Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak Antraks Muncul, Pedagang Hanya Mampu Jual 2 Kg Daging per Hari

Kompas.com - 22/01/2020, 11:36 WIB
Markus Yuwono,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Rubiyanti (42) terus menghalau serangan lalat di lapak berjualan dagingnya, Pasar Argosari, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, Rabu (22/1/2020).

Tangan kanannya mengutak atik gawai, tangannya kiri memegangi kipas menghalau lalat yang terus menyerbu daging kambing yang dijualnya. Sembari itu, Rubiyanti berkeluh kesah.

Dia mengatakan, sejak pagi hanya beberapa pembeli yang datang ke lapak yang berada tepat di pojok timur kios Kelompok Penjual Daging 'Handayani'.

Baca juga: 8 Bulan Antraks Menyebar di Gunungkidul, 27 Warga Positif dan Hindari Makan Daging Sapi Sakit

Penjual daging kambing asal Desa Ngebrak, Kecamatan Semanu ini merosot omzetnya sejak antraks merebak di Gunungkidul.

"Biasanya menyembelih empat sampai lima ekor seminggu terakhir hanya satu ekor sampai dua ekor saja," kata Rubiyanti ditemui di los pasar Argosari.

Meski permintaan daging menurun, harganya belum berubah. Satu kilogram daging masih dijual Rp 120.000.

Baca juga: Cegah Antraks di Gunungkidul, Pemda Akan Bangun Kolam dan Shower di Pasar Hewan

Rubiyanti mengatakan, keluarganya menyembelih sendiri kambing yang dijual ke pasar, sehingga kesehatan daging dagangnya terjamin. 

 

Hal serupa juga dialami Waginem (70). Di depannya tumpukan daging sapi, dan organ dalam masih tersedia.

Sama seperti pedagang lainnya, sejak penyakit yang berasal dari bacillus anthrax muncul di Dusun Ngrejek Wetan dan Kulon, Desa Gombang, Kecamatan Ponjong jualannya tak lagi laku.

"Sampai saat ini (09.00 WIB), baru satu kilogram (yang laku), biasanya sudah 4 sampai 5 kilogram," ucap Waginem. 

"Sehari kemarin (Selasa 21/1/2020), hanya laku dua kilogram, biasanya sehari bisa sampai 20 kilogram. Sejak ada itu (penyakit antraks) tidak ada orang yang membeli," kata Waginem.

Baca juga: Warga Positif Antraks, Sri Sultan: Saya Mohon Orang Gunungkidul Hati-hati Lah

Daging yang dijual seharga Rp 130.000 per kilogramnya, dipastikan Waginem berasal dari sapi sehat.

Bersama empat pedagang lainnya, Waginem memilih sendiri sapi yang dagingnya akan dijual.

"Sapi sik loro kok dituku (sapi sakit kok dibeli), Mending yang sehat tidak merugikan pembeli," ucap Waginem. 

"Untuk yang tidak laku ya di es (freezer)." kata Waginem. 

 

Karni (75) warga Desa Ngebrak, pedagang lainnya, berharap situasi ini segera kembali normal, sehingga perekonomian bisa kembali berputar. 

Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengaku terus mengkampanyekan makan daging sehat.

Setiap bertemu warga ataupun saat makan, beberapa kali dirinya menyempatkan untuk makan di warung penjual olahan daging.

Meski aman, Immawan berharap tidak ada lagi warga yang mengonsumsi daging yang berasal dari hewan sakit atau mati. 

"Daging di Gunungkidul sehat, jangan takut mengkonsumsi daging," ucap Immawan.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Dewi Irawati mengatakan, untuk memasak daging diimbau untuk dimasak sampai benar-benar matang. Untuk merebus air juga diimbau setelah matang ditambah 20 menit.  

“Jadi memasak air harus sampai mendidih dan ditambah 20 menit setelah mendidih,” kata Dewi saat ditemui di Kantor DPRD Gunungkidul, Senin (13/1/2020). 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com