Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal dari Kaki Lima, Waroeng Spesial Sambal Tebarkan Pedas hingga Luar Negeri

Kompas.com - 04/10/2019, 11:57 WIB
Wijaya Kusuma,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Yogyakarta, atau orang yang pernah kuliah dan tinggal di Kota Pelajar, tentu familiar dengan rumah makan Waroeng Spesial Sambal (SS).

Rumah makan yang menyuguhkan sambal sebagai bintang utamanya ini, memang cukup melegenda di Yogyakarta.

Rumah makan dengan varian sambal sangat banyak ini, muncul pertama kali dengan konsep warung tenda kaki lima di trotoar Jalan Kaliurang Km 3, Sinduadi, Mlati, Sleman atau sebelah Barat Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada (UGM).

Di awal kehadiranya, Waroeng SS langsung mampu merebut hati masyarakat Yogyakarta.

Pemilik Waroeng SS, Yoyok Hery Wahyono menceritakan, awalnya tidak mempunyai rencana untuk berbisnis kuliner.

Baca juga: Beda! Makan Soto Ikan di Pantai Kukup Yogyakarta

 

Namun, jalan hidup berkata lain, Yoyok yang saat itu kuliah di jurusan teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada (UGM), tak kunjung menyelesaikan kuliahnya sampai dengan menjelang batas akhir masa studinya.

"Tahun 2002 itu saya masih mahasiswa, padahal saya masuk kuliah itu 1992. Jadi, itu tahun ke 10, masa-masa menjelang akhir batas waktu (studi), tapi akhirnya saya tidak bisa lulus," ujar Yoyok Hery Wahyono, saat ditemui dikediamanya, Rabu (4/9/2019).

Yoyok pun harus memutar otak agar bisa bertahan hidup di Yogyakarta. Sebab, ia terlahir bukan dari keluarga yang berada.

Ibunya berprofesi sebagai guru sekolah dasar (SD) dan ayahnya sudah meninggal dunia saat Yoyok kelas 1 SMP. Sehingga, mau tidak mau, ia harus bisa mencari pendapatan sendiri.

"Saya sempat jalanin event organizer, waktu kuliah juga menjadi tentor di lembaga bimbingan belajar," ungkap dia.

Terjun ke kuliner

Tahun 2002, Yoyok mencoba peruntungan lain, dengan mencoba merintis usaha kuliner. Pilihan membuka usaha kuliner ini karena memang dirinya mempunyai hobi memasak.

Tak ingin sama dengan lainya, Yoyok mencoba trobosan baru dengan memilih sambal sebagai primadona kuliner warungnya. Pilihan tersebut berdasarkan pengalaman pribadinya sebagai penyuka sambal.

"Saya kan senang sambal, makan kalau tidak pakai sambal tidak bisa. Waktu kos di sini, kalau tidak masak, beli makan di luar tapi dibawa pulang, lalu di kos saya bikin sambal," tutur dia.

Selain itu, Yoyok dan teman-teman kos, maupun teman kuliah yang menyukai sambal mempunyai keluhan yang sama.

Mereka kesulitan menemukan warung yang menyajikan sambal pedas. Sebab, sambal di Yogyakarta lebih cenderung manis dan tidak pedas.

Karenanya, Yoyok memilih untuk membuat sambel sendiri di kos. Setiap kali Yoyok membuat sambal, teman-teman yang main ke kosnya selalu menunggu.

Mereka memuji rasa pedas dan kenikmatan sambal buatan Yoyok.

"Teman saya ya ada 11-an orang lah, ketika saya nyambel mereka menunggu. Mereka bilang sambal mu enak, pedas," tutur dia.

Selain itu, Yoyok juga mengamati warung pecel lele di sekitar UGM. Dari beberapa warung pecel lele, ada satu yang cukup ramai.

"Ada satu yang laris, kalau Saya perhatikan itu karena sambalnya paling enak bukan karena lelenya paling enak. Saya berpikir kalau ini dicoba, ternyata sambal itu berpengaruh besar terhadap orang memilih tempat makan," beber dia.

Dari situ Yoyok berpikir bahwa ketika membuka usaha kuliner dengan menyajikan sambal yang pedas ada harapan dan peluang.

Terlebih, ia menginginkan membuka kuliner yang belum pernah ada di Yogyakarta.

"Saya berpikir kalau membuka warung, ingin yang konsep baru atau pioner. Harapanya, kalau pioner dan diterima masyarakat, akan cepat berkembang, tapi kalau ditolak ya cepat juga matinya," ungkap dia.

Bermodalkan uang Rp 9 juta, Yoyok lantas membuka warung yang ia beri nama "Waroeng Spesial Sambal".

Modal itu berasal dari uang tabunganya Rp 3 juta. Sisanya Rp 6 juta, meminjam uang dari adik sepupunya di Solo, Jawa Tengah, yang sudah bekerja.

Baca juga: #GejayanMemanggil, Ribuan Mahasiswa Unjuk Rasa di Yogyakarta

Pada bulan Agustus 2002, Yoyok membuka Waroeng Spesial Sambal dengan konsep tenda kaki lima di trotoar sisi Timur Jalan Kaliurang Km 3 atau tepatnya sebelah barat Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM).

Waroeng Spesial Sambal ini buka dari pukul 17.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB.

Pertama kali, Yoyok dibantu oleh enam orang. Salah satu yang membantunya di awal membuka Waroeng Spesial Sambal adalah adiknya yang waktu itu kuliah di Perternakan UGM.

Sejak pertama buka, Waroeng Spesial Sambal mendapat respons positif. Setiap hari, pembeli yang datang ke Waroeng Spesial Sambal selalu bertambah dan semakin ramai.

Waroeng spesial sambal di sebelah barat Grha Sabha, UGMKOMPAS.com/WIJAYA KUSUMA Waroeng spesial sambal di sebelah barat Grha Sabha, UGM

"Ya Alhamdulilah langsung kelihatan, konsep rumah makan sambal diterima, itu enggak lama saya yakin diterima, sebulan dua bulan. Menandainya itu pembeli balik lagi, banyak yang balik lagi," kata dia.

Meski ramai, Yoyok mengaku secara hitungan bisnis saat itu masih rugi. Sebab, dirinya belum memiliki pengalaman berjualan. Sehingga belum optimal dalam mengatur produksi.

Sementara, sebagai warung kaki lima, menu Waroeng Spesial Sambal terhitung cukup banyak dan otomatis memerlukan biaya tinggi.

"Ya kurang lebih 1,5 tahun lah, kita itu laris tetapi rugi, ya tetap ada untung, tetapi saya tidak gajian," urai dia.

Rugi secara bisnis, tak lantas Yoyok berdiam diri. Pria kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, ini belajar efisinsi untuk meningkatkan pendapatan.

Ia mencari tempat belanja yang lebih murah, tetapi tetap berkualitas. Dari situlah keuntungan Waroeng Spesial Sambal mulai perlahan-lahan meningkat.

Yoyok melihat ada peluang untuk "menebar pedas" dengan membuka cabang. Melihat perkembangan warungnya yang semakin ramai, Yoyok lantas membuka cabang di Daerah Condongcatur, Depok, Sleman.

"Saya buka cabang karena ada banyak permintaan dari pelanggan. Mereka minta buka cabang di Condongcatur, ya kebetulan di sana kan juga banyak kampus," kata Yoyok.

Seiring berjalanya waktu, Waroeng SS semakin berkembang. Tak hanya di Yogyakarta, kini cabang Waroeng SS tersebar di Pulau Jawa dan Bali.

Bahkan, Waroeng Spesial Sambal juga sudah go internasional dengan "menebar pedas" di Kuala Lumpur, Malaysia. Waroeng Spesial Sambal buka di Kuala Lumpur Malaysia mulai 26 Januari 2019.

"Sekarang sudah 93 cabang di Jawa dan Bali. Kami juga buka satu di Kuala Lumpur," urai dia.

Bidik mahasiswa sebagai pembeli

Karena dekat dengan Kampus UGM, 'Waroeng Spesial Sambal' menjadi tujuan para mahasiswa untuk makan.

"Di situ itu dari dulu jadi tujuan mahasiswa untuk makan. Jadi ya, salah satu faktor kenapa SS selalu ramai dari awal, ya karena kita diuntungkan dengan lokasi yang tepat," ujar dia.

Meski hanya di trotoar, Yoyok tetap mempunyai konsep dalam warung tendanya. Ia ingin warung tendanya memiliki kekhasan tersendiri.

Sehingga tidak sama dengan warungnya kali lima yang lain.

Waroeng Spesial Sambal di Jalan Kaliurang Km 3, memang tampak berbeda dengan lainya. Tenda yang digunakan didesain hingga terlihat elegan dan menarik.

Warna merah mendominasi warung, seirama dengan sajian sambal yang menjadi primadona Waroeng Spesial Sambal.

Di bagian dalam, terdapat meja dari kayu berbentuk kotak dan bulat. Setiap meja terdapat dua kursi berhadapan.

Beberapa bingkai kayu yang terpasang di pagar, menghiasi warung ini. Di dalam bingkai kayu tersebut terdapat kata-kata mutiara.

Bagi yang tidak ingin duduk di kursi, pembeli bisa menikmati hidangan dengan lesehan khas Yogyakarta. Lokasi lesehan ada dua pilihan, di dalam tenda dan di luar tenda.

Pilihan membuka warung di dekat Kampus UGM, karena memang membidik segmen mahasiswa sebagai konsumen.

Karenanya, Yoyok mematok harga menu diwarungnya cukup murah. Harga tersebut disesuaikan dengan kantong mahasiswa.

Harga menu Waroeng SS pada tahun 2002, sambel Rp 1.000 hingga Rp 1.500. Nasi Rp 2.000, Ayam Rp 4.000, Sayur Rp 1.000 hingga Rp 1.500, Tempe Rp 1.500 dan teh Rp 1.500

"Saya waktu itu memang pengen harganya di bawah rata-rata, jadi saya mematok harga di bawah mereka (warung lainya). Kalau segmen saya mahasiswa, salah satu yang membuat mereka terus jadi pelanggan ya harga," ungkap dia.

Selain harga yang murah, Yoyok juga mempunyai trik untuk menarik mahasiswa agar menjadi pelanggan di Waroeng SS. Trik tersebut, membebaskan setiap konsumen untuk mengambil nasi bahkan nambah.

"Yang menarik itu dulu, nasi bebas. Bayarnya sekali, mau nambah nasi lagi bebas itu yang saya jadikan daya tarik bagi mahasiswa," kata dia.

Awal-awal buka, untuk promosi dan agar terlihat ramai, Yoyok meminta teman-teman kuliahnya di Teknik Kimia UGM untuk datang ke warungnya. Caranya waktu itu, Yoyok mengirimkan SMS keberapa temanya kuliah.

Baca juga: Sambal Sagela Kesukaan BJ Habibie, Apa Bedanya dengan Sambal Roa?

Seiring berjalanya waktu, Waroeng Spesial Sambal semakin dikenal. Harganya yang murah, lokasi yang strategis, varian sambal yang banyak dan bebas untuk nambah nasi, membuat Waroeng SS tak butuh waktu lama merebut hati mahasiswa di Yogyakarta.

Bahkan, Waroeng Spesial Sambal menjadi idola baru bagi para mahasiswa tidak hanya UGM, namun mahasiswa lain di Yogyakarta.

Kenangan Waroeng SS 

Waroeng spesial sambal di sebelah barat Grha Sabha, UGMKOMPAS.com/WIJAYA KUSUMA Waroeng spesial sambal di sebelah barat Grha Sabha, UGM

Waroeng Spesial Sambal di jalan Kaliurang Km 3 tepatnya sebalah Barat Grha sabha Pramana sampai saat ini masih tetap dipertahankan oleh Yoyok.

Sebagai cikal bakal Waroeng SS, warung tenda di trotar Jalan Kaliurang Km 3 memiliki nilai sejarah baik bagi Yoyok maupun para pelanggan, terutama genarasi muda tahun 2000-an waktu itu.

"Memang kita pertahankan seperti itu. Meja, kursi, lesehan, tenda dari dulu ya seperti itu, yang berubah dapurnya karena alatnya kita tingkatkan," ujar dia.

Sering para mahasiswa yang sudah lulus, menyempatkan diri untuk datang ke Yogyakarta.

Mereka datang untuk makan di Waroeng Spesial Sambal. Sebab, selain memiliki kenangan, mereka rindu akan pedasnya sambal di Waroeng SS.

Yoyok menceritakan, pernah ada alumni UGM yang tinggal di Pakanbaru yang menghubunginya.

Alumni ini dulu sewaktu masih mahasiswa, sering makan di Waroeng Spesial Sambal.

Ia memesan beberapa menu dan meminta agar dikirimkan ke Pekanbaru.

"Jadi sedang ngidam, dia di Pekanbaru dulu mahasiswa di sini (UGM) lalu pesan dan minta dikirim. Kita kirim mentah yang belum digoreng, karena kalau matang sampai sana kan sudah tidak enak, tapi kita beritahu nanti di begini, beginikan," beber dia.

Bahkan, ada juga pelanggan yang cerita jadian di Waroeng Spesial Sambal. Sehingga, setiap malam minggu bersama pacarnya makan di warung ini.

Karena mempunyai kenangan, keduanya setiap malam minggu mengenang momen indah tersebut dengan makan berdua di Waroeng Spesial Sambal.

"Kita kan ada hotline, jadi mereka cerita di situ," tutur dia.

Tak hanya itu, ada juga warga negara Malaysia yang dulu kuliah di UGM. Selama kuliah di UGM, ia menjadi pelanggan Waroeng Spasial Sambal.

Baca juga: Tinjau Bandara Internasional Yogyakarta, Jokowi Harap Wisman Meningkat

 

Setelah di wisuda, Ia pulang ke Malaysia. Suatu saat, alumni UGM tersebut kangen dengan Waroeng Spesial Sambal.

Ia sengaja datang ke Yogyakarta. Ia lantas bersama suaminya khusus mengambil cuti untuk ke Yogyakarta.

Selama satu minggu di Yogyakarta itu, alumni UGM bersama suaminya tersebut setiap hari makan di Waroeng Spesial Sambal.

"Banyak yang datang ke SS itu karena dulu ada kenangan. Ya walaupun tidak harus ke Yogya, tetapi ke cabang yang ada di daerahnya, biasanya mereka tanya ke hotline atau media sosial kita dulu," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com