Salin Artikel

Kemarau Panjang Membuat Petani Menyerah, Pemerintah Diminta Buka Mata

Kondisi itu dialami para petani di Desa Done dan Desa Reroroja Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, NTT.

Padi, jagung, dan kacang yang ditanam tiga bulan sebelumnya sudah mulai layu karena ketiadaan air. Hampir seluruh petak sawah sudah mengering, tanah sudah mulai retak-retak.

"Jagung dan padi kami sudah mulai layu ini, sudah tidak ada air yang masuk ke sawah. Ini sudah tiga bulan air tidak ada. Saya dan kawan-kawan ini dari tadi pagi antre air, sudah lima jam satu petak belum terisi air, air sangat kecil. Tahun ini kami petani di sini terancam gagal panen," ungkap Alfonsus Todang, salah seorang petani Desa Done kepada Kompas.com, Selasa (10/9/2019).

Ia menuturkan, musim kering tahun 2019 termasuk paling parah dari tahun-tahun sebelumnya.

Mulai Maret hingga saat ini tidak pernah turun hujan. Hingga bendungan besar di kali mengering.

Airnya ada tetapi sangat sedikit, sehingga tidak bisa dialirkan ke saluran irigasi menuju ratusan hektar sawah. Belum lagi kondisi bendungan yang sudah rusak.

Ia menyebut, sudah banyak para petani yang menyerah karena kekeringan. Jagung, padi, dan kacang ada yang sudah dilepas. Daun-daunnya sudah layu dan mengering.

"Ada yang sudah lepas, mereka sudah pasrah. Ada juga yang masih bertahan dengan cara antre air setiap siang dan malam hari. Ada juga yang pakai mesin pompa ambil air dari sumur untuk siram jagung dan kacang," ujar Alfonsus.


Alfonsu dan para petani Desa Done dan Desa Reroja berharap pertengahan September hujan bisa turun. Paling tidak untuk menghidupkan sedikit padi dan jagung yang belum mati.

Seorang petani lain, Yohanes mengungkapkan kekecewaanya terhadap pemerintah yang bersikap apatis dengan kondisi bendungan yang sudah lama rusak.

"Sudah 10 tahun bendungan ini rusak, sampai hari ini belum ada perbaikan. Ada pegawai yang datang foto-foto bendungan, tetapi sampai sekarang tidak ada tindak lanjutnya. Tidak tahu kenapa. Mungkin ini bendungan tidak bertuan," ungkap Yohanes.

Ia mengaku sudah sangat sengsara disebabkan bendungan bocor karena berlubang.

"Setiap hari ini kita isap air yang bocor dari bendungan pakai mesin pengisap. Demi hidup, kami harus melakukan segala cara untuk mengairi tanaman yang sudah ditanam," ungkapnya.

"Harapannya setelah ini dimuat di media massa pemerintah bisa buka mata dan perbaiki bendungan yang rusak ini. Itu saja harapan kami, tidak minta yang lain," tambahnya.

Pantauan Kompas.com, tanaman padi, jagung, dan kacang di sawah milik petani Desa Done dan Reroroja sudah mulai mengering. Saluran irigasi tampak kering.

Di lokasi persawahan terdengar bunyi mesin pegisap air kali. Hanya dengan cara itu, para petani bisa menyelamatkan tanaman mereka. Itu pun berlaku bagi petani yang mampu.

Para petani yang tidak bermodal sudah menyerah dengan keadaan alam. Jagung dan padi dibiarkan karena sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup.

https://regional.kompas.com/read/2019/09/11/10140681/kemarau-panjang-membuat-petani-menyerah-pemerintah-diminta-buka-mata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke