Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kakek Buta Ini Hidup di Pos Ronda, Berjualan Barang Bekas dan Angkut Pasir untuk Hidup

Kompas.com - 20/08/2019, 11:38 WIB
Sukoco,
Khairina

Tim Redaksi

Buta karena kerja terlalu keras

Wardi mengalami kebutaan ketika berumur 35 tahun. Dari diagnosis dokter mata di Kota Madiun, kebutaan yang dialami karena saraf mata Wardi mengalami kerusakan yang diakibatkan kerja yang terlalu keras.

Karena lahir dari keluarga yang tidak mampu, Wardi harus bekerja keras sebagai buruh tani dan buruh penggali pasir. 

Beban kerja semakin berat karena harus menghidupi keluarga.

“Berobatnya di Madiun sampai di Yogyakarta. Dokter bilang saraf matanya rusak karena terlalu banyak kerja,” ujarnya.

Baca juga: Kisah Ridwan Tenangkan Ipda Erwin yang Terbakar dengan Istighfar

Meski mengalami kebutaan pada kedua matanya, di usia senjanya Wardi masih harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari.

Pekerjaan berat sebagai buruh tani dan mencari pasir di sungai terpaksa masih dilakoni. Karena saat ini pasir sungai di desanya mulai habis, Wardi memilih bekerja apa saja, termasuk jual beli sepeda bekas, tape recorder, hingga jualan barang rongsok, termasuk makelar sepeda motor.

Tidak bisa dipastikan berapa hasil dari berjualan barang rongsok yang dijalani setiap hari. Kadang barang dagangannya hanya dibarter dengan barang lain tanpa mendapat uang.

Seperti pagi itu, Wardi rela menukar sepeda mini yang dibawanya keliling kampung dengan sebuah tape recorder karena salah satu warga membutuhkan sepeda mini untuk anaknya.

“Ditukar saja tadi, tidak ada uangnya. Kira-kira harganya Rp 100.000 ini tape, nanti dijual berapalah yang penting di atas Rp 100.000,” katanya.

Meski sering tak mendapat untung dalam jual beli rongsokan, Mbah Wardi enggan merepotkan warga lain saat perutnya lapar. Dia memilih menahan lapar daripada harus merepotkan orang lain.

“Kalau punya uang, dia pasti beli, tidak mau dikasih. Kadang dia memilih menahan lapar meski kita kasih tidak mau,” ujar Isminah, pemilik warung di depan pos ronda tempat tinggal Mbah Wardi.

Meski mengalami kebutaan pada usia 35 tahun, Mbah Wardi tidak pernah kesulitan bepergian untuk mencari pembeli ataupun mencari barang rongsok untuk dijual keliling kampung. Dia mengaku cukup hafal dengan jalan-jalan di desanya. Bahkan, dia masih mengingat jalan di lima desa sekitar Jambangan.

“Rabanya pakai kaki. Kalau arah ke mana seperti diingatkan. Seperti mau ke Desa Kebon itu arahnya ke sana, kalau Desa Jambangan Kulon arahnya ke sana, seperti dituntun. Susahnya kalau ketemu mobil selep padi, dengar suara ribut saya bingung tadi arahnya ke mana,” katanya.

Tak pernah dapat bantuan pemerintah karena tidak punya KTP

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com