Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tari Kontemporer "Perempuan Ibu Bumi", Upaya Protes Perusakan Lingkungan akibat Tambang Emas Ilegal di Lombok

Kompas.com - 18/11/2019, 12:43 WIB
Fitri Rachmawati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Suara musik yang rapi dan penuh perhitungan, meniti kaki kaki kecil berjingkatan. Anak anak mengenakan gaung putih tiba tiba berlarian mengubah sepi menjadi suasana gaduh.

Tangan kecil mereka bergerak sederhana dan penuh makna, wujud kesedihan juga kemarahan menjadi begitu tipis.

"Anak-anak itu merindukan ibu, merindukan masa kecilnya, merindukan apa pun yang hilang dari hidupnya, tetapi mereka tetap memburu kasih, yaitu kasih ibu," kata Ari Devayoni, Minggu (17/11/2019), koreografer muda di Mataram, NTB.

Ari bersama dua koreografer muda asal Lombok, yaitu Yeni Fitriyanti atau Yeyen dan Lalu Dedy, menggelar pertunjukan tari kontemporer di Gedung Pertunjukan Taman Budaya Mataram, Sabtu (16/11/2019) malam. 

Ketiganya memaknai keberadaan ibu dalam pertunjukan tari garapan mereka.

"Bahwa ibu adalah orang yang kita rindukan, sosok yang paling dibutuhkan ketika figur ayah dan semua kerepotan ditumpahkan pada seorang ibu. Menggarap tari kontemporer ini, saya berusaha membahasakan cinta dalam kerinduan masa kecil," kata Ari.

Tari berjudul "Kasih" yang digarapnya membuka pertunjukan tari kontemporer malam itu.

Keriangan anak-anak tergambar dalam gerakan natural dengan kostum yang sangat simpel tanpa polesan di wajah secara berlebihan.

Warna anak-anak muncul sangat alami dalam tari garapan Ari itu. 

Penonton tak hanya dibuat gemas dengan tari garapan Ari yang dimainkan tujuh penari cilik yang membawa penonton melompat ke masa kanak-kanak mereka.

Pesan untuk menjaga bumi

Tari Kasih karya Ari Devayoni, koreografer muda asal Lombok, tampil.menggemaskan di Gedung Taman Budaya Mataram, Sabtu malam (16/11/3019)FITRI R Tari Kasih karya Ari Devayoni, koreografer muda asal Lombok, tampil.menggemaskan di Gedung Taman Budaya Mataram, Sabtu malam (16/11/3019)
Yang juga menarik dalam pertunjukan kali ini adalah cara ketiga koreografer ini menggambarkan ibu bumi dan perempuan sebagai simbol kekuatan dan kasih sayang.

Mereka ingin menyampaikan pesan utama bagaimana ibu bumi yang makin tua ini mesti dirawat dengan sepenuh hati.

Yeyen memberi penanda pada judul tariannya "Mother Earth". Dia turun langsung sebagai penari bersama rekannya menyimbolkan pohon sebagai bumi yang harus dilindungi.

Musik yang lembut dengan gerakan tari yang tertata cukup membuat tarian ini mencuri perhatian.

"Saya ingin mengatakan bahwa bumi itu harus dijaga, seperti bumi yang senantiasa menyebarkan cintanya pada manusia, apalagi bumi kita sudah semakin tua. Bumi ingin dicintai, kita berkewajiban menyiapkan diri merawatnya kini," kata Yeyen.

Yeyen mengatakan bahwa dirinya bersama rekan-rekannya di Sanggar Sang Dewi tengah menggarap pertunjukan tunggal dengan tema utama "Mother Earth" pada Juni 2020.

Gerakan tari dan kostum sesuai adat Lombok

Yeyen juga mengatakan bahwa dalam menggarap tarian di Pulau Lombok yang dikenal dengan Pulau Seribu Masjid ini, dirinya sangat hati-hati karena setiap gerakan harus disesuaikan dengan adat kebiasaan masyarakat di Lombok.

"Kadang ketika ingin membuat gerakan, apalagi tari kontemporer, harus menyesuaikan dengan adat budaya di Lombok. Takutnya ada gerakan yang tidak diterima budayawan di Lombok," katanya.

Lalu Dedy menawarkan tarian yang sangat kental dengan kegelisahan perempuan di Lombok, tarian dengan judul "Ayu Mandre Gune". Bagi Dedy, ayu artinya cantik, mandre guna artinya tangguh, tangkas, mampu, atau piawai dalam segala hal.

Biasanya gadis sasakbatau dedare akan dilatih, ditempa, dan dibekali dengan pesan-pesan moral oleh orang tua mereka hiangga menjadi perempuan sasak yang mandre gune (tangkas).

Tarian ini ditarikan oleh dua orang penari, dibawakan dengan sederhana dengan gending sasak yang khas.

Roah kebian adalah tarian yang menggambarkan prosesi syukuran atau pesta masyarakat Lombok yang unik dan syarat kebersamaan. Kostum penarinya menggunakan lambung, pakaian khas Sasak yang cukup mengesankan.

Garet bebek karya Yeyen juga menguatkan jenis tari tradisi dalam warna kontemporer. Kostum pengaret bebek yang berwarna seolah membawa imajinasi penonton pada kesibukan menggembala unggas itu.

Kembali Yeyen menekankan bahwa dirinya ingin karya-karya yang diciptakannya tidak menimbulkan kontroversi.

"Kalau budayawan lokal sudah menerima, itu kan melegakan ya, saya benar benar mempelajari budaya di Lombok ini," kata Yeyen yang memang merupakan pendatang dari Solo, Jawa Tengah, hingga memilih mengeksplorasi kemampuannya sebagai koreografer tari di Lombok.

Tari dan kritik sosial tambang emas ilegal

Tari Perempuan Ibu Bumi karya Ari Devayoni, yang menceritakan tentang kegelisahan dan kekhawatiran perempuan akan dampak tambang emas bagi lingkungan mereka, terian ini tampil di Taman Budaya Mataram, Sabtu malam (16/11/2019)FITRI R Tari Perempuan Ibu Bumi karya Ari Devayoni, yang menceritakan tentang kegelisahan dan kekhawatiran perempuan akan dampak tambang emas bagi lingkungan mereka, terian ini tampil di Taman Budaya Mataram, Sabtu malam (16/11/2019)
Di akhir Pertunjukan penonton dikejutkan dengan kemunculan sosok perempuan, dengan tubuh berisi, membawa alat dulang emas dari kayu, awalnya mengeluarkan teraikan kecil seperti memanggil.

Perempuan itu terus bergrak menuju pangung dan mendapati para penambang tengan bekerja. Musik yang digarap Mantra Adana adalah pilihan Ari Devayoni dalam menggap tari berjudul 'Perempuan Ibu Bumi'.

Lima orang penari begitu mahir memaikan prises mendulang emas, sayangnya proses dulang emas yang dilakukan dalam tarian ini tidak sama dengan proses mebdapatkan bongkahan emas di tambang rakyat Sekotong, Lombok Barat,  latar belakang terwujudnya karya Devayoni.

Dia mengungkapkan bahwa proses kreatifnya berawal dari jalan jalan melintasi kawasan wisata Lombok, mulai dari  Mandalika Kuta, Selong Belanak hingga ke Sekotong, Lombok Barat.

"Ketika itu saya menelusuri Lombok dengan seorang kawan, sepanjang jalan kawan saya terus menggerutu melihat tambang emas rakyat di sepanjang perjalanan, hingga akhirnya kami melakukan riset sederhana soal bahaya tambang emas rakyat dan tambang liar. Cairan kimia untuk mengolah emas sangat berdampak buruk bagi lingkungan dan perempuan," kata Ari.

Lingkungan tercemar mercury, bayi lahir tak sehat

Atas riset itu Ari mengaku memilki kesadaran baru, bahwa persoalan lingkungan di lombok cukup mengkhawatirkan.

"Saya jadi sedih dan gelisah mengingat dampaknya, dan coba saya salurkan melalui karya, dengan harapan dari karya tersebut bisa memberikan pesan dan membangun kesadaran baru di masyarakat, maka terlukislah kegelisahan saya pada 'Perempuan Ibu Bumi'," katanya.

Sosok perempuan penuh semangat dalam tarian itu digambarkan terkapar dan jatuh, meski demikian dia tetap berusaha bangkit, berjuang untuk ibu bumi.

"Masalah tambang emas ilegal akan berdampak pada hak reproduksi perempuan, lahirnya bayi-bayi tidak sehat karena lingkungan yang tercemar mercury," ungkap Ari.

Baiq Elysmina, salah seorang penari yang berperan sebagai penentang tambang mengatakan bahwa proses latihan mereka sangat singkat, tetapi menyenangkan, karena antara gerak dan musik sangat seirama.

Elysmina mengatakan bahwa dirinya adalah warga, Sekotong Lombok Barat yang dekat dengan lokasi tambang emas.

Menurutnya secara ekonomi tambang emas Sekotong memang dapat mendongkrak penghasilan warga yang mendadak menjadi penambang. 

"Tetapi dampak berikutnya adalah tercemarnya lingkungan karena cairan kimia mercury yang digunakan untuk mengolah hasil tambang," kata Elysmina.

Apresiasi

Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB, Fairuz Abadi mengatakan bahwa pertunjukan tari kontemporer kali ini adalah etalase dari proses panjang para kreator-kreator generasi muda di  Lombok ini.

"Ke depan kami ingin memperbanyak literasi seni dan budaya, salah satunya adalah untuk meningkatkan kegairahan geberasi muda kita dalam berkesenian," katanya.

Fairuz juga mengingatkan bahwa pengaruh kebudayaan baru bukan hal yang harus dihindari tetapi dipadukan antara tradisi dan kesenian modern.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com