Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bengawan Solo Tercemar, Air PDAM Lamongan Berubah Keruh

Kompas.com - 10/12/2019, 19:05 WIB
Hamzah Arfah,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

LAMONGAN, KOMPAS.com - Pencemaran air di Sungai Bengawan Solo sudah memasuki wilayah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Dampaknya, sebagian pelanggan PDAM mendapatkan pasokan air yang keruh dan berwarna cokelat.

Jajaran PDAM Lamongan mengakui bahwa air keruh itu imbas dari pembuangan limbah tempat produksi di Jawa Tengah beberapa waktu lalu.

PDAM Lamongan sempat tidak bisa berbuat banyak, lantaran pasokan air yang mereka salurkan kepada para pelanggan yang ada di Lamongan berasal dari sepanjang aliran Bengawan Solo.

Baca juga: Warga Ngawi Diminta Tak Gunakan Air Bengawan Solo untuk Mandi dan Mencuci

Sumber air tersebut yang terbentang mulai perbatasan Kabupaten Bojonegoro hingga Bendungan Grak Babat di Kecamatan Babat, Lamongan.

"Saya sudah konfirmasi dan koordinasi dengan Perum Jasa Tirta (PJT) V Bojonegoro, apakah dampaknya berbahaya bagi pelanggan? Mereka menjawab, kalau digunakan minum atau memasak, sementara jangan dulu," ujar Direktur PDAM Lamongan, Ali Mahfudi saat dihubungi, Selasa (10/12/2019).

"Tapi kalau digunakan mandi, monggo (silahkan) karena sudah ada kadar kaporit dan tawasnya," kata Ali.

Ali juga mengungkapkan, sejak pasokan air PDAM berubah warna, pihaknya mendapat banyak komplain dari masyarakat, khususnya dari para pelanggan PDAM.

"Saya juga tanya ini kepada mereka kira-kira sampai kapan? Mereka jawab mungkin dua sampai tiga hari, karena kemarin di Bojonegoro ada hujan lokal yang bisa mereduksi itu. Mudah-mudahan juga segera ada tambahan air dari bendungan Wonogiri yang dibuka, sehingga air bisa kembali normal," kata dia.

Sambil menanti air di aliran Bengawan Solo kembali berangsur normal, PDAM Lamongan bakal melakukan sejumlah upaya untuk dapat mengubah warna air pasokan PDAM yang disalurkan ke rumah-rumah warga.

"Mulai semalam kami lakukan pembubukan kimia, kami tambah dosisnya. Kemudian yang kedua, kami gunakan alat netralisir untuk mereduksi warna, agar warna bisa lebih cerah," kata Ali.

Ali menuturkan, selama dirinya menjabat sebagai pejabat di PDAM Lamongan, peristiwa kali ini dinilai paling parah ketimbang tahun-tahun sebelumnya.

"Kali ini yang paling parah, termasuk diakui juga oleh pihak PJT jika ini yang paling parah," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com