Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Polisi yang Dibakar Saat Kawal Demo Meninggal | Penyebab Perkelahian di KM Mina Sejati

Kompas.com - 27/08/2019, 07:05 WIB
Candra Setia Budi

Editor

KOMPAS.com — Ipda Erwin, polisi yang dibakar saat mengamankan aksi mahasiswa yang tergabung dalam OKP Cipayung Plus Cianjur, Kamis, (15/8/2019) meninggal dunia pada Senin (26/8/2019).

Saat itu, pengunjuk rasa memblokade Jalan Siliwangi di depan gerbang kantor Bupati Cianjur. Selain orasi, pengunjuk rasa juga sempat membakar ban.

Ketika petugas berusaha memadamkan ban yang terbakar, tiba-tiba ada seseorang melempar plastik berisi cairan yang diduga bensin.

Api pun membesar dan menyambar beberapa petugas kepolisian, salah satunya Aiptu Erwin. Erwin sempat berlari dalam kondisi terbakar.

Berita meninggalnya polisi dibakar saat kawal demo di cianjur masih menjadi perhatian banyak pembaca.

Sementara itu, berita terungkap, penyebab perkelahian hingga memicu pembunuhan ABK KM Mina Sejati juga menjadi perhatian pembaca.

Teka-teki penyebab perkelahian yang berujung pada aksi pembunuhan anak buah kapal (ABK) di atas KM Mina Sejati di perairan Laut Aru, Maluku akhirnya terungkap.

Penyebab perkelahian yang terjadi di antara sesama ABK hingga berujung aksi pembunuhan sadis itu ternyata hanya dilatarbelakangi oleh masalah sepele.

Kejadian berawal saat salah seorang pelaku pembunuhan Fery Dwi Lesmana dan seorang rekannya sesama ABK sedang memancing cumi.

Berikut ini 5 berita populer nusantara selengkapnya:

1. Polisi yang dibakar saat kawal demo meninggal

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo membenarkan Erwin Yudha Wildani meninggal setelah menjalani perawatan intens di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta.

"Iya betul, meninggal pukul 01.38 WIB," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (26/8/2019).

Dijelaskannya, kondisi Erwin dikabarkan terus menurun sejak Minggu (28/8/2019) karena komplikasi gula darah yang terus naik dan hemoglobin yang menurun.

Erwin mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa, termasuk juga 3 rekannya yang saat ini masih menjalani perawatan.

Kenaikan pangkat berdasarkan pertimbangan bahwa keempatnya telah berdedikasi dan mengbadi kepada masyarakat serta institusi Polri.

Baca juga: Selamat Jalan Ipda Erwin, Polisi yang Dibakar Saat Kawal Demo di Cianjur Meninggal

2. Penyebab pembantaian di KM Mina Sejati

sejumlah  ABK KM Mina Sejati dengan saat dievakuasi dengan menggunakan Speedboat dari KRI Teluk Lada untuk dibawa ke  Pelabuhan Dobo, Kepulauan Aru, Selasa (20/8/2019)KOMPAS.com/RAHMAT RAHMAN PATTY sejumlah ABK KM Mina Sejati dengan saat dievakuasi dengan menggunakan Speedboat dari KRI Teluk Lada untuk dibawa ke Pelabuhan Dobo, Kepulauan Aru, Selasa (20/8/2019)

Kapolres Kepulauan Aru AKBP Adolof Bormasa mengatakan, perkelahian yang memicu terjadinya aksi pembantaian itu berawal saat salah seorang pelaku pembunuhan Fery Dwi Lesmana dan seorang rekannya sesama ABK sedang memancing cumi.

Saat itu, tali senar kedua ABK itu saling kait hingga menyebabkan keduanya terlibat perang mulut dan berujung perkelahian.

“Awal persoalannya semua dari situ,”kata Adolof kepada Kompas.com saat dikonfirmasi via telepon selulernya, Senin (26/8/2019).

Dia mengungkapkan, saat perkelahian itu terjadi ABK lainnya yang juga sedang mancing langsung melerai kedua ABK tersebut.

Saat itulah Wakil Kapten Kapal yang tidak disebutkan identitasnya kemudian memarahi kedua ABK tersebut.

“Kalian berkelahi untuk apa kita di sini mau cari hidup, bukan untuk berkelahi,”kata Adolof meniru ucapan wakil kapten kapal kepada dua ABK tersebut.

Baca juga: Terungkap, Penyebab Perkelahian hingga Memicu Pembunuhan ABK KM Mina Sejati

3. Ridwan Kamil kritik desain ibu kota baru

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat ditemui di Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Senin (26/8/2019).KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat ditemui di Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Senin (26/8/2019).

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendukung rencana pemindahan ibu kota Indonesia ke Panajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Namun, sebagai arsitek ia menyoroti soal desain dan asumsi pembangunan kota baru yang dinilai terlalu boros lahan.

"Kalau sudah jadi pertimbangan pemerintah pusat dan DPR saya kira kita dukung. Cuma sebagai arsitek saya melihat desain dan asumsi kota baru banyak hal-hal kurang tepat. Asumsinya lahannya terlalu luas, 200.000 hektar untuk 1,5 juta penduduk. Menurut saya boros lahannya," kata Emil, sapaan akrabnya di Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Senin (26/8/2019).

Emil menyebut, Indonesia harus bercermin dengan kondisi ibu kota Brasilia di Brasil atau Myanmar yang kini sepi aktivitas lantaran lahannya yang terlalu luas. Kondisi itu, sambung dia, akan membuat penduduk tak betah.

Baca juga: Ridwan Kamil Kritik Desain Ibu Kota Baru

4. Tiga Prediksi lokasi ibu kota baru

Gubernur Kaltim Isran (putih) didampingi Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Rudy Soeprihadi Prawiradinata (batik tengah) bersama sejumlah narasumber dari akademisi Universitas Mulawarman Samarinda dalam dialog pemindahan Ibu Kota Negara di Hotel Swiss Bell, Balikpapan, Rabu (21/8/2019).KOMPAS.com/ZAKARIAS DEMON DATON Gubernur Kaltim Isran (putih) didampingi Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Rudy Soeprihadi Prawiradinata (batik tengah) bersama sejumlah narasumber dari akademisi Universitas Mulawarman Samarinda dalam dialog pemindahan Ibu Kota Negara di Hotel Swiss Bell, Balikpapan, Rabu (21/8/2019).

Apabila Presiden Joko Widodo jadi menetapkan ibu kota negara di Provinsi Kalimantan Timur, diprediksi titik ibu kota negara akan ada di tiga kawasan, yakni Samboja di Kabupaten Kutai Kartanegara, Sepaku, dan Penajam di Kabupaten Penajam Paser Utara. Alasannya, karena keduanya dekat Balikpapan.

"Lokasi calon ibu kota sudah ditetapkan di Kaltim meski belum diputuskan titik persisnya, namun berdasarkan analisaku, di tiga kawasan itu," ujar Ketua Pusat Kajian Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah (PKPPKD) Universitas Mulawarman Samarinda Dr Aji Sofyan Effendi di Samarinda, Sabtu seperti ditulis Antara.

Ia meyakini, tim pusat akan memilih salah satu dari tiga lokasi ini.

Bahkan, bisa jadi ketiganya untuk pengembangan ke depan karena masing-masing titik merupakan kawasan strategis dan memiliki keunggulan antara lain lahan luas, aman, dan jauh dari pemukiman.

Dia menambahkan, seandainya ibu kota kemudian diputuskan di Samboja, maka kawasan Sepaku-Penajam tetap diuntungkan karena akan menjadi daerah penyangga.

Bahkan, untuk pemukiman pegawai, diperkirakan sebanyak 1,5 juta jiwa juga lebih tepat diarahkan ke Kabupaten Penajam Paser Utara.

Baca juga: Tiga Prediksi Lokasi Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur

5. Dua jenazah pada mobil terbakar tinggal tulang belulang

Sejumlah anggota Polres Sukabumi melakukan proses olah tempat kejadian perkara temuan dua jenazah dalam mobil terbakat di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (25/8/2019).KOMPAS.COM/BUDIYANTO Sejumlah anggota Polres Sukabumi melakukan proses olah tempat kejadian perkara temuan dua jenazah dalam mobil terbakat di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (25/8/2019).

Dua jenazah diduga korban pembunuhan di dalam mobil terbakar di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (25/8/2019) sulit diidentifikasi.

Kedua jenazah itu langsung diangkut ke Rumah Sakit (RS) Polri Kramatjati di Jakarta untuk proses identifikasi dan pemeriksaan forensik.

"Jenazah akan diidentifikasi untuk mengungkap siapa sebenarnya jenazah itu," ungkap Kepala Polres Sukabumi AKBP Nasriadi kepada wartawan selesai olah tempat kejadian perkara (TKP) di Cidahu, Minggu malam.

Dia menuturkan, kondisi jenazah yang terbakar tersebut sudah tidak utuh, dan hanya tinggal tulang belulang.

Baca juga: Tinggal Tulang Belulang, Dua Jenazah pada Mobil Terbakar Belum Diketahui Identitasnya

Sumber: KOMPAS.com (Rachmawati, Rahmat Rahman Patty, Dendi Ramdhani, Budiyanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com