Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragis, 4 Bersaudara Menderita Sakit di Mata, 3 Sudah Meninggal Dunia

Kompas.com - 28/11/2019, 07:00 WIB
Dewantoro,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Suasana sepi di Lantai 5, Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, Rabu (27/11/2019).

Suami istri dan dua anaknya sedang kedatangan seorang dokter di Ruang Cendana 10.

Keluarga tersebut baru tiba di rumah sakit yang berada di Jalan dr Mansyur itu pada Selasa (26/11/2019) sore.

Pasangan suami istri itu adalah Husor Rumanto Gultom (32) dan Delina Hutagaol (33), warga Desa Huta Suka Dame, Nagori Tiga Bolon, Kabupaten Simalungun.

Pasangan ini memiliki lima orang anak. Namun, tiga di antaranya meninggal dunia saat rata-rata berusia dua tahun. Mereka mengidap penyakit di mata.

Kini, satu anaknya lagi mengalami sakit yang sama dengan kakak-kakaknya.

Baca juga: Mal di Kota Malang Imbau Karyawan Tidak Pakai Atribut Natal

Anak yang mendapat gangguan di mata sebelah kiri itu mengisap dot di pangkuan Ibunya.

Sesekali dia menangis, lalu mereda setelah diberi dot berisi air putih.

Mata kirinya diberi perban. Mata sebelah kanan melihat-lihat sekeliling, seperti ketakutan dengan tiga orang asing yang ada di sekitarnya.

Dia pun mendekat ke pelukan Ibunya.

Kepada wartawan, Husor menceritakan kemalangan yang dialami keluarhanya. Segalanya bermula sejak 2014.

Anak pertamanya, Putri Delima Gultom, mengidap penyakit di mata pada usia 2,5 tahun.

Husor berupaya mengobati penyakit anaknya ke Puskesmas setempat.

Dia engira sakit yang diderita anaknya seperti katarak. Namun ternyata tidak.

"Seperti mata kucing. Di bagian tengah bola matanya itu bening, kalau dipandang bisa tembus ke dalam. Jadi saya bawa ke puskesmas sebulan sekali. Tak mengira akan sampai kek gitu," kata Husor.

Husor juga membawa putrinya ke pengobatan alternatif, karena tidak memiliki biaya.

Tak lama setelah itu, dia diberitahu oleh temannya untuk mengurus BPJS.

"Baru sehari dipakai, terus meninggal dia. Saat meninggal, matanya sebelah kanan itu ada benjolan, sebesar bola kasti lah," kata dia.

Saat Putri meninggal dunia, anak keduanya, Renaldi Gultom sudah berumur 1,5 tahun. Dia juga mengalami gejala yang sama, mata kucing di mata sebelah kirinya.

Pengalaman anak pertama membuat Husor sigap dengan langsung membawa Aldi ke rumah sakit.

"Dia kena saat usia 2 tahunan, langsung kita larikan ke rumah sakit, dikemoterapi. Mata kirinya bengkak," kata Husor.

Terakhir kali, Aldi bermain di kolong rumah dan kepalanya terbentur dan benjol. Husor langsung membawa anaknya ke rumah sakit di Medan.

Saat itu, kepala anaknya sempat diperiksa menggunakan rontgen. 

Pada saat hari H akan dioperasi, dokter mengatakan benjolan itu tidak bisa disedot.

"Tiga hari kemudian kubawa pulang, istilahnya, daripada meninggal di rumah sakit, lebih baik di rumah bisa dilihat. Bisa bersama dulu untuk sementara. Kata dokter kan, sudah menjalar tumornya. Kata dokter sudah berserat," ujar Husor.  

Setelah Aldi meninggal pada 2015, Husor sekeluarga pindah ke rumah keluarga istrinya di Desa Parhitean, Kecamatan Pintu Pohan, Toba Samosir, dengan harapan tidak ada lagi anaknya yang sakit.

Namun, kemalangan itu belum berhenti. Sefania Gultom yang baru berumur 2 tahun juga terkena sakit yang sama.

Dengan pengalaman dua anak sebelumnya, Husor memutuskan penanganan Sefania dengan pengobatan tradisional.

Tetapi, pada 2017, Husor dan istrinya kehilangan anaknya untuk yang ketiga kali. 

Derita Husor belum berhenti. Anaknya yang paling kecil, Daud Alfaro Gultom (1,5) saat ini harus dirawat di rumah sakit.

Mata sebelah kirinya diperban karena membengkak dan diawali dengan mata kucing.

"Daud ini, mata kucingnya kadang hilang, kadang muncul. Pertama kali muncul pada umur 7 bulan, lalu menghilang. Umur 10 bulan muncul lagi," kata Husor.

Husor berharap anaknya bisa sembuh setelah mendapat perawatan tenaga medis.

Kedatanganya di RS USU tidak lepas dari campur tangan Bupati Simalungun JR Saragih.

Bupati datang ke rumahnya pada Selasa pagi, lalu menyuruh seorang staf untuk mengantarkan Husor dan anaknya ke rumah sakit.

Husor juga diberikan bantuan Rp 10 juta untuk keperluan biaya selama perawatan di rumah sakit.

"Mudah-mudahan ini yang terbaik untuk anak saya. Tanpa orang itu, mungkin sekarang kami belum di sini. Saya cuma bisa mengucapkan terima kasih banyak. Mudah-mudahan anak kami sembuh. Ini rezeki Daud, ini mukjizat untuk dia," kata Husor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com