Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk, Main ke Kansas UI, Rp 10.000 Bisa Makan Kenyang

Kompas.com - 08/09/2019, 07:36 WIB
Afdhalul Ikhsan,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Berkali-kali mengalami perubahan, Kantin Sastra atau yang biasa dikenal dengan sebutan Kansas masih tetap eksis di Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.

Bagi mahasiswa UI khususnya, kantin tak melulu urusan perut. Kantin bisa menjadi tempat menemukan inspirasi.

Terutama bagi mahasiswa Fakultas Sastra kala itu, sejak itu pula tercetuslah nama Kansas.

Seiring berjalannya waktu, nama Kansas berubah menjadi Kantin Budaya, menyesuaikan dengan perubahan nama fakultasnya, yakni Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Kantin Budaya diresmikan tahun 2002.

Baca juga: Cerita Kantin Mbok Jum di Kampus UNS, Tempat Nembak Pacar hingga Balas Budi Mahasiswa

Merasa tak cocok, mahasiswa UI pun mencari nama baru yakni Kantin Kerucut (Kancut), terinsipirasi dari atapnya berbentuk kerucut yang terbuat dari anyaman daun rumbia.

Namun, akronim Kancut nyatanya tak enak didengar dan kurang sopan saat diucapkan.

Sampai pada tahun 2012 dilakukan renovasi besar-besaran lantaran kondisi di lingkungan kantin dirasa tidak layak, kumuh dan kotor.

"Sejak mulai dagang tahun 1997 kantin masih di atas sana lalu pindah ke sini 2002 terus direnovasi 2012. Dari dulu memang dikenal nama Kansas dan terjadi beberapa kali perubahan nama seperti Kantin Budaya FIB," kata salah satu pedagang di Kansas, Pak De Siran.

Hingga di awal tahun 2019, kantin tersebut resmi dibuka dengan membawa perubahan baru yang lebih modern, rapi dan bersih.

Arsitektur gaya kerucut tetap dipertahankan dengan inovasi baru yaitu atap penyerap panas.

Kemudian untuk kursi dan meja makannya pun ditambah seperti adanya ruang makan untuk dosen dan karyawan.

Setelah makan, mahasiswa maupun dosen wajib mengembalikan piring dan gelas ke troli-troli yang disediakan oleh petugas kantin.

Sementara bagi pedagang diberi tempat yang bersekat-sekat untuk menjaga kebersihan di setiap dapur-dapur mereka. Ada puluhan pedagang yang berjualan termasuk warteg-warteg.

"Lebih bersih aja sekarang daripada yang dulu itu jauh. Kemudian sudah enggak panas lagi ditambah ada budaya bebersih (habis makan beresin piring sendiri)," ucapnya.

Demi kenyamanan dan kemanan pengguna kantin, jam buka tutup pun diberlakukan, mulai dari pagi sampai ba'da isya. Untuk weekend  tutup lebih cepat.

"Dikelola rektorat langsung sehingga bersih. Terus juga diatur semuanya buka tutup jamnya jadi enggak sebebas dulu," ujarnya.

Salah satu penjual mi ayam, Sagi Nugroho (42) mengatakan, terdapat banyak perubahan di Kansas.

Suasana Kantin Sastra atau Kansas di Universitas Indonesia, Depok.KOMPAS.com/AFDHALUL IKHSAN Suasana Kantin Sastra atau Kansas di Universitas Indonesia, Depok.

Seperti interior gedung serta cat berwarna putih dihiasi ornamen yang membuat suasana lebih hidup.

"Saya dari tahun 2000 an (jualan), dari mulai Kansas sekarang jadi kantin budaya, karena dulu namanya fakultas sastra dan sekarang fakultas budaya. Waktu itu masih ikut orang jualan soto, terus tahun 2008 mulai usaha sendiri jual mi ayam. Jadi selama itu terus mengalami perubahan," ungkapnya.

Menurut Nugoroho, dari segi pelayanan, semua pedagang sudah diwajibkan memakai celemek dan sarung tangan.

Baca juga: Kisah Kantin Mem di USU, Murah Meriah dan Tempat Makan Sebelum Demo

Setiap pedagang juga tidak diperbolehkan membawa perabot dapur dari rumah. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas makanan.

"Kami (pedagang) hanya disediakan fasilitas seperti piring dan sendok oleh fakultas. Mungkin sekarang biar rapi jadi kita juga hanya membawa kulkas dan kompor saja ke sini karena piring dan gelas udah disediakan," ucap Nugoroho.

"Jadi warungnya dipetak-petak dan dapurnya ikut misah dengan pedagang lain jadi penyajian makanannya lebih higienis," sambungnya.

Nugroho menyebut, setiap pedagang diwajibkan membayar uang kontrak per semester atau setahun sekali.

Meski begitu, Nugroho tak serta merta menaikkan harga jual makanan bagi mahasiswa.

"Ngontrak di sini per semester bayar dua kali, setahun Rp 13 juta tapi itu pokok belum yang lain lain kayak listrik dan pembersih. Mungkin kalau ditotal sebulan Rp 1,5 juta, cuma kan di sini sering libur, ini aja belum masuk," ujar Nugoroho.

"Harga naik ya wajarlah masih seimbang dengan pedagang di luar sana yang penting terjangkau kantong mahasiswa. Misalnya mi ayam Rp 13.000, kalau pakai bakso Rp 15.000, kalau sebelumnya sekitar Rp 11.000," katanya.

Pedagang lainnya, Entin Suhartini mengatakan, semenjak direnovasi pengunjung Kansas mengalami peningkatan. Begitu juga dengan harga jual makanan turut naik.

"Sebelumnya di parkiran, ketika sudah direnovasi Alhamdulillah meningkat pengunjungnya. Satu kebersihannya, kedua kita harga jualnya pun lebih naik soalnya dari sewa lapak naik ya kita ikut naik," sebut Entin.

Warteg Entin terbilang sudah berdiri cukup lama. Sebelumnya almarhum suaminya yang memasak sekaligus melayani pembeli.

Adapun menu makanan yang cukup banyak dengan cita rasa sunda dan jawa.

Nasi ayam plus sayur Rp 15.000, nasi ikan plus sayur Rp 15.000 dan nasi telur plus sayur Rp 10.000.

"Saya cuma nerusin punya almarhum saja yang sudah berjualan 15 tahun. Harga jual makanan juga naik tetapi masih standarlah. Seperti kalau pakai tiga jenis sayur ya kita kasih harga Rp 10.000," jelasnya.

Terlepas dari apapun namanya, penyebutan Kansas masih tetap jadi andalan para mahasiswa sampai hari ini.

"Kansas yuk," begitulah cara mahasiswa UI mengartikulasikan ajakan ke kantin. Tujuannya agar ringkas dan mudah diingat.

Kantin ini sangat cocok untuk kamu yang suka nongkrong sambil berdiskusi.

Ingat juga, di Kansas sudah ada larangan merokok. Tapi tenang, ada tempat khusus merokok di meja berpayung warna hijau yang ada di bawah pohon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com