Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asyiknya Sepak Bola Egrang, Olahraga Sekaligus Lestarikan Budaya

Kompas.com - 14/11/2019, 06:05 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

Peraturannya mirip futsal. Mereka yang mencetak gol paling  banyak sepanjang permainan dinyatakan sebagai pemenang. Bila berakhir seimbang, kemenangan ditentukan adu penalti.

"Setelah dicoba ternyata permainan ini asyik," kata Suwando.

Baca juga: Egrang, Salah Satu Nomor yang Dipertandingkan di Tafisa Games 2016

Penampilan pelajar ketika bermain sepak bola egrang menarik perhatian. Suwando mengungkap, peserta wajib mengenakan baju adat Jawa. Penampilan ini mendukung nilai-nilai budaya. 

Mereka memakai celana cinde atau panji yang selutut, kain batik yang dilipat secara khas terikat sabuk pada pinggang. Mereka mengenakan baju surjan. Mereka tidak lupa memakai ikat kepala atau blangkon. 

"Penampilan jadi seperti prajurit Jawa. Mereka pakai sapit urang supaya memudahkan bergerak," kata Suwando.

Guru Olahraga SMP Negeri 2 Pengasih, Budiman mengaku optimis perkembangan permainan seperti ini di Kulon Progo.

Pasalnya, pemerintah terus mendorong kearifan lokal dimasyarakatkan, termasuk budaya kemataraman di kalangan pelajar, sebagai bagian dari keistimewaan Provinsi DIY. 

Pelajar sebagai generasi penerus berpotensi menyebarkan, mengembangkan, maupun mempertahankan, setidaknya di Kulon Progo dan DIY pada umumnya.

"Ke depan, permainan seperti ini akan terus berkembang, setidaknya di Kulon Progo," kata Budiman.

Ricky mengungkapkan harapan serupa. Ia mengenal egrang sejak duduk di bangku sekolah dasar, 3 tahun silam, sebagai permainan mengasyikkan dan menantang. Ia ingin permainan ini terus ada di waktu depan.

"Saya berharap (terus lestari) ada dan tidak punah. (Lewat permainan ini) saya ingin membanggakan sekolah," katanya. 

Karenanya persiapan Ricky sangat berbeda dibanding yang lain. Ia membuat sendiri egrang yang khusus menunjang permainan bolanya.

Ia melilitkan karet ban dalam pada galah sebagai pegangan tangan dan pijakan kaki agar bambu tidak melukai.

"Apalagi kalau pecah bisa bahaya," kata Ricky.

Persiapan Ricky tidak hanya soal membuat pengaman pada bambu egrang. Ia juga memberi pelindung pada kedua lututnya, yang menurut dia kalau pun terjatuh tidak seberapa cidera.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com