Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Ibis Sendok Raja, "Paruh Platypus" yang Tak Terlacak Asal Usulnya

Kompas.com - 24/10/2019, 18:26 WIB
Rosyid A Azhar ,
Khairina

Tim Redaksi

Ferry Hasudungan menjelaskan, informasi yang pernah diterima sebelumnya mencatat ibis-sendok raja pernah tercatat di Pulau Dua, Banten atau Jawa bagian barat.

“Namun,sudah lama tidak terlaporkan perjumpaannya di bagian barat Jawa,” ujar Ferry Hasudungan.

Keterangan Ferry Hasudungan ini kemungkinan terkait dengan laporan A Hoogerwerf di tahun 1950-an.

Perjumpaan ibis-sendok raja dialami oleh Zulfikar Abdullah, seorang birdwatcher yang sedang melakukan birdbanding di beberapa pulau di Papua. Ia menjumpai 1 ekor ibis-sendok raja yang terlihat mencolok dari kerumunan beberapa ekor burung.

Di Indonesia, keberadaan ibis-sendok raja ini masih sulit dicari catatan keberadaannya. Kondisi ini seakan menjadi misteri burung yang memiliki paruh menyerupai sendok ini.

Kehadiran 3 ekor ibis-sendok raja di Danau Limboto, Gorontalo memberi harapan baru para pengamat burung di Indonesia untuk lebih mengenalnya.

Hingga Rabu (23/10/2019) pagi 3 ekor ibis-sendok raja  masih terlihat mencari makan di tepi Danau Limboto, namun bergeser beberapa ratus meter meter dari tempat awal diketahui dalam kawasan yang sama, berlumpur dengan air tergenang rendah.

Burung jenis lain terlihat mencari bersamanya, kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul besar (Ardea alba), trinil kaki hijau (Tringa nebularia), trinil semak (Tringa glareola), blekok sawah (Ardea speciosa) dan dara laut kumis (Chlidonias hybrid).

Meski terlihat asyik mencari makan, saat didekati pada radius tertentu, ketiganya terlihat terganggu.

Ketiganya mendongakkan kepalanya memperhatikan kehadiran manusia yang mencoba mendekat.

Dengan cepat ketiganya menjauh dengan tetap mencocor lumpur lembut yang dilaluinya.

“Pagi ini kami berhasil motret ketiganya saat mencari makan, ini peristiwa yang penting karena baru kali ini kami melihat burung dengan bentuk paruh yang menyerupai paruh bebek namun panjang,” ujar Ruri Irawan, warga Kota Gorontalo.

Awalnya, Ruri Irawan mengendap-endap di balik alat berat yang berada di tengah danau.

Alat berat ini sebelumnya digunakan untuk mengeruk lumpur hingga ke tengah danau dengan menggunakan ponton.

Di balik ponton yang menjadi tumpuan gerak inilah ia membidikkan beberapa kali ke arah ketiga satwa misterius ini.

Para pengamat burung yang berusaha mengabadikan ibis-sendok raja juga harus hati-hati dalam melangkah. Selain jangan menganggu satwa unik ini, kondisi lumpur yang mengering juga bisa menjebak.

Rekahan lumpur yang mengering seakan kuat untuk dipijak, namun di balik keringnya tanah pijakan ini berisiko amblas ke dalam.

Ini yang bisa menggagalkan pengamatan burung (birdwatching) di kawasan ini.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com