Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merasa Hidup Tidak Normal, Ratusan Imigran di Batam Datangi IOM

Kompas.com - 07/08/2019, 20:10 WIB
Hadi Maulana,
Khairina

Tim Redaksi

BATAM, KOMPAS.com - Ratusan pencari suaka mendatangi kantor Internasional Organization for Migration (IOM) Batam yang berada di gedung akomodasi non detensi, Jalan RE Martadinata Tanjungpinggir, Sekupang, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (7/8/2019).

Mereka mendatangi kantor IOM Batam untuk meminta kejelasan atas status mereka yang ingin pergi ke negara ketiga, yang merupakan negara penerima suaka melalui United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).

Mereka merupakan pencari suaka yang mengungsi dari negara-negara konflik.

Namun, karena tidak dilengkapi dokumen lengkap, para pencari suaka ini akhirnya ditolak oleh negara tujuan.

Baca juga: Minta Kejelasan Status, Ratusan Pencari Suaka Datangi IOM di Tanjungpinang

Kebanyakan yang ditolak dan tertahan di Indonesia rata-rata merupakan mereka yang berniat menuju Australia.

Namun demikian, mereka tetap bisa bertahan hidup dengan tempat tinggal yang layak karena mereka dibiayai UNHCR.

Sementara aturan di Indonesia sendiri melarang para imigran asing untuk bekerja di tengah masyarakat.

Pemerintah hanya memfasilitasi penampungan sembari menunggu mereka ditempatkan oleh lembaga dunia yang mengurus pengungsi.

Mohammad Gulzari, salah satu pencari suaka yang ikut mendatangi gedung IOM Batam mengatakan dirinya telah 7 tahun berada di Batam dan selama itulah dirinya tidak bekerja dan hanya berharap dari pembiayaan yang diberikan UNHCR.

Dirinya mengaku nekat keluar dari negara asalnya karena kondisi yang tidak lagi aman, sebab dinegara asalnya sedang terjadi perang.

"Negara kami sudah tidak aman lagi akibat perang, makanya kami memilih untuk keluar dan mencari negara baru yang bisa kami singgahi untuk memulai kehidupan yang baru," kata Gulzari di temui di gedung IOM Batam, Rabu (7/8/2019).

Kendati rata-rata telah 7 tahun berada di Indonesia, namun mereka tetap ingin agar UNHCR selaku komisi resmi di bawah naungan PBB segera memproses surat pemindahan mereka ke negara yang bisa menjamin hidup dan masa depan para pencari suaka, seperti Australia, Amerika, Canada, Selandia Baru dan beberapa negara lainnya.

Selain bisa menjamin mereka untuk mendapatkan pekerjaan, mendapatkan hak untuk bisa mengakses pendidikan, di negara tujuan itu mereka juga yakin bisa mendapatkan hak untuk menikah dan hak-hak lainnya.

"Saya tahu Indonesia negara yang baik, nyatanya lebih dari 14 ribu pengungsi saat ini berada di beberapa wilayah di Indonesia. Namun Indonesia bukan negara tujuan kami, makanya kami berharap agar bisa dikirimkan ke negara tujuan yang kami inginkan," harapnya.

Baca juga: 2 Warga Afganistan Pencari Suaka Terindikasi Praktik Prostitusi

Senada diungkapkan Sham Adil, pencari suaka lain yang juga mendatangi gedung IOM Batam berharap agar UNHCR mau mendengarkan masalah mereka ini.

Mereka ingin hidup normal dan bisa bekerja seperti yang manusia lainnya.

Sham juga mengatakan hidup dalam ketidak pastian adalah kematian bertahap.

"6-7 tahun kami menunggu, apa tidak cukup waktu itu buat kami. Kami hanya ingin kepastian," ungkapnya.

Lebih jauh, Sham mengatakan, dengan situasi yang dialaminya ini membuat hidup mereka tidak memiliki masa depan.

Bahkan, dirinya merasa kehidupan mereka sudah tidak normal lagi.

Untuk di Batam sendiri, para pencari suaka yang mendatangi gedung IOM di Batam merupakan imigran asal Afghanistan, Somalia, Pakistan, Palestina, dan lainnya.

Bahkan, penyampaian pendapat ini selesai dengan tertib, para pencari suaka ini secara bersama membubarkan diri meski hingga sore harinya tidak satu pun pihak UNHCR menemui mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com