Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Doni Jualan Mi Setan, dari Penghasilan Rp 10.000 Jadi Rp 10 Juta Per Hari

Kompas.com - 07/10/2019, 06:59 WIB
Reni Susanti,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Doni Nugraha (26) terlihat sibuk. Kedua tangannya menyiapkan mangkuk, kemudian memasukkan mi yang telah direbus.

Di sampingnya, terdapat 27 pekerja yang juga sama sibuknya. Mereka menghadapi 100-an pengunjung yang antre memesan Mie Setan Cijerah miliknya di pelataran Kedai 31, Blok 1 Gang Silih Asih, Cijerah, Cimahi, belum lama ini.

Pada hari itu, ia membagi-bagikan mi goreng gratis kepada para pelanggannya, kemudian mengirim mi ke panti asuhan, dalam rangka memperingati HUT ke-1 usahanya.

Mi gratis ludes dalam hitungan menit. Setelah itu, ia memberikan diskon. Hasilnya, pelanggan membludak.

“Ini sebagai bentuk syukur saya, enggak nyangka bisa seperti ini. Padahal dulu saat memutuskan dagang mi, orangtua dan istri sempat marah,” ujar Doni kepada Kompas.com, belum lama ini.

Baca juga: Kisah Pengungsi Gempa Ambon, Takut Kembali ke Rumah hingga Tinggal Terpencar di Gunung

Kini, semua keluarga mendukungnya. Omzet usahanya pun tidak main-main, berkisar Rp 6 juta hingga Rp 10 juta per hari.

Tak lulus SMK

Namun, omzet itu tak diperolehnya dengan mudah. Doni menghadapi banyak kegetiran dan berjuang keras untuk mendapatkannya.

Dimulai saat ia tidak menyelesaikan sekolahnya di SMKN 10 Bandung. Saat itu ia memilih keluar karena merasa tidak kuat.

Rupanya, keluar dari SMK tidak membuatnya gampang diterima sekolah lain. Berkali-kali ia ditolak saat memutuskan melanjutkan sekolah. Hingga akhirnya ia mengikuti ujian paket C.

Lulus paket C, ia membantu usaha orangtuanya sebagai distributor oleh-oleh Bandung. Beberapa tahun kemudian, usaha orangtua bangkrut, berbarengan dengan meninggalnya sang ibu.

Ia kemudian bekerja di perusahaan legulator gas dengan gaji Rp 15 juta. Namun karena jiwa bisnisnya sudah terbangun sejak kecil, ia merasa tidak betah jadi karyawan.

Doni memutuskan untuk berhenti kerja dan ditentang oleh keluarganya. Apalagi saat itu, Doni menjadi tulang punggung keluarga. Ia harus menghidupi enam orang, yakni orangtua, istri, dan adik-adiknya.

Dengan uang Rp 500.000, ia kemudian membuka bisnis mi setan di atas gerobak tak jauh dari rumahnya. Dibantu satu orang pegawai, sehari ia hanya bisa menjual 10 porsi.

“Bawa uang ke rumah Rp 10.000 per hari,” ucap Doni.

Melihat itu, keluarganya terguncang. Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, ia menguras tabungan, meminjam ke mertua, hingga terjebak pinjaman rentenir.

Meski demikian ia tetap bertahan. Doni terus berinovasi mengembangkan produk, pemasaran, dan lainnya.

Hingga akhirnya ia bisa endorse, jualan online, hingga bekerja sama dengan Go Food dan Grab Food.

Setelah lima bulan babak belur, ia mulai bisa bangkit. Perlahan namun pasti, usahanya membuahkan hasil.

Satu per satu pesanan datang. Tak hanya dari daerah Cijerah, luar Kota Cimahi pun memesan mie setan buatannya.

“Pernah rekor antrean sampai 2,5 jam. Pemesanan sehari sekitar 500-600 porsi,” ucap dia.

Karena kewalahan dengan pesanan yang datang dari Cimahi, Bandung, dan sekitarnya, ia membuka franchise.

Saat ini sudah ada tiga tempat yang menjual mi setan yakni Geger Kalong, M Ramdan, dan Kopo Sayati.

Baca juga: Kisah di Balik Ibu Hamil yang Melahirkan di Tepi Jalan Rusak, Dibantu Warga hingga Ditandu dengan Kain Sarung

Permintaan franchise pun terus berdatangan. Tak hanya dari Bandung dan sekitarnya. Luar Jabar seperti Jakarta hingga Banyuwangi pun mengajukan franchise.

Namun untuk saat ini, ia akan lebih fokus ke daerah terdekat dahulu.

Mi setan

Sesuai namanya, mie setan disajikan pedas dengan pilihan tingkat kepedasan. Ada banyak menu yang ditawarkan, di antaranya mie original terdiri dari mie, telur, dan pangsit.

Kemudian terdapat menu kornet, keju parut, korju, mozarella yang dibakar, mozanet, telur asin, baso, ceker, dan kikil.

Keunggulan dari mi setan buatan Doni adalah sepedas apapun tidak terasa pahit. Hal itu karena cabai yang digunakan terjamin kesegarannya.

“Saya belanja satu hari satu kali, tidak pernah distok. Kebutuhan cabai 5-10 kg per hari per toko. Cabai itu kemudian direbus dan diolah secara khusus,” ujar dia.

Untuk menjaga rasa, cabai sisa tidak bisa digunakan. Meskipun baunya tidak berubah, tapi tingkat kepedasannya menurun.

Ia pun menjaga kualitas. Jadi meski harga cabai pernah menembus Rp 100.000 per kg, ia tidak mengurangi jumlah atau menaikkan harga.

Untuk harga, Doni menjual mi nya seharga Rp 13.500-21.000 per porsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com