Usep Ebit Mulyana, pegiat lingkungan dari Institute For Ecological Study (Infest) melihat, banyaknya titik kebakaran lahan dan hutan di Garut dalam satu hari, terjadi bukan semata-mata karena bencana alam semata.
Namun, ada faktor kelalaian manusia juga, terutama pihak-pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan pengelolaan kawasan.
“Kami meyakini meski udara panas, tumbuhan mengering, penyulut apinya disebabkan oleh perapian di sekitar hutan,” katanya.
Menurut Ebit, dalam hal kebakaran hutan, pihaknya tidak melihat adanya upaya mitigasi potensi kebakaran yang dilakukan pemerintah serta pemangku kawasan kepada aktivitas masyarakat yang ada di sekitar hutan.
“Upaya mitigasi kebakaran hutan bisa dilakukan dengan menjalin hubungan antar pemerintah, pemangku kawasan dan pemerintahan terbawah setingkat desa serta masyarakat sekitar hutan,” katanya.
Ebit mengingatkan, kebakaran hutan memiliki dampak serius terhadap keseimbangan ekologis, baik dalam skala lokal maupun global.
Baca juga: Selain Kebakaran Hutan, Kediri Juga Dilanda Kekurangan Air Bersih
Karenanya, perlu diwaspadai dampak lanjutan pasca-kemarau dan dampak perluasan kawasan pertanian pasca-kebakaran.
“Pemerintah daerah harus turun ke lapangan melihat langsung dampaknya dan harus meningkatkan status darurat kebakaran hutan di Garut, agar semua pihak siaga,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.