Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem 2:1 Gagal Urai Kemacetan Puncak, Polisi Kembalikan ke Buka Tutup

Kompas.com - 28/10/2019, 05:56 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Khairina

Tim Redaksi

KABUPATEN BOGOR, KOMPAS.com - Sebanyak 1000 traffic cone yang dipasang untuk uji coba sistem kanalisasi dua lajur banding satu (2:1) terpaksa dicabut lantaran belum mampu mengurai kemacetan di sepanjang Jalan Raya Puncak Bogor, Jawa Barat.

Sistem yang telah diujicobakan sejak pagi tadi mulanya membuat arus lalu lintas relatif cukup lancar karena kendaraan-kendaraan dibagi menjadi tiga lajur.

Lajur 1 dan 2 yang diperuntukkan bagi kendaraan yang mengarah ke atas, sedangkan lajur 3 untuk kendaraan menuju arah bawah.

Baca juga: Sistem 2-1 Diujicoba Arus Lalu Lintas di Puncak Bogor Tersendat

Namun, pada siang hari kendaraan dari arah atas atau turun mengalami kemacetan panjang hingga ke Cianjur.

Pihak kepolisian akhirnya mengeluarkan diskresi dengan mengembalikan sistem buka tutup atau one way yang sebelumnya telah digunakan.

Belum sampai sehari, sistem kanalisasi telah gagal untuk mengurangi kemacetan dari arah Simpang Gadog sampai Simpang Taman Safari Indonesia.

"Iya (macet) sejak siang hari kendaraan yang arah turun padat terpantau antrian sudah tembus sampai puncak pass (Cianjur) kalau kita paksakan (sistem 2:1) masyarakat yang ingin turun bisa sampai tengah malam," ucap Kasat Lantas Polres Bogor AKP M Fadli Amri di lokasi, Minggu (27/10/2019).

Fadli menyebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan BPTJ, Dishub dan Bupati untuk menutup arus dari bawah atau mengembalikan sistem one way.

"(Dikembalikan) one way dibuka dari puncak ke bawah sampai malam ini, sebab ada kepadatan kendaraan yang belum bisa diurai (2:1)," ungkapnya.

Fadli menjelaskan, hasil evaluasi sistem kanalisasi menunjukan infrastruktur jalan dari Simpang Gadog hingga Taman Safari Indonesia belum homogen.

Sebab kata Fadli, jalan di sepanjang Jalan Raya Puncak masih terbilang sempit sehingga tidak semua bisa diberlakukan 3 lajur atau sistem 2:1

Fadli menyarankan, untuk uji coba selanjutnya yang jatuh pada tanggal 3 November 2019 lebih baik ditunda mengingat kondisi puncak perlu dievaluasi.

"Kepadatannya memerlukan waktu lama untuk diurai karena ruas jalannya kecil dan arus keluar masuk gang banyak dan untuk Pasar Cisarua, walaupun sudah dibersihkan PKL, intensitas penyebrang jalan, roda dua menghambat dan kami berharap ada JPO atau pasarnya bisa di geser ke belakang," ungkapnya.

Baca juga: Angin Kencang Menerjang Puncak Bogor, 300 Penduduk Desa Diungsikan ke Masjid.

"Uji coba selanjutnya kami menyarankan tidak dulu karena memang hari Minggu juga dan di kabupaten juga ada pengamanan pilkades," tukasnya.

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor bersama Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menguji coba sistem kanalisasi 2:1 di Jalur Puncak.

Sampai pada pukul 11.00, sistem kanalisasi terus berjalan seperti kendaraan dari arah keluar Tol menuju Simpang Gadog tampak lancar.

Untuk mendukung sistem tersebut, sejumlah petugas dari Kementerian Perhubungan, Pemkab Bogor dan kepolisian turut memajang poster bertuliskan "Save Puncak" dan "Harap Konsisten di Lajur Anda"

Selain itu, sejumlah petugas pun turun ke lokasi untuk mengkomunikasikan sistem tersebut kepada setiap pengendara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com