menjual kelelawar untuk dikonsumsi adalah warung di Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Gunungkidul. 

Baca juga: Daging Kelelawar Tetap Jadi Primadona di Pasar Manado

Warung milik Sukarwanti ini sudah menjual kelelawar bacem selama puluhan tahun.

"Jadi awal berjualan itu nenek buyut saya. Dilanjutkan ibu, dan sekarang saya sendiri," kata Sukarwanti saat ditemui di warungnya, Rabu (29/1/2020).

Kelelawar didapat Sukarwanti dari warga yang menangkapnya di lereng sekitar Pantai Selatan Yogyakarta.

"Tidak tentu setiap harinya, tergantung para pencari codot. Berapapun jumlahnya kami beli. Kadang hanya beberapa ekor, kadang juga banyak," kata Sukarwati.

Baca juga: Virus Corona, Warga Diimbau Tak Makan Kelelawar dan Kurangi Interaksi dengan Hewan Liar

Sukarwanti menjual satu ekor kelelawar olahannya dengan harga bervariasi. Paling murah Rp 7.000 untuk yang berukuran kecil. Sedangkan yang berukuran besar dihargai Rp 15.000.

Pembeli kelelawar bacem biasanya berasal dari Magelang, Prambanan, Bantul. Mereka percaya daging hewan nokturnal ini berkhasiat mengobati asma, diabetes, hingga asam urat.

Sukarwanti Penjual Kelelawar Bacem di Kecamatan Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta Selasa (29/1/2020)KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Sukarwanti Penjual Kelelawar Bacem di Kecamatan Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta Selasa (29/1/2020)

Kabar virus corona disebabkan konsumsi daging kelelawar, disebut Sukarwanti tidak berpengaruh dengan penjualan dagangannya.

Dia pun yakin kelelawar bacemnya aman untuk dikonsumsi.

"Sepengetahuan saya di sana (China) itu tidak dimasak, kalau di sini dimasak sampai matang, jadi aman," ucapnya.

Baca juga: Virus Corona Merebak, Warga Tetap Gemar Makan Olahan Daging Kelelawar

Anjar Ardityo, pelanggan Sukarwati, juga tidak peduli dengan kabar konsumsi daging kelelawar sebagai penyebab timbulnya virus corona.

Selain karena khasiatnya, Anjar juga suka dengan rasa daging kelelawar.

"Rasanya enak mirip burung puyuh, kebetulan pas lewat mampir sekalian, karena kuliner seperti codot bacem ini tidak setiap wilayah ada," kata Anjar.

"Selain di Panggang, dulu pernah makan di Kecamatan Purwosari," sambung Anjar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com