Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa Anak Penjual Es Tak Masuk Sekolah karena Seragam Belum Lunas, Ini Penjelasan Sekolah

Kompas.com - 30/08/2019, 14:51 WIB
Ari Widodo,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

DEMAK, KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir viral berita yang menyebut seorang siswa sekolah menengah pertama (SMP) tak masuk sekolah, karena belum melunasi seragam yang dibeli.

Berbagai tanggapan netizen memenuhi kolom komentar di media sosial.

Beberapa media massa sebelumnya juga menulis tentang Rama Hakim Surya Alama (13) yang tidak masuk sekolah di SMP Negeri 2 Mranggen, Demak, Jawa Tengah, karena belum bisa membayar uang seragam sekolah.

Selama tidak masuk sekolah, Rama membantu ayahnya Agung Setyo Hadi (46), yang berprofesi sebagai penjual es dan bakso.

Berita tersebut membuat pihak SMP N 2 Mranggen, Demak, menjadi bulan bulanan netizen maupun masyarakat sekitar.

Ahmad Soleh, Kepala SMP N 2 Mranggen, Demak, merasa akibat pemberitaan tersebut merugikan nama baik sekolah yang dipimpinnya.

“Berita tentang anak yang tidak boleh masuk sekolah karena tidak melunasi seragam itu hanya salah paham. Permasalahan tersebut baru sepihak, belum sampai laporan kepada kepala sekolah,“ ujar Ahmad Sholeh kepada Kompas.com, Jumat (30/8/2019).

Baca juga: Kisah Rumah Baca Bintang, Pelopor Literasi di Desa Terpencil dengan Kondisi Memprihatinkan

Ahmad Sholeh membeberkan kronologi kejadiannya.

Menurut dia, saat pendaftaran, Rama diantar oleh Ayahnya ke sekolah.

Setelah pemberkasan dan lain lain, orangtua Rama mendapat informasi tambahan berupa pengadaan seragam oleh koperasi sekolah.

Tetapi, pengadaan seragam itu tidak mengikat, sebab siswa masih diberi kelonggaran untuk membeli dari luar.

Sedangkan untuk sistem pembayaran, tidak ada paksaan untuk lunas saat itu juga. Pihak koperasi sekolah memberi kesempatan untuk mengangsur.

Untuk mendapatkan satu stel pakaian OSIS, pramuka, batik dan olahraga, siswa dikenakan biaya Rp 950.000.

Agung, Ayah Rama, menyanggupi syarat dan ketentuan yang berlaku. Tetapi, karena kondisi ekonomi yang tidak memadai, Agung baru bisa memberi uang muka sebesar Rp 150.000, dengan janji akan melunasi saat hari pertama masuk sekolah.

Ternyata, hingga hari pertama masuk sekolah pada 15 Juli 2019, Agung belum memiliki uang untuk melunasi seragam, sehingga ia tidak berani mengantar anaknya ke sekolah.

Ahmad mengatakan, dengan kondisi demikian, orangtua Rama tidak mau berkomunikasi juga ke pihak SMP N 2 Mranggen, sehingga terjadi salah paham.

Setelah lebih dari satu bulan, tepatnya pada 20 Agustus 2019, Agung pun mengantar Rama ke sekolah dan ditemui oleh salah satu guru bernama Retno.

Orangtua Rama kemudian disarankan menemui Kepala SMP N 2 Mranggen, karena Rama sudah melewati proses akademik selama sebulan.

Namun, saat itu kepala sekolah sedang ada kegiatan di luar sekolah.

“Sekolahnya tidak pernah membuat kebijakan yang memberatkan anak didik dan wali murid. Iuran dan biaya seragam pun bersifat fleksibel, bisa dibeli tunai, dicicil atau membeli di luar. Bahkan beberapa siswa sudah mendapatkan seragam meski belum lunas," kata Ahmad.

Peristiwa tersebut membuat Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Demak, Eko Pringgolaksito tergerak untuk melakukan mediasi dengan datang ke rumah Rama di Desa Kebonbatur, pada Kamis (29/8/2019).

Eko Pringgolaksito yang datang bersama dengan Ahmad Sholeh pun diterima dengan tangan terbuka oleh keluarga Rama.

Eko mengatakan, Rama wajib mendapatkan program wajib belajar 12 tahun. Ia pun meminta agar Rama segera mengikuti proses akademik.

"Jadi adik Rama boleh melanjutkan sekolah di SMP 2 Mranggen, sekolah tidak pernah melarang, mulai Jumat (20/09/2019) atau Senin bisa langsung masuk sekolah," ujar Eko.

Kehadiran Eko mendapat respons positif dari pihak keluarga Rama. Setelah mendapat penjelasan, Agung mengakui bahwa pemberitaan tentang anaknya memang hanya kesalahpahaman.

Ia juga menyesal dan menyampaikan permohonan maaf jika sudah membuat nama SMPN 2 Mranggen menjadi bahan pembicaraan yang negatif.

Agung mengaku baru bisa datang setelah sebulan, karena baru memiliki sejumlah uang untuk melunasi biaya seragam sekolah.

"Saya sebenarnya bermaksud memenuhi saran bu Retno, tapi ternyata kepala sekolah sedang ada acara di luar sehingga tidak bertemu. Tetapi sekarang saya lega, sebab semua sudah ada kepastian agar anak saya bisa melanjutkan sekolah," kata Agung.

Hari ini, Rama sudah bisa kembali tersenyum ceria dan langsung mengenakan seragam pramuka untuk melakukan aktivitas belajarnya di sekolah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com