Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berwisata ke Lembah Tumpang Malang, Berasa Berada di Zaman Majapahit dan Singosari

Kompas.com - 07/12/2019, 09:59 WIB
Andi Hartik,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Awalnya lembah itu tidak berfungsi. Pemilik lahan tidak bisa memanfaatkannya karena berlumpur.

Sedangkan, sumber air terus mengalir dari tebing yang mengapit lembah tersebut.

“Jadi saya menemukan lahan Lembah Tumpang ini awalnya berupa lahan terlantar. Lahan tidak difungsikan oleh pemilik karena lumpur. Tapi saya melihat banyak sumber air di kanan kiri tebing dan air itu setelah saya analisakan di lab, hasilnya jernih dan bagus sekali. Dengan potensi sumber air yang jernih itu saya beli, saya bangun banyak pemandian dan beberapa saya gunakan untuk kolam ikan,” ujar dia, Jumat (6/12/2019).

Yogi mengatakan, selain untuk wisata alam, dirinya juga ingin membangun wisata edukasi.

Oleh karenanya, kawasan itu dibuat dengan konsep masa lalu dengan banyak arca dan candi.

Baca juga: Kisah Sukadi Pemilik Kebun Amarilis, Awalnya Dicibir Sekarang Dicintai

“Bangunannya kalau dilihat ini bernuansa kerajaan. Kerajaan Majapahit dan Singosari. Itu maksud saya pertama sebagai kawasan wisata itu harus tampil beda. Mengapa kita pilih Kerajaan Majapahit dan Singosari, yang pertama untuk mengenang kejayaan kerajaan di zaman dulu yang sampai menguasai luar negeri,” katanya.

“Dan itu membanggakan bagi kita semua. Nenek moyang kita sangat jaya. Kita menghargai dengan mengenang Kejayaan Majapahit dan Singosari. Kedua untuk pembelajaran anak sekolah. Ada patung-patung yang saya sendiri juga tidak hafal. Makanya Kementerian Pariwisata itu menamakan ini sebagai wisata edukasi. Karena bagus sekali untuk pembelajaran sejarah,” jelasnya.

Yogi mulai membangun kawasan lembah itu pada awal tahun 2015. Tiga tahun kemudian, kawasan itu dibuka untuk wisatawan.

Meskipun, pembangunan di kawasan wisata itu masih berlangsung. Meski masih baru, kawasan itu sudah banyak dikunjungi oleh wisatawan.

Tidak sulit untuk menemukan lokasi wisata lembah tersebut. Saat memasuki Desa Slamet di Kecamatan Tumpang, pengunjung akan dipandu dengan petunjuk jalan.

Lokasi wisata berada sekitar 2 kilometer dari arus utama Kecamatan Tumpang.

HRD Lembah Tumpang, Wahyu Dwi mengatakan, lokasi wisata itu menyajikan suasana yang tenang dengan nuansa kerajaan yang diapit oleh tebih dengan pepohonan yang rindang.

Candi Kito, salah repelika candi di Lembah Tumpang, destinasi wisata di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jumat (6/12/2019).KOMPAS.COM/ANDI HARTIK Candi Kito, salah repelika candi di Lembah Tumpang, destinasi wisata di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jumat (6/12/2019).
“Lembah Tumpang memang buat penasaran. Letaknya terpencil, tapi tempatnya luas biasa,” katanya.

Harga tiket masuk ke lokasi itu sebesar Rp 60.000. Pengunjung dibebaskan untuk menikmati fasilitas yang ada di kawasan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com