Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Normalisasi Sungai Kalimas agar Banjir Surabaya Tak Berulang

Kompas.com - 20/01/2020, 08:09 WIB
Ghinan Salman,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melakukan normalisasi terhadap Sungai Kalimas setelah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mendatangi kawasan Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya, Jawa Timur, yang paling parah terdampak banjir pada Rabu (15/1/2020).

Meskipun normalisasi Sungai Kalimas sebenarnya merupakan kewenangan Perum Jasa Tirta selaku pengelola, namun pengerukan dilakukan oleh pemkot untuk mengantisipasi luapan air sungai dan saluran lain yang terkoneksi dengan Kalimas.

Baca juga: Bu Risma dan Banjir Surabaya yang Surut dalam 3 Jam

Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya, Febriadhitya Prajatara, mengatakan, pengerukan untuk mengembalikan daya tampung Sungai Kalimas dilakukan sejak Jumat (17/1/2020) lalu.

Kegiatan yang bertujuan menambah kapasitas sungai itu dilakukan mulai dari Taman Lalu Lintas hingga DAM Karet Gubeng. Panjang area sungai yang dikeruk diperkirakan lebih dari satu kilometer.

"Karena khawatirnya, terjadi luapan dan luapan tersebut dapat menimbulkan dampak lain, seperti genangan di lingkungan pemukiman masyarakat maupun tempat-tempat lainnya," kata Febri di Surabaya, Minggu (19/1/2020).

"Luberan air sungai juga bisa terjadi karena kapasitasnya tak mampu menampung tingginya curah hujan akibat adanya pendangkalan (sedimentasi)," imbuh dia.

Baca juga: Di Balik Banjir Surabaya, Ada Ratusan Petugas Berjasa Atasi Banjir dalam Hitungan Jam

Dia mengaku, pengerukan ini rutin dilakukan, paling tidak satu tahun sekali untuk mengembalikan kapasitas saluran seperti semula.

Bagaimana hasilnya?

Selama dua hari, hasil kerukan yang didapat sedikitnya 26 rit. Menurut dia, satu rit sama dengan satu dump truck atau sekitar 7 meter kubik.

Pada tahun sebelumnya, hasil pengerukan mencapai 6.570 rit. Saat itu, pengerukan dilakukan di sepanjang Sungai Kalimas, meliputi Saluran Kalimas di Jalan Akhmad Jais, Kramat Gantung, Peneleh, Kalimas Barat, Jembatan Merah sisi Utara dan Selatan, Semut Kali dan Jalan Ngemplak.

Baca juga: Intip Strategi Pemkot Surabaya Atasi Banjir hingga Surut dalam 3 Jam

Febri mengungkapkan, selain sedimentasi, hasil pengerukan yang ditemukan juga ada yang berupa sampah. Dalam melakukan pengerukan, DPUBMP mengerahkan eskavator dan sejumlah dump truck untuk mengangkut sedimen.

"Biasanya tanah sedimen ini dibuang di bekas Tanah Kas Desa untuk dibuat lapangan futsal atau lainnya. Kadang, ada juga yang dibutuhkan untuk pembuatan taman karena tanah sedimen dinilai lebih subur," tuturnya.

Dia menuturkan, kewenangan pengelolaan sejumlah sungai yang melintasi kawasan Kota Surabaya berada di beberapa instansi lain.

Baca juga: Tak Ingin Disebut Kebanjiran, Pemkot Surabaya Sebut Hanya Genangan Air

Di samping Sungai Kalimas yang dikelola Perum Jasa Tirta, sungai lain yang dikelola instansi terkait, seperti Kali Lamong pemeliharaannya di bawah kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Kali Makmur Wiyung oleh BBWS Brantas, serta Kali Perbatasan berada di bawah naungan Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Timur.

"Jadi kalau kita mau pengerukan, kami koordinasikan dulu. Karena kadang mereka juga punya agenda yang sama," kata Febri. 

Mengapa Pemkot Surabaya proaktif?

Saat ditanya mengapa Pemkot Surabaya lebih proaktif melakukan pengerukan di Sungai Kalimas, dia menuturkan, hal itu dilakukan hanya demi mencegah genangan akibat luapan sungai.

Pasalnya, Kalimas juga menjadi muara dari beberapa saluran air tersier dan sekunder yang ada di sekitar lingkungan warga.

Baca juga: Ini Penjelasan BMKG soal Fenomena Eddy di Balik Banjir Surabaya

Di sisi lain, selama ini pihak Perum Jasa Tirta selaku pengelola dinilai kurang optimal dalam melakukan tugasnya untuk melakukan normalisasi.

Menurut dia, ketidakoptimalan Perum Jasa Tirta menjalankan tugasnya di Kalimas, dimungkinkan akibat begitu panjangnya Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dikelola, yakni mulai dari Malang, Karangkates, Tulung Agung, Kediri, Kali Porong dan Kalimas yang berada di Surabaya.

"Mungkin banyak yang diurusi. Kemudian, mereka (Perum Jasa Tirta) memandang, Surabaya mempunyai banyak tenaga operasional untuk melakukan pengerukan," tutur dia.

Febri menambahkan, pengerukan saluran tak hanya dilakukan di saluran air primer seperti Sungai Kalimas.

Pengerukan saluran juga dilakukan oleh Dinas PU Binamarga dan Pematusan Kota Surabaya ke seluruh kawasan. Semua rayon, kata dia, turut melakukan pengerukan dengan menggunakan alat berat dan manual.

Sebagaimana diketahui, hujan deras sempat mengguyur Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu (15/1/2020) sore hingga malam hari.

Hujan deras selama kurang lebih dua jam itu menyebabkan 32 titik jalan protokol Kota Pahlawan terendam banjir.

Ketinggian banjir yang menggenangi 32 titik jalan protokol itu bervariasi, yakni mulai 10 sentimeter hingga 80 sentimeter atau hampir mencapai 1 meter. Ketinggian air yang paling tinggi merendam Jalan Mayjend Sungkono.

Meski demikian, banjir di sejumlah jalan protokol cepat surut hanya dalam waktu sekitar dua sampai tiga jam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com