Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abrasi Ancam Jalan Nasional di Pesisir Pantai Pangandaran

Kompas.com - 13/09/2019, 15:46 WIB
Candra Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PANGANDARAN, KOMPAS.com - Jalan nasional penghubung Kabupaten Pangandaran-Tasikmalaya tepatnya di Desa Ciparanti, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, terancam putus. Penyebabnya, jalan ini berada di pinggir pantai yang terkena abrasi air laut.

Jarak bibir pantai ke jalan nasional itu hanya 20 meter.

"Ternyata abrasinya sudah sangat memprihatinkan," jelas Wakil Gubernur Jawa Barat, UU Ruzhanul Ulum saat meninjau lokasi abrasi, Jumat (13/9/2019).

Menurut dia, perlu segera ada tindakan agar abrasi tidak merusak jalan. Kalau dibiarkan, kata Uu, jalan akan terputus.

"Soalnya ini jalan utama. Sedikit lagi sampai ke jalan. Itu berbahaya," ucapnya.

Baca juga: Miris! Rusa di Pantai Pangandaran Mengais Makanan di Bekas Sampah

Penanganan abrasi ini, lanjut Uu, harus dengan teknologi canggih. Kalau ditangani biasa saja, manfaatnya tidak akan lama.

"Teknologi penahan abrasi juga harus dilihat dulu. Harus dikaji. Tidak bisa langsung ditentukan sekarang," jelas dia.

Uu berharap, pembangunan alat penahan abrasi selesai tahun depan. "Tahun ini kita usahakan DED (detail enggineering design) selesai," harapnya.

Kabid Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Jawa Barat, Indra Sofyan menjelaskan, abrasi adalah terkikisnya suatu materi karena kekuatan air, atau ombak.

Dia menyebutkan, abrasi terjadi di sejumlah titik di pinggir jalan nasional di Desa Ciparanti.

"Titik abrasi di sepanjang 2 kilometer," ucapnya saat mendampingi wakil gubernur Jawa Barat.

Diakuinya, abrasi sudah mendekati jalan. Jika tidak diselesaikan, jalan nasional akan terkena abrasi.

Cara penyelesaiannya, jelas dia, dari sisi kewenangan mulai mulut laut sampai 100 meter ke darat merupakan kewenangan PSDA Provinsi Jawa Barat. Sedangkan sempadan jalan kewenangannya ada di Kementerian Pekerjaan Umum.

"Selesaikan dulu penyebabnya apa, yaitu air laut, ombak. Dalam hal ini PSDA provinsi harus menyelesaikan dahulu dengan pemecah ombak, breakwater," jelas Indra.

Pemecah ombak berguna untuk mengurangi kencangnya ombak. Upaya seperti ini sudah dilakukan di pantai barat Pangandaran.

"Namun sekarang belum ada kajian. Mudah-mudahan DED bisa dianggarkan tabun ini. Tahun 2020 kita akan bahas dengan anggota dewan mudah-mudahan bisa dianggarkan," kata Indra.

Abrasi ini semakin parah sejak empat tahun terakhir. Bahkan air laut sempat naik ke jalan saat kondisi pasang.

"Tadinya air laut masih jauh dari jalan. Tapi di titik itu cukup tinggi abrasinya," jelas Indra.

Baca juga: Revitalisasi Pangandaran, Bupati Jeje Bilang Ingin Beda dengan Bali

Salah seorang warga Pangandaran, Ranta (55) menjelaskan, air sempat menggenangi jalan pada 25 Juli 2018. Saat itu, kondisi air laut sedang pasang.

"Ada beberapa warung yang rusak saat itu," ujarnya.

Menurut dia, air pasang hingga ke jalan terjadi setiap tahun. Kejadian yang terbesar terjadi pada Juli 2018.

"Khawatir merusak badan jalan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com