Alfonsu dan para petani Desa Done dan Desa Reroja berharap pertengahan September hujan bisa turun. Paling tidak untuk menghidupkan sedikit padi dan jagung yang belum mati.
Seorang petani lain, Yohanes mengungkapkan kekecewaanya terhadap pemerintah yang bersikap apatis dengan kondisi bendungan yang sudah lama rusak.
"Sudah 10 tahun bendungan ini rusak, sampai hari ini belum ada perbaikan. Ada pegawai yang datang foto-foto bendungan, tetapi sampai sekarang tidak ada tindak lanjutnya. Tidak tahu kenapa. Mungkin ini bendungan tidak bertuan," ungkap Yohanes.
Ia mengaku sudah sangat sengsara disebabkan bendungan bocor karena berlubang.
"Setiap hari ini kita isap air yang bocor dari bendungan pakai mesin pengisap. Demi hidup, kami harus melakukan segala cara untuk mengairi tanaman yang sudah ditanam," ungkapnya.
"Harapannya setelah ini dimuat di media massa pemerintah bisa buka mata dan perbaiki bendungan yang rusak ini. Itu saja harapan kami, tidak minta yang lain," tambahnya.
Pantauan Kompas.com, tanaman padi, jagung, dan kacang di sawah milik petani Desa Done dan Reroroja sudah mulai mengering. Saluran irigasi tampak kering.
Baca juga: Kekeringan di Banyumas Meluas, Persediaan Bantuan Air Bersih Menipis
Di lokasi persawahan terdengar bunyi mesin pegisap air kali. Hanya dengan cara itu, para petani bisa menyelamatkan tanaman mereka. Itu pun berlaku bagi petani yang mampu.
Para petani yang tidak bermodal sudah menyerah dengan keadaan alam. Jagung dan padi dibiarkan karena sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.