Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Museum HAM Omah Munir, Suciwati: Jadi Rumah "Pepeling"

Kompas.com - 09/12/2019, 17:52 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Gedung museum Hak Asasi Manusia (HAM) Munir di Kota Batu, Malang, Jawa Timur, diharapkan tak hanya sekedar bangunan tak memiliki makna.

Namun, menjadi "pepeling" atau pengingat untuk bangsa Indonesia agar terus menjaga nilai-nilai HAM di Indonesia.

“Omah Pepeling, rumah pengingat yang itu juga bersinar. Tidak perlu pakai listrik terlalu banyak. Dan itu memang benar-benar ramah lingkungan,” ujar Suciwati, istri mendiang Munir Said Thalib. 

Sementara itu, semangat yang sama juga ditegaskan oleh Ketua Yayasan Museum HAM Omah Munir, Andi Achdia.

"Peletakan batu pertama pembangunan Museum HAM ini bukan saja menjadi tonggak yang menandai kehadiran secara fisik sebuah museum yang mengangkat persoalan HAM di Indonesia, tetapi juga menjadi titik tolak yang mengukuhkan komitmen kita semua dalam menjadikan nilai-nilai HAM yang mengatur kehidupan bersama kita di Indonesia saat ini dan yang akan datang," katanya. 

Selain itu, gedung museum itu juga dikonsep ramah disabilitas dan anak. Rencananya, di lantai satu akan ada kids corner yang akan menjadi tempat bermain bagi anak sambil belajar tentang hak asasi manusia.

“Jadi ada mainan anak berbasis hak asasi,” ujar dia.

Lalu, museum itu juga akan menyimpan koleksi dari berbagai artefak tentang perjalanan HAM di Indonesia. 

Biaya diperkirakan mencapai Rp 10 miliar 

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wakil Wali Kota Batu Santoso, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Ahmad Taufan Damanik, Direktur Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid, dan istri mendiang Munir, Suciwati, mengikuti prosesi peletakan batu pertama Museum HAM Munir. BBC Indonesia/Eko Widianto Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wakil Wali Kota Batu Santoso, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Ahmad Taufan Damanik, Direktur Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid, dan istri mendiang Munir, Suciwati, mengikuti prosesi peletakan batu pertama Museum HAM Munir.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, biaya pembangunan museum tersebut dipekirakan mencapai Rp 10 miliar.

Anggaran tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Lalu, untuk konsep bangunan akan diserahkan kepada pemenang sayembara, yakni seorang arsitek bernama Achamad D Tardiyana.

Sementara itu, Khofifah mengaku awalnya hanya menganggarkan untuk biaya pembangunan adalah Rp 5 miliar.

"Ternyata ada pengembangan peruntukkan sampai 10 (Rp 10 miliar), tadi dipresentasikan. Saya baru dapat kabar ternyata ada beberapa maksimalisasi ruang dan seterusnya. Ya nanti kita bahas kurangnya," lanjut dia.

Khofifah menjelaskan, untuk pengelolaannya akan dipegang oleh Yayasan Museum HAM Omah Munir. 

"Ada usulan tadi dari mbak Suci (Suciwati, istri Munir) supaya bisa menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Karena ini kan tanahnya Pemkot, pembangunan oleh Pemprov. Tetapi ini kan ada penyelenggara. Yayasan Museum HAM Omah Munir, jadi yang nanti bisa memaksimalkan fungsionalisasi dari Museum HAM Omah Munir," lanjut dia.

Sekilas tentang sosok Munir, pejuang HAM di Indonesia

Mahasiswa melakukan unjuk rasa dengan membawa foto almarhum Munir Said Thalib di Kampus UNS, Solo, Jawa Tengah, Selasa (10/9). Unjuk rasa tersebut digelar untuk memperingati 15 tahun meninggalnya aktivis HAM Munir serta meminta pemerintah serius dalam menyelesaikan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di masa lalu. BBC News Indonesia Mahasiswa melakukan unjuk rasa dengan membawa foto almarhum Munir Said Thalib di Kampus UNS, Solo, Jawa Tengah, Selasa (10/9). Unjuk rasa tersebut digelar untuk memperingati 15 tahun meninggalnya aktivis HAM Munir serta meminta pemerintah serius dalam menyelesaikan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di masa lalu.

Peletakan batu pertama Museum HAM Munir bertepatan dengan hari kelahiran aktvis HAM Munir Said Thalib. Munir lahir di Malang pada 8 Desember 1965.

Munir meninggal setelah diracun dalam penerbangan menuju Amsterdam, Belanda, pada 7 September 2004. Munir adalah aktivis yang bersuara lantang memperjuangakan HAM.

Seperti yang diberitakan Kompas.com pada 7 September 2019, Munir diketahui pernah menjadi penasihat hukum keluarga korban tragedi Tanjung Priok yang terjadi pada tahun 1984.

(Penulis: Kontributor Malang, Andi Hartik | Editor: Fabian Januarius Kuwado, Rachmawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com