Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Pesawat N250 Rancangan BJ Habibie, Proyek Terhenti karena Krisis Moneter dan Terjegal IMF

Kompas.com - 13/09/2019, 06:23 WIB
Rachmawati

Editor

3. Tidak memiliki izin terbang

Sejak proyek dihentikan pada tahun 1998, pesawat N250 tidak lagi diterbangkan. Hingga sekarang mesin pesawat juga tidak pernah dihidupkan dan telah mati.

Selain itu, ada faktor lain yang tidak memungkinkan untuk menerbangkan N250 yakni terkait izin terbang.

"Waktu dihentikan memang N250 sudah terbukti bisa terbang. Tapi itu belum cukup, ada sertifikasi lain yang harus dipenuhi sehingga menyisakan beberapa hal, salah satunya uji terbang," tuturnya.

Walupun hanya disimpan di dalam hanggar, pesawat pertama yang diuji coba terbangkan pada tahun 1995 tersebut masih bersih dan terawat.

"Tidak bisa terbang sejak 1998 karena memang tidak pernah dinyalain mesinnya. Kalau gambar wayang Gatotkoco masih asli. Bodinya pernah kita cat ulang satu kali," jelas Irlan.

Baca juga: Pesawat N250 Gatotkoco Karya BJ Habibie, Riwayatmu Kini...

 

4. Masuk Museum Dirgantara Mandala

PT Dirgantara Indonesia (DI) berencana untuk mengembalikan pesawat berjuluk Gatotkoco tersebut ke Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan.

Hal itu dilakukan karena pembuatan pesawat tersebut dibiayai oleh negara sehingga menjadi aset Indonesia.

Pesawat N250 yang dulu pernah melakukan terbang perdana pada 10 Agustus 1998 akan segera dikirimkan ke Museum Dirgantara Mandala.

Sisanya akan dikirim ke Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

"Sudah ada Pembicaraan dengan TNI AU. Secepatnya kalau selesai prosesnya kita serahkan ke museum. Yang dikirim ke Yogyakarta akan kita bongkar sayapnya karena tidak mungkin diterbangkan," tuturnya.

Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal N250 Gatot Kaca, Pesawat Pertama Indonesia Karya Habibie

Irlan berharap, dengan dimasukkannya N250 ke museum, nama BJ Habibie bisa dikenang dan diingat oleh masyarakat.

"N250 harus jadi wadah mengenang jasa beliau sebagai tokoh dirgantara Indonesia," katanya.

SUMBER KOMPAS.com (Putra Prima Perdana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com