Pelaku kesurupan itu tak berhenti mengerang. Namun, tiba-tiba ia menyebut akan mengikuti perempuan yang dinilai orang baik.
Orang yang disebut salah seorang wartawan yang seolah kesurupan itu sejatinya Risma.
"Aku mau ikut perempuan itu, orang itu baik, aku ikut," kata dia, diucapkan berkali-kali dengan logat Jawa yang kental.
Risma terlihat semakin panik dan takut. Ia berkali-kali beranjak dari kursinya. Melihat wartawan yang kesurupan dari jarak jauh. Kemudian, sesekali dia kembali duduk di kursinya.
Mulut Risma komat-kamit seperti sedang membaca mantra dan doa.
Wartawan lain yang sedang berusaha menyadarkan jurnalis yang kesurupan meminta air.
"Mana air, tolong bawakan air," kata para wartawan.
Risma pun mengambilkan air dari mejanya sambil membacakan ayat Al Quran di gelas yang dia pegang dan memberikannya kepada wartawan.
Risma juga menyuruh para wartawan untuk membacakan surat Al Fatihah.
"Bacakan Al Fatihah. Bacakan Al Fatihah, jangan ditanyakan siapa namanya. Ayo dibisiki, rek," kata Risma.
Tak berselang lama, suasana yang sebelumnya tegang menjadi kegembiraan, manakala para wartawan kompak menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun saat salah satu wartawan perempuan membawakan kue ulang tahun.
Mendengar itu, raut wajah Risma yang tadinya tegang berubah sumringah.
"Ya Allah arek-arek itu. Kurang ajar, enggak jelas arek-arek itu," ujarnya sembari tertawa.
Kemudian, wajah Risma sempat berkaca-kaca dan kemudian meniup lilin kue ulang tahun yang diberikan para wartawan.
Saat ditanya wartawan tentang kejutan yang diberikan, Risma mengakui, bahwa dirinya sejatinya takut.