SOLO, KOMPAS.com - Penggagas lukisan mural tokoh nasional Indonesia, Sardono W Kusumo (74), memiliki cerita tersendiri dengan mural wajah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang dibuatnya bersama muralis Solo di tembok rumah toko (ruko) di kawasan Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah.
Mural biasa dibuat identik dengan perlawanan, di tempat yang sepi, dan ekstrem. Sebaliknya, mural wajah Susi dibuat di tengah perkotaan dan dilihat banyak orang.
Menurut Sardono, dipilihnya lukisan mural wajah Susi karena menarik sebagai figur.
Baca juga: 5 Tempat Ikonik untuk Melihat Mural di Kota Solo
Terlepas dari kebijakan yang fenomenal dengan penenggelaman kapalnya, Susi merupakan pejabat pemerintah yang hanya lulusan SMP.
Sebagai seorang perempuan, Susi merupakan sosok yang pemberani. Kebijakannya yang mungkin banyak "perlawanan", Susi tetap konsisten dengan pendiriannya yang selalu menenggelamkan kapal asing pencuri ikan.
"Dia mewakili mayoritas dari kita yang pendidikannya kurang. Tetapi pendidikan formal tidak menjadi ukuran tentang sebuah prestasi kreatif itu," kata Sardono kepada Kompas.com di Solo, Jawa Tengah, Senin (16/12/2019).
Lukisan mural wajah Susi dibuat pada 2017. Sejak mural itu dibuat Susi sudah dua kali mendatangi mural tersebut.
Pertama, Susi datang pada September 2017. Susi tidak menyia-nyiakan kunjungannya itu dengan berswafoto di wajah mural dirinya.
Baca juga: Wagub Sulsel Minta Pesawat Milik Susi Pudjiastuti Beroperasi di Toraja dan Selayar
Kunjungan kedua pada 12 Desember 2019. Kali ini Susi datang tidak sendirian. Susi turut ditemani oleh tiga orang cucu. Bahkan, Susi mengajak ketiga cucunya itu untuk berswafoto di depan lukisan mural wajahnya.
Menurut Sardono, kunjungan kedua Susi bersama cucunya tersebut karena kangen dengan lukisan mural dirinya.
Di samping itu, kata Sardono, Susi ingin menunjukkan mural dirinya tersebut kepada keluarga.
"Saya lihat kelihatan senang. Lucunya itu ada salah satu cucu Ibu Susi yang posisi fotonya tepat di mulutnya Ibu Susi. Terus kakaknya bilang 'Eh nanti kamu dimakan kepalamu'," kata seniman kawakan Indonesia itu sambil tertawa.
Sardono yang juga seorang koreografer menyatakan, lukisan mural wajah Susi tersebut akan tetap diabadikan di tembok itu dan tidak ingin mengganti dengan mural lainnya.
Sebab, mural itu telah memberikan pesan tersendiri kepada masyarakat tentang keberanian sosok Susi.
"Mural ini mewakili suara publik. Ibu Susi ini kita jadikan inspirasi mitologis. Dan, menjadi dongeng yang tidak pernah selesai," ungkap pria kelahiran Solo, 6 Maret 1945, ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.